Ide-ide trading IDXPROPERT
Property: Suku bunga naikKemungkinan akan lanjut turun hingga ke level 660 karena:
Suku bunga naik dalam rangka menekan inflasi yang kemudian berpotensi menaikkan suku bunga KPR dan cost of lending dari perusahaan yang memiliki pinjaman.
low sebelumnya sudah terlewati. Downswing DE adalah downswing terdalam, lebih dalam dari downswing BC sehingga membentuk new low yaitu E.
Mengenal sektor PropertySektor Properti adalah sektor yang bisa dibilang masih tertekan akibat pandemi.
Tercatat sejak 2021, sektor ini sudah turun sebesar 22.59%
Beberapa insentif sudah dilakukan untuk memberikan stimulus terhadap sektor ini seperti kebijakan PPn 10%
Sektor ini bisa dibilang sektor yang menjadi favorit pemerintah karena bisa dibilang sektor ini adalah sektor penggerak ekonomi karena jika properti naik, maka sektor sektor lain akan terkerek naik juga seperti:
A.Kontraktor
B.Bahan bangunan
C.Angkutan
D.Penjualan dan penyewaan alat berat
E.Saat properti, seperti misal komplek perumahan terbangun, lingkungan sekitar biasanya akan ikut terbangun juga.
F.Penghuni baru akan memiliki kebutuhan seperti furniture dan kendaraan.
G.Jika propertinya adalah rumah mewah, maka akan dibutuhkan perawatan dan jasa pembantu.
H.Dan yang paling penting, meningkatnya jumlah properti akan meningkatkan jumlah pinjaman yang keluar dari bank. Ini karena properti adalah jaminan yang paling disukai oleh bank karena sifatnya yang secara jangka panjang hampir selalu naik dan merupakan aset yang bisa dibilang kebutuhan pokok.
Secara teknikal,sektor properti bisa dibilang masih dalam fase downtrend. Belum terdapat sinyal kuat akan terjadinya pembalikan arah pada chart sektor properti.
Namun dikatakan awal tahun ini penjualan properti sudah mulai membaik. Salah satu katalisnya adalah suku bunga yang belum dinaikkan oleh Bank Indonesia yang memberikan dampak positif pada KPR karena sebagian besar properti biasanya dibeli dengan KPR.
Untuk mengukur apakah trend penjualan properti membaik atau tidak, laporan penjualan dan Laba (eps) dari beberapa saham properti akan dirangkum untuk melihat bagaimana trend penjualan mereka. Saham saham yang dipilih adalah BSDE, CTRA, ASRI APLN, dan SMRA
Trend Penjualan dan EPS di kuartal pertama akan dibandingkan dengan kuartal pertama di tahun sebelumnya untuk melihat apakah ada peningkatan atau penurunan.
Rangkuman dari data diatas:
1.Per kuartal 1 2022 semua saham properti mengalami peningkatan penjualan jika dibandingkan dengan kuartal 1 2021.
2.Peningkatan penjualan tertinggi adalah APLN dengan 150% dan terendah adalah CTRA
3.Secara EPS hampir semua mengalami peningkatan kecuali BSDE yang justru menurun.
4.APLN meskipun mengalami peningkatan EPS, tapi masih berada dalam posisi rugi
5.Peningkatan EPS tertinggi yaitu 309% datang dari SMRA.
6.CTRA dan BSDE mengalami peningkatan penjualan yang hampir sama. Namun secara laba, CTRA jauh lebih baik. Ini menjadi indikasi bahwa CTRA lebih efisien dibanding BSDE.
jadi berdasarkan kinerja laporan keuangan Q1 dari saham saham diatas, trend penjualan properti memang mengalami peningkatan.
Namun ini hanya katalis di masa lalu. Ke depannya kemungkinan besar trend ini akan terus berlanjut karena beberapa katalis yang mungkin mendorong peningkatan sektor properti:
Disamping itu, lonjakan harga komoditas juga disinyalir mampu sedikit mengangkat penjualan yang mana lonjakan harga ini meningkatkan upah pemasukan dari pengusaha pengusaha di bidang komoditas yang diharapkan juga mendorong daya beli.
Namun kenaikan harga komoditas juga menjadi mimpi buruk bagi sektor properti karena kenaikan harga komoditas secara tidak langsung berimbas ke kenaikan harga bahan baku.
Dari 5 saham properti diatas, hanya akan ada satu yang dipilih berdasarkan trend yang terbentuk yaitu ASRI dimana ASRI adalah satu satunya saham yang membentuk trend higher high higher low.
“Trend is your friend”
Analisa ASRI telah ditulis dalam analisa sebelumnya dan analisa baru akan ditulis lagi terpisah di post selanjutnya.
Analisa adalah opini bukan rekomendasi.
Seleksi Saham-Saham KonstruksiBeberapa saham konstruksi plat merah seperti PTPP, WIKA, WSKT dan ADHI belakangan ini mengalami kenaikan.
Sebagai gambaran ini adalah persentase kenaikan saham saham tersebut dalam seminggu.
ADHI 14.58%
PTPP 19.13%
WIKA 14.43%
WSKT 10%
Katalis kenaikan kemungkinan ada dua:
Pertama pembangunan ibu kota negara di Kalimantan
Kedua , divestasi aset yang dilakukan oleh BUMN konstruksi negara untuk menutup hutang dimana hasil divestasi ini disinyalir akan memperkuat kinerja perusahaan.
Dari 4 saham konstruksi, analisa chart satu persatu disajikan untuk kemudian dibanding melalui sebuah tabel.
Kriteria yang digunakan untuk penilaian adalah:
Kenaikan 1 minggu
Price action
Volume
Indikator momentum (MACD)
Downside (risk)
Upside (reward)
Berikut adalah analisanya dimulai dari ADHI
Price action sudah membentuk higher high dan low yang breakout dari resistance dengan volume tinggi.
PTPP
Terkonfirmasi double bottom dengan volume tinggi
WIKA
Breakout dari resistance dimana resistance ini adalah neckline dari double top.
WSKT
Breakout dari resistance dan MACD bullish crossover. Namun kenaikan WSKT dalam seminggu ini merupakan kenaikan terendah jika dibanding 3 saham konstruksi lainnya.
Dari chart diatas, dibuatlah Tabel perbandingan sebagai berikut:
Melalui tabel perbandingan diatas, pilihan jatuh pada PTTP karena dari 6 kategori yang digunakan PTPP merupakan pemenang terbanyak (4 dari 6).
Penggunaan tabel diatas dimaksudkan agar saya tidak bias dalam menganalisa secara TA. Posisi saya saat ini di ADHI namun setelah saya renungkan lagi, keputusan saya masuk di ADHI sebenarnya karena ADHI memiliki satuan harga termurah sehingga potensi kenaikan akan lebih tinggi.
Keputusan masuk harusnya menggunakan analisa TA bukan satuan harga agar pengambilan keputusan lebih rasional dan objektif
Analisa adalah opini bukan rekomendasi. Mohon jadikan bahan pembelajaran bukan alasan membeli.
IDX Property: Berada di area demandSektor Properti adalah salah satu sektor yang terpuruk cukup dalam karena pandemi.
Ini dikarenakan saat terjadi krisis ekonomi, cicilan rumah (KPR) menjadi tidak lancar, penjualan rumah dan apartemen menurun alias sepi peminat.
Salah satu insentif yang dilakukan pemerintah untuk sektor properti adalah penurunan suku bunga.
Dengan menurunnya suku bunga, bunga untuk kredit rumah juga biasanya akan menjadi lebih terjangkau yang diharapkan dapat menjadi stimulus belanja properti.
Sebagai catatan, suku bunga sebelum pandemi mencapai 5%. Sejak dimulai pandemi, suku bunga perlahan mulai menurun hingga saat ini berada di level 3.5%. Level ini merupakan level suku bunga terendah dalam sejarah perekonomian indonesia.
Namun terlepas dari insentif suku bunga ini, saham-saham properti belum menunjukan rally yang signifikan.
Ini mungkin juga karena salah satu sifat saham properti yang bisanya naik paling belakang.
Untuk saat ini, chart sektor properti terlihat kembali lagi ke area demand 820.93- 786.27
Area ini bisa menjadi sinyal awal akan dimulainya reversal dari sektor properti yang mungkin juga nantinya akan terpengaruh oleh katalis January effect.