US CENTRA BANK BALANCE SHEETHallo gaess... Harap diperhatikan bahwa ini hanya sebatas skenario/map saja jadi utamakan ilmu pengetahuan yang anda miliki karena itu penting dan lebih lengkapnya ada di ( tradingeconomics.com ) Best regard Disclaimer onoleh JulianMersianto222
3 Index, Suku bunga dan Normalcy bias.Baru-baru ini, bank sentral Amerika Serikat, The Fed, menaikkan suku bunga menjadi 5%. Ini merupakan kenaikan suku bunga tertinggi sejak tahun 2006. Selain itu, suku bunga diprediksi masih akan naik sekali lagi dalam waktu dekat. Hal ini memunculkan beberapa pertanyaan tentang dampak kenaikan suku bunga pada pasar saham dan bagaimana pengaruhnya pada indeks-indeks saham. Saya akan melihat pengaruhnya pada 3 indeks: 1.Indeks S&P 500 yang merupakan indeks saham dari 500 perusahaan besar di Amerika Serikat. Indeks ini dianggap sebagai salah satu indikator utama kesehatan pasar saham di AS dan sering dijadikan patokan untuk kinerja pasar saham global. S&P 500 mencakup perusahaan-perusahaan dari berbagai sektor seperti teknologi, kesehatan, energi, keuangan, dan lain-lain. Chart analysis: Sejak penguman kenaikan suku bunga sebesar 25bps, SPX memang turun, Namun penurunan ini tidaklah signifikan dimana harga masih belum menembus mother bearish candle 2. Hong Kong Shanghai Index (HSI) adalah indeks saham dari 50 perusahaan terbesar di pasar saham Hong Kong. Indeks ini sering dijadikan acuan oleh investor karena Hong Kong dikenal sebagai pusat keuangan Asia dan menjadi jembatan antara pasar saham Asia dan Barat. HSI mencakup perusahaan-perusahaan dari sektor keuangan, real estate, properti, energi, dan lain-lain. Chart analysis Berita kenaikan suku bunga justru menaikkan HSI sebesar 2.45%. Namun terjadi doji didekat downtrendline yang bisa menjadi sinyal jika akan ada potensi koreksi. 3.MSCI Emerging Market Index yang mencakup saham-saham dari perusahaan-perusahaan di negara berkembang di seluruh dunia, seperti China, India, Brasil, dan Rusia. Indeks ini dianggap sebagai barometer kinerja pasar saham negara-negara berkembang dan dijadikan referensi oleh banyak investor global. Indeks ini mencakup perusahaan-perusahaan dari berbagai sektor seperti teknologi, konsumen, keuangan, dan lain-lain. Chart analysis Hampir mirip dengan HSI dimana setelah pengumuman suku bunga, Indeks ini naik sebesar 1.24%. Terdapat bearish candle namun belum cukup kuat untuk menurunkan indeks ini cukup dalam. ________________________________________________________________________________________________________________________________________________ 3 indeks ini tidak menunjukan penurunan signifikan selepas pengumuman kenaikan suku bunga. Ini secara tidak langsung mengindikasikan bahwa pelaku pasar sudah mulai terbiasa dengan kenaikan suku bunga. Dari sudut padang behavioral economic ini disebut dengan normalcy bias. Normalcy bias terjadi ketika orang meremehkan kemungkinan atau dampak dari bencana atau krisis. Contoh: Orang yang setiap hari mengalami hujan akan menganggap hujan normal dan cenderung menganggap remeh dampak dari hujan terus-menerus seperi banjir sehingga dia tidak menyiapkan diri akan dampak dari banjir. Dalam hal ini, pasar saham mungkin sudah terbiasa dengan kebijakan kenaikan suku bunga, sehingga menganggap bahwa kebijakan tersebut normal dan tidak akan berdampak signifikan pada indeks saham di masa depan. Dengan kata lain, kenaikan suku bunga mungkin tidak akan berdampak signfikan lagi di masa depan. Namun normalcy bias memiliki dampak negatif. Seperti yang sebut diatas, normalcy bias adalah kecenderungan manusia untuk menganggap bahwa segala sesuatu akan berjalan normal dan tidak terjadi perubahan yang signifikan. Ketika seseorang mengalami normalcy bias terhadap kenaikan suku bunga, maka orang tersebut cenderung meremehkan dampak yang lebih besar dan jangka panjang dari kenaikan suku bunga terhadap pasar dan ekonomi riil. Hal ini bisa terjadi karena suku bunga mungkin tidak langsung turun dan akan bertahan di level yang sama untuk sementara waktu. Bertahannya suku bunga di level yang sama bisa saja memiliki dampak negative yang signifikan terhadap pasar. Jadi, normalcy bias dapat membuat orang tidak mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dari kenaikan suku bunga dan mengabaikan dampak yang lebih besar dari perubahan pasar dan ekonomi yang terjadi secara alami. Oleh karena itu, penting bagi untuk tetap waspada dan mengambil tindakan yang tepat dalam menghadapi perubahan pasar dan ekonomi, termasuk kenaikan suku bunga, yang dapat memengaruhi kondisi ekonomi. Untuk sementara sepertinya sentiment kenaikan suku bunga memang masih belum kuat karena ada sentiment lain yang lebih kuat dari dari perbankan global seperti SVB, Credit Suisse, dan Deutsche Bank. Namun jika kita menyadarai normalcy bias, ada baiknya kita tidak lebih waspada terhadap sentiment dari suku bunga. Edukasioleh WayanEko11
Supply Uang Dollar menurun Untuk memerangi inflasi langkah BIJAKPasokan uang di Amerika Serikat, M2, sedang mengalami penurunan untuk pertama kalinya dalam sejarah tercatat. Sejak tahun 1959, ketika data pertama kali dikumpulkan tentang pasokan uang, M2 selalu meningkat. Penurunan saat ini disebabkan oleh perubahan yang dilakukan oleh Federal Reserve (the Fed). The Fed baru-baru ini mulai mengurangi ukuran neracanya, yang mempengaruhi pasokan uang. Neraca mencerminkan aset dan kewajiban yang dipegang oleh the Fed; ini pada dasarnya adalah laporan keuangan dari semua aktivitas yang dilakukan oleh bank sentral. Selama pandemi, the Fed melakukan QE (pemantauan kualitas) dengan menambahkan $130 miliar per bulan ke dalam ekonomi. Terlalu banyak uang yang mengejar barang dan jasa yang sedikit adalah penyebab utama lonjakan inflasi besar-besaran tahun lalu. The Fed membalik kebijakan stimulus tersebut mulai Juli tahun lalu dengan kebijakan QT (pengencangan kuantitatif) dengan menjual obligasi yang mereka pegang sebesar total $95 miliar per bulan. Itu telah mengeringkan likuiditas (pasokan uang) dari ekonomi dengan kecepatan tercepat sepanjang sejarah. M2 menyusut, saat the Fed membongkar neracanya yang besar. Jadi, jumlah uang yang beredar di ekonomi yang mencari barang dan jasa sedang menyusut dengan kecepatan tercepat sepanjang sejarah. Penurunan pasokan uang berarti bahwa konsumen akan memiliki kekuatan beli yang lebih sedikit - kurang dari uang mereka sendiri untuk digunakan pada barang dan jasa. Ini berpotensi menyebabkan pengurangan belanja konsumen, karena bisnis kesulitan mengakses modal untuk proyek ekspansi. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi mungkin lebih lambat dalam jangka pendek karena perusahaan terpaksa membatasi produksi karena kurangnya likuiditas. Bisnis mungkin merasa tertekan untuk mengurangi biaya dengan mengevaluasi pengeluaran karyawan dan produktivitas karyawan agar bisa bertahan dalam situasi yang mungkin sulit selama ini. Penurunan pasokan uang bisa berdampak signifikan pada industri properti. Penurunan pasokan uang bisa berarti pengaruh rendah pada harga properti di kota-kota, karena orang kurang cenderung untuk membeli atau berinvestasi dalam properti ketika mereka tidak memiliki akses ke modal yang diperlukan. Pengembang juga mungkin enggan meluncurkan proyek baru karena kurangnya likuiditas. Selain itu, lebih banyak pemilik mungkin memilih untuk menyewakan properti mereka daripada menjualnya jika mereka tidak bisa mendapatkan harga yang diinginkan. Industri properti sangat terkait dengan ekonomi yang lebih besar, jadi setiap perubahan pada pasokan uang bisa berdampak signifikan padanya.Pembelianoleh Bitorex442
Tingkat pengangguran dan inflasiTingkat pengangguran dan inflasi Saat ini, tingkat pengangguran di Amerika turun atau makin banyak orang yang bekerja. Meskipun inflasi belakangan juga sudah turun, namun penurunan tingkat pengangguran ini justru bisa membuat inflasi meningkat dan membatalkan langkah bank sentral untuk menahan kenaikan suku bunga. Ini bisa menjadi katalis negatif bagi indeks saham Pada daily chart SPX, close sudah dibawah trendline. Potensi penurunan lanjutannya sepertinya masih akan terjadi Lalu pada IHSG Terlepas terjadinya gap, gap ini justru diakhiri dengan tekanan jual yang kuat yang terlihat dari candle shooting star Potensi penurunan lanjutan pada IHSG ke area 6826-6811 Analisa adalah opini bukan rekomendasi. Edukasioleh WayanEkoDiupdate 9
Tingkat pengangguran, inflasi dan suku bungaHubungan antara pengangguran dan inflasi bisa dilihat sebagai sebuah trade-off (keputusan situasional yang melibatkan pengurangan atau kehilangan satu kualitas, kuantitas, atau properti dari satu set atau desain dengan imbalan keuntungan dalam aspek lain. ) . Pada tingkat pengangguran yang rendah, daya beli akan meningkat sehingga tingkat permintaan untuk barang dan jasa akan meningkat, yang pada gilirannya dapat menyebabkan inflasi. Sebaliknya, jika pemerintah mencoba untuk mengatasi tingkat inflasi yang tinggi dengan menaikkan tingkat suku bunga atau mengurangi belanja publik, hal ini dapat menyebabkan peningkatan tingkat pengangguran. Oleh karena itu, pemerintah sering harus membuat keputusan sulit tentang bagaimana mengatasi kedua masalah ini secara bersamaan. (ekonomi pada dasaranya adalah proses pengambilan keputusan yang paling sedikit dampak buruknya bukan yang tanpa dampak buruk sama sekali) Terkait hubungan antara tingkat pengangguran dan inflasi, seorang ekonom bernama A.W Phillips mencetuskan apa yang disebut dengan Phillips Curve dimana ini adalah sebuah konsep ekonomi yang menunjukkan hubungan negatif antara tingkat pengangguran dan inflasi. Konsep ini menyatakan bahwa ada trade-off antara kedua faktor ini. Dalam konsep ini, jika tingkat pengangguran rendah, tingkat inflasi cenderung tinggi, dan sebaliknya, jika tingkat pengangguran tinggi, tingkat inflasi cenderung rendah. Phillips curve menjadi dasar bagi banyak kebijakan ekonomi dan memberikan gambaran tentang bagaimana pemerintah dapat mengatasi masalah pengangguran dan inflasi. Namun, di masa-masa tertentu, hubungan antara pengangguran dan inflasi bisa berubah, yang membuat konsep ini kurang presisi dalam memprediksi hubungan antara kedua faktor tersebut. Kita akan coba melihat tingkat pengangguran dari negara dengan ekonomi terbesar di dunia yaitu Amerika Tingkat pengangguran Amerika saat ini berada di angka 3.4% Dimana tren ini cenderung turun dari Oktober 2022 yang berada di angka 3.7 Tingkat pengangguran,inflasi dan suku bunga Seperti yang terangkum dalam Phillips Curve, hubungan antara tingkat pengangguran, inflasi, dan suku bunga merupakan bagian dari trade-off (satu variabel naik, variabel lain turun). Pada tingkat pengangguran yang rendah, tingkat inflasi biasanya akan tinggi dan pada tingkat pengangguran yang tinggi, inflasi biasanya akan turun. Suku bunga memainkan peran penting dalam mempengaruhi hubungan ini. Suku bunga yang tinggi dapat memperlambat ekonomi dengan mengurangi permintaan untuk barang dan jasa, yang pada gilirannya akan menurunkan daya beli yang kemudian menurunkan tingakat inflasi namun di sisi lain jutru meningkatkan tingkat pengangguran. Sebaliknya, suku bunga yang rendah akan menstimulasi ekonomi dengan meningkatkan permintaan untuk barang dan jasa, yang pada gilirannya akan mengurangi tingkat pengangguran namun menyebabkan inflasi. Maka dengan tingkat pengangguran Amerika yang rendah saat ini, tingkat inflasi kemungkinan akan naik lagi terkait dengan meningkatnya daya beli. Potensi kenaikan inflasi inilah yang kemudian memicu bank sentral untuk menaikkan suku bunga di masa depan dimana kenaikan suku bunga ini merupakan sentimen negatif bagi bursa saham S&P 500 Nasdaq MME IHSG: Potensi penurunan Kesimpulan Tingkat pengangguran yang rendah dapat mengakibatkan inflasi. Pengangguran yang rendah membuat daya beli masyarakat meningkat yang kemudian berpotensi menaikkan harga. Tingkat pengguran Amerika saat ini ada di angka 3.4%. Cenderung turun dari Oktober 2022 yang di angka 3.7%. Inflasi dapat memicu kenaikan suku bunga. Kenaikan suku bunga cenderung berdampak negatif pada bursa saham. Potensi penurunan minor terdapat pada indeks SPX, NDX, MME dan IHSG. Tulisan ini adalah opini pribadi mohon jadikan bahan edukasi bukan rekomendasi. Sumber www.investopedia.com Penjualanoleh WayanEkoDiupdate 3
Kenapa Norwegia kaya?Norwegia adalah salah satu negara terkaya di dunia Dari 10 negara terkaya di dunia, Norwegia berada di urutan ke 7 Namun dari urutan pension fund atau simpanan terbesar di dunia, Norwegia berada di urutan kedua di bawah Jepang Pertanyaanya, kenapa Norwegia kaya? Semua dimulai dari komoditas ini Dimana Norwegia adalah produsen minyak terbesar ke 12 di dunia, exportir minyak terbesar kelima dan eksportir gas terbesar ketiga. Pada tahun 1958 setelah minyak ditemukan di Belanda,Norwegia sempat mengira bahwa di negara juga terdapat kandungan minyak. dan di tahun 1963, Norwegia menyatakan bahwa semua minyak yang ditemukan di perairan Norwegia adalah milik mereka. Disini kemudian Norwegia menjual ijin penambangan minyak di wilayah mereka tepatnya di tahun 1965. Ijin penambangan ini kemudian dimiliki oleh Philips Petroleum dimana beberapa kali usaha mereka tidak membuahkan hasil. Di tahun 1969, Philips Petroleum memberikan usaha terakhir mereka dengan mengebor lebih dalam dan beruntungnya mereka menemukan minyak yang banyak. Akibat dari penemuan ini, Ekonomi Norwegia tumbuh pesat. Norwegia berubah menjadi negara yang menggantungkan perekonomian mereka pada minyak dimana sebelumnya mereka bergantung pada perikanan. Tapi pemerintah Norwegia menginginkan semua uang dari minyak ini kembali ke tangan rakyatnya karena minyak ini ditemukan di wilayah mereka. Maka dibentuklah perusahaan minyak negara yaitu Statoil pada tahun 1972. Pada tahun 1980 terjadilah resesi dimana harga minyak dunia turun drastis. Krisis ini disebut dengan nama “1980s Oil Glut” Norwegia mendapatkan pelajaran berharga saat itu dimana jika sebuah negara hanya bergantung pada sebuah aset (dalam kasus ini minyak) maka kondisi ekonomi negara tersebut akan menjadi sangat rentan mengingat harga komoditas seperti diketahui bersifat siklus. Maka solusinya adalah diversifikasi. Dan dia tahun 1995 dibuatlah sebuah badan yang menyimpan dana dari penjualan minyak yang disebut juga Sovereign Wealth Fund atau Government pension fund. Badan ini menginvestasikan uangnya ke dalam pasar saham dan keuangan seluruh dunia. Kurang lebih dana pensiun Norwegia memiliki saham dari 9000 perusahaan dari 70 negara. dimana diperkirakan SWF norwegia saat ini memiliki dana sekitar 1.4 Triliun USD, terbesar kedua setelah Government Pension Fund yang dimiliki Jepang, 17 Triliun USD. Dana ini kemudian digunakan untuk mensejahterakan rakyatnya dengan cara memberikan akses pendidikan dan kesehatan gratis. Norwegia sendiri merupakan salah satu negara paling bahagia di muka bumi. Penggunaan dana dari SWF ini pun bisa dibilang cukup ketat dimana pemerintah hanya bisa menarik maksimum 3% dari keuntungan selama setahun. Jika diibaratkan, Norwegia mungkin adalah orang yang memiliki penghasilan tinggi lalu menginvestasikan penghasilannya pada instrumen investasi dan mengatur pengeluarannya dengan hanya membelanjakan 3% keuntungan dari investasi tersebut selama setahun. Pelajaran yang bisa diambil dari Norwegia adalah Jangan bergantung pada satu aset atau instrumen investasi. Selalu diversifikasikan portfolio anda Batasi pengeluaran karena untuk mencapai tujuan finansial tidak cukup hanya dengan mencari penghasilan setinggi mungkin tapi juga mengatur pengeluaran. Uang bisa membeli kebahagiaan.Norwegia adalah negara yang kaya dan kekayaannya, yang didapat dari minyak digunakan untuk mensejahterakan rakyatnya yang kemudian Norwegia menjadi salah satu negara paling bahagia di dunia. Semoga post edukasi ini membantu Edukasioleh WayanEko4
Suku bunga, inflasi dan resesiInflasi adalah topik global ekonomi saat ini. Banyak negara mengalami inflasi cukup tinggi bahkan melebihi konsensus atau perkiraan. Inflasi sebenarnya adalah hal yang baik jika kenaikannya wajar yaitu di sekitaran 2-3%. Namun inflasi saat ini sudah melebihi batas kewajaran. Terakhir inflasi Amerika dikabarkan mencapai 8.2%. Mengingat inflasi yang terlalu tinggi tidak baik, maka pemerintah melalui central bank akan berusaha menurunkan inflasi dengan cara menaikkan suku bunga. Logikanya: Suku bunga yang makin tinggi artinya bunga pinjaman makin tinggi, Kemudian masyarakat akan lebih berpikir untuk meminjam uang. Ini kemudian menekan konsumsi yang berpotensi menurunkan inflasi. Suku bunga yang semakin tinggi juga akan meningkatkan bunga dalam bentuk deposito atau obligasi sehingga masyarakat akan lebih tertarik menyimpan uangnya ketimbang membelanjakan. Jadi saat terjadi inflasi tinggi, pemerintah akan menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi. Pada chart di atas, garis biru adalah inflasi Amerika dan garis merah adalah suku bunga. Keduanya bergerak beriringan yang terlihat pada “Significant Positive Correlation” pada indikator dibawah. Keduanya, inflasi dan kenaikan suku bunga bisa menjadi katalis untuk resesi dimana: 1. kenaikan suku bunga akan memperlambat ekonomi (makin sedikit pinjaman yang tersalurkan dan menurunnya konsumsi masyarakat) 2. Pendapatan perusahaan akan menurun akibat menurunnya konsumsi masyarakat. Penurunan pendapatan berpotensi membuat perusahaan untuk menurunkan beban salah satunya dengan PHK yang berkorelasi terhadap jumlah pengangguran. 3. Tingginya tingkat pengangguran kemudian kembali lagi berpotensi menurunkan konsumsi yang kemudian berpotensi lagi menurunkan pendapatan perusahaan (lagi) namun juga berpotensi menurunkan harga atau dengan kata lain menurunkan inflasi. Langkah ke 2 dan 3 ibarat pil obat pahit untuk menyembuhkan ekonomi, dalam hal ini inflasi yang terlalu tinggi. Dikatakan pahit karena masyarakat akan mengalami dua hal yang ironis: harga naik tapi malah kehilangan pekerjaan. Kemudian menurunnya konsumsi masyarakat akan berdampak terhadap GDP karena konsumsi masyarakat berkontribusi 70% terhadap GDP. Jadi konsumsi menurun GDP turun. Jika kemudian GDP turun dua kuartal berturut-turut ? Ini kemudian yang disebut resesi. Edukasioleh WayanEko9
Inflasi RIInflasi Indonesia terakhir tercatat di angka 4.69%. Turun dari bulan sebelumnya yaitu 4.94%. Level inflasi ini bisa dibilang cukup tinggi karena inflasi yang normal adalah 2.5%-3.5% Namun Inflasi yang melebihi 3% ini bisa dibilang wajar mengingat negara negara lain juga mengalami inflasi tinggi. Sebagai catatan, rata rata inflasi di asia, untuk negara berkembang ada di angka 4.5% dan rata rata inflasi di asia tenggara ada di angka 5.2%.Jadi Inflasi Indonesia lebih rendah dari inflasi rata-rata di Asia dan Asia tenggara. Untuk melihat lebih jauh inflasi di Indonesia, kita akan lihat sejarahnya yang dimulai dari tahun 1998 dan inflasi-inflasi tertinggi di periode ini. Pada chart di atas, Inflasi Indonesia di tahun 1998 ada di angka 80%. Diatas Inflasi Sri Lanka saat ini yang ada di angka 70%. Inflasi tinggi ini disebabkan oleh krisis moneter. Lalu lanjut ke 2002, inflasi di angka 15.31% dimana ini disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik. Di 2005, inflasi mencapai 18.55% . Penyebabnya masih karena kenaikan BBM. Lanjut ke 2008, dimana tahun ini tidak terjadi kenaikan BBM. Tapi inflasi di tahun ini mencapai angka 12.30% yang disebabkan oleh krisis global Subprime Mortgage dan kenaikan USD ke 12000 Rupiah. Sebagai perbandingan, nilai USD di tahun 2002 adalah 11500 dan di 2005 sebesar 10300 Rupiah. Jika disimpulkan dari chart diatas, maka inflasi tinggi (mencapai dua digit) terjadi saat: 1.Kenaikan harga bahan bakar minyak 2.Kenaikan USDIDR 3.Krisis global Kenaikan BBM sudah terjadi saat ini begitu juga USDIDR. Sedangkan krisis global diprediksi juga akan terjadi yang tanya disebabkan oleh kenaikan harga komoditas akibat perang Rusia-Ukraina. Mengingat 2 dari 3 kondisi yang menyebabkan inflasi sudah terjadi saat ini, maka diperkirakan tingkat inflasi Indonesia akan mengalami peningkatan. Analisa adalah opini. Mohon jadikan bahan edukasi. Edukasioleh WayanEkoDiupdate 7
NASDAQ - BLACK SWAN PADA RESISTAN FE 2.618 % ANCAM RELI ? Dot Com Bubble merupakan salah satu Black Swan yang membuat koreksi cukup dalam pada Nasdaq Index pada tahun 2000 dan koreksi itu terjadi hingga tertahan pada support area FR 88.6% weekly. Bobot saham technology pada Nasdaq terpumping up dan mencetak record high hampir setiap penutupan perdagangan dan itu tak terlepas dari stimulus stimulus jumbo yang telah dilakukan oleh The Fed dan US Goverment selama masa pandemi covid 19 untuk pemulihan ekonomi dan optimisme investor bahwa vaksinasi berhasil mengatasi pandemi ini. Namun sepertinya area resistan pada Fibonnaci expansion 2.618% monthly perlu dipertimbangkan ketika reli dari nasdaq berpotensi terhenti pada area ini. Akan ada sebuah potensi turbulensi ekonomi yang akan membuat para investor beralih dari stock ke US Bond dan imbal hasil Bond berpotensi melemah apabila memang benar terjadi false breakout pada area resistan ini. Salah satu katalis yang cukup dipertimbangkan adalah Inflation fear isu yang mungkin menekan US Dollar hingga potensinya untuk kehilangan status world reserve currency akan memicu The Fed menaikkan suku bunga secara tiba2 termasuk menghentikan pembelian obligasi. Apakah reli pada wave 5 ini hanya kamuflase "Black Swan" ? dimana isu "Zombie Company" yang banyak di bailout selama masa pandemi dan ketika suku bunga naik secara tiba tiba bukan tidak mungkin akan ada beberapa zombie company yang akan collaps lagi dan kesulitan membayar hutang kembali hingga akan ada efek domino di market dimana Bear akan mulai take control dari area resistan ini. Be wise when the bubble ready to burst ! will see... *S&P 500, Dow Jones, Indonesian Composite Index sedang berada pada akhir dari Wave 3. Big Correction pada Wave 4 pada major trend masih mengintai. Be wise :) Disclaimer On !Penjualanoleh Guswin1