USD/IDR dan IHSGPada chart USD/IDR terlihat sebuah pola triple top yang biasanya menandakan potensi pembalikan arah (reversal) ke bearish dari bullish.
Setelah pola ini terbentuk. Harga kemudian menembus neckline dan garis uptrend. Ini adalah konfirmasi bearish trend.
Terjadi juga false breakout atau kenaikan sesaat yang gagal mempertahankan level neckline (Trump Effect).
Hal ini menunjukkan tekanan jual masih kuat, sehingga kemungkinan besar nilai USD/IDR akan lanjut melemah, yang berarti Rupiah cenderung menguat.
Sekarang kita coba bandingkan dengan chart IHSG
Jika USD/IDR mengalami Triple Top, maka IHSG justru mengalami Double Top. Dua pola in meskipun berbeda, pada intinya sama. Merupakan indikasi pembalikan arah dari bullish ke bearish.
Top atau puncak tidak tertembus atau justru semakin rendah adalah sebuah tanda bahwa tekanan jual lebih kuat dari tekanan beli.
Pada akhirnya harga menembus neckline yang merupakan konfirmasi dari Double Top.
Saat in IHSG berada di area demand, area dimana sebelumnya tekanan beli cukup kuat.
Jika IHSG bertahan di zona ini, maka kemungkinan akan terjadi rebound. Tapi jika tidak, IHSG bisa melanjutkan penurunan.
Tapi apa sebenarnya hubungan USD/IDR dan IHSG?
Hubungan antara USD/IDR dan IHSG biasanya berlawanan. Jika USD/IDR melemah (Rupiah menguat), investor asing lebih tertarik masuk ke pasar saham Indonesia, yang bisa meenjadi katalis positif untuk IHSG.
Penurunan dollar juga terkait dengan beban keuangan perusahaan. Saat dollar menguat, biaya impor bahan baku yang dibayar dengan dollar juga naik, sehingga margin keuntungan perusahaan dapat tertekan, terutama untuk perusahaan yang bergantung pada bahan baku impor.
Sebaliknya, ketika USD/IDR melemah (Rupiah menguat), biaya impor menjadi lebih ringan, yang bisa membantu meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Namun, melihat kondisi saat ini, meski Rupiah menguat, IHSG tetap berada dalam tren turun.
Ini bisa menunjukkan adanya faktor lain, seperti suku bunga, ketidakpastian ekonomi global atau faktor domestik yang membebani pasar saham.
Jadi meskipun dollar melemah, IHSG tetap menunjukan tekanan jual yang kuat.
Jika IHSG gagal bertahan di area demand, maka penurunan kemungkinan akan terus berlanjut.
Analisa adalah opini bukan rekomendasi