Sektor Properti adalah sektor yang bisa dibilang masih tertekan akibat pandemi.
Tercatat sejak 2021, sektor ini sudah turun sebesar 22.59%
Beberapa insentif sudah dilakukan untuk memberikan stimulus terhadap sektor ini seperti kebijakan PPn 10%
Sektor ini bisa dibilang sektor yang menjadi favorit pemerintah karena bisa dibilang sektor ini adalah sektor penggerak ekonomi karena jika properti naik, maka sektor sektor lain akan terkerek naik juga seperti: A.Kontraktor B.Bahan bangunan C.Angkutan D.Penjualan dan penyewaan alat berat E.Saat properti, seperti misal komplek perumahan terbangun, lingkungan sekitar biasanya akan ikut terbangun juga. F.Penghuni baru akan memiliki kebutuhan seperti furniture dan kendaraan. G.Jika propertinya adalah rumah mewah, maka akan dibutuhkan perawatan dan jasa pembantu. H.Dan yang paling penting, meningkatnya jumlah properti akan meningkatkan jumlah pinjaman yang keluar dari bank. Ini karena properti adalah jaminan yang paling disukai oleh bank karena sifatnya yang secara jangka panjang hampir selalu naik dan merupakan aset yang bisa dibilang kebutuhan pokok.
Secara teknikal,sektor properti bisa dibilang masih dalam fase downtrend. Belum terdapat sinyal kuat akan terjadinya pembalikan arah pada chart sektor properti.
Namun dikatakan awal tahun ini penjualan properti sudah mulai membaik. Salah satu katalisnya adalah suku bunga yang belum dinaikkan oleh Bank Indonesia yang memberikan dampak positif pada KPR karena sebagian besar properti biasanya dibeli dengan KPR.
Untuk mengukur apakah trend penjualan properti membaik atau tidak, laporan penjualan dan Laba (eps) dari beberapa saham properti akan dirangkum untuk melihat bagaimana trend penjualan mereka. Saham saham yang dipilih adalah BSDE, CTRA, ASRI APLN, dan SMRA
Trend Penjualan dan EPS di kuartal pertama akan dibandingkan dengan kuartal pertama di tahun sebelumnya untuk melihat apakah ada peningkatan atau penurunan.
Rangkuman dari data diatas: 1.Per kuartal 1 2022 semua saham properti mengalami peningkatan penjualan jika dibandingkan dengan kuartal 1 2021. 2.Peningkatan penjualan tertinggi adalah APLN dengan 150% dan terendah adalah CTRA 3.Secara EPS hampir semua mengalami peningkatan kecuali BSDE yang justru menurun. 4.APLN meskipun mengalami peningkatan EPS, tapi masih berada dalam posisi rugi 5.Peningkatan EPS tertinggi yaitu 309% datang dari SMRA. 6.CTRA dan BSDE mengalami peningkatan penjualan yang hampir sama. Namun secara laba, CTRA jauh lebih baik. Ini menjadi indikasi bahwa CTRA lebih efisien dibanding BSDE.
jadi berdasarkan kinerja laporan keuangan Q1 dari saham saham diatas, trend penjualan properti memang mengalami peningkatan.
Namun ini hanya katalis di masa lalu. Ke depannya kemungkinan besar trend ini akan terus berlanjut karena beberapa katalis yang mungkin mendorong peningkatan sektor properti: Disamping itu, lonjakan harga komoditas juga disinyalir mampu sedikit mengangkat penjualan yang mana lonjakan harga ini meningkatkan upah pemasukan dari pengusaha pengusaha di bidang komoditas yang diharapkan juga mendorong daya beli.
Namun kenaikan harga komoditas juga menjadi mimpi buruk bagi sektor properti karena kenaikan harga komoditas secara tidak langsung berimbas ke kenaikan harga bahan baku.
Dari 5 saham properti diatas, hanya akan ada satu yang dipilih berdasarkan trend yang terbentuk yaitu ASRI dimana ASRI adalah satu satunya saham yang membentuk trend higher high higher low.
“Trend is your friend”
Analisa ASRI telah ditulis dalam analisa sebelumnya dan analisa baru akan ditulis lagi terpisah di post selanjutnya.
Informasi dan publikasi tidak dimaksudkan untuk menjadi, dan bukan merupakan saran keuangan, investasi, perdagangan, atau rekomendasi lainnya yang diberikan atau didukung oleh TradingView. Baca selengkapnya di Persyaratan Penggunaan.