Bahagia Saat Profit, Sedih Saat Loss? Cukup Baca ini!Pernah nggak sih, kamu merasa melambung tinggi ke awan saat tradingmu profit, tapi langsung jatuh terhempas begitu kamu mengalami loss? 😩 Jangan khawatir, kamu nggak sendirian kok! Banyak banget trader yang mengalami hal yang sama, terutama saat baru memulai perjalanan di dunia trading. Tapi, kalau kamu ingin bertahan lama di sini, satu hal yang harus banget diubah adalah cara pandangmu soal profit dan loss.
Kenyataannya, profit dan loss itu cuma bagian kecil dari keseluruhan perjalanan tradingmu. Ibarat naik roller coaster, ada momen seru ketika naik, tapi juga ada saatnya kita turun dengan cepat. 🎢 Yang penting bukan seberapa tinggi kamu terbang saat profit, atau seberapa keras kamu jatuh saat loss, tapi gimana caranya kamu bisa tetap konsisten dan disiplin dalam jangka panjang.
Anggap aja kamu sedang bermain sebuah video game yang penuh tantangan. Setiap level yang kamu hadapi punya rintangan yang berbeda—kadang mudah, kadang bikin frustrasi. 🕹️ Nah, profit itu ibarat berhasil menyelesaikan satu level dengan skor tinggi, sementara loss kayak kalah di level yang susah. Tapi, apakah itu berarti game-nya selesai? Nggak, kan? Kamu pasti tetap lanjut main, karena tahu bahwa setiap kemenangan dan kekalahan adalah bagian dari proses menuju level akhir. 🎮
Begitu juga di trading! Profit dan loss itu cuma bagian kecil dari permainan besar ini. Bukan seberapa sering kamu menang atau kalah, tapi bagaimana kamu bisa menjaga konsistensi dan tetap fokus untuk memenangkan permainan jangka panjang.
Ini beberapa cheat code yang bisa bantu kamu menghadapi roller coaster emosi di trading:
Fokus ke proses, bukan hasil. Kalau strategimu berjalan sesuai rencana, itu udah kemenangan tersendiri! 🏆
Manajemen risiko yang bijak. Sebelum mulai trading, tentuin dulu risiko yang mau kamu ambil. Ini akan bikin kamu lebih tenang menghadapi apapun hasil akhirnya. ✌️
Jurnal trading. Catet setiap langkah yang kamu ambil dan evaluasi secara rutin. Ini membantu kamu lebih fokus untuk terus memperbaiki strategi, bukan cuma terpaku sama emosi.
Jadi, jangan biarkan profit atau loss mempengaruhi mood kamu ya! Tetap nikmati prosesnya, pelajari setiap lekukan jalannya, dan siap-siap untuk menghadapi lautan trading dengan kepala tegak. Semoga beruntung!
Psikologi Trading
No More Fear : Tips Mengatasi Mental Block dalam TradingTrading bisa jadi salah satu aktivitas paling mendebarkan dan penuh tantangan. Di satu sisi, ada potensi profit besar yang menggiurkan. Tapi di sisi lain, seringkali ketakutan justru mengambil alih ketika momen entry datang. Mungkin kamu pernah mengalami situasi dimana analisismu sudah benar, sinyal entry jelas, tapi... tanganmu ragu untuk klik buy atau sell. Bahkan, lebih parah, kamu justru keluar dari posisi terlalu cepat karena panik. Kalau kamu pernah merasa seperti ini, tenang aja, kamu nggak sendirian. Banyak trader mengalami apa yang disebut sebagai mental block -perasaan cemas dan takut yang bikin rencana trading jadi berantakan.
Di sesi ini, saya tidak membuat analisis harian seperti biasanya namun akan membahas gimana caranya mengatasi mental block ini, supaya kita bisa trading dengan lebih tenang dan percaya diri. Yuk, kita mulai!
Ukuran Posisi: Jangan Jadi "All In" Trader
Pertama, salah satu alasan terbesar kenapa banyak trader takut open posisi adalah karena ukuran posisinya terlalu besar. Ini sering terjadi, apalagi kalau kamu merasa yakin banget dengan analisismu. Tapi ingat, semakin besar risikonya, semakin besar juga rasa takutnya.
Solusinya? Coba trading dengan ukuran posisi yang lebih kecil. Misalnya, risiko per trade kamu bisa turunkan jadi cuma 3% atau bahkan 1% dari total modal. Ini bakal ngasih kamu ruang bernapas kalau trade-nya nggak berjalan sesuai rencana.
---
Stop Loss Itu Temanmu
Nggak menetapkan stop loss itu kayak naik roller coaster tanpa sabuk pengaman. Kamu nggak tahu kapan kamu bakal jatuh dan seberapa parah. Jangan biarin market menentukan kapan kamu keluar.
Pastikan kamu selalu punya stop loss yang jelas sebelum entry posisi. Kalau harga kena stop loss, ya udah, biarkan. Itu bagian dari permainan. Pikirkan stop loss sebagai teman yang menjaga kamu dari kerugian yang lebih besar.
---
Fokus ke Proses, Bukan Hasil
Nah, ini nih yang sering bikin mental kita goyah. Banyak trader terlalu fokus sama hasil setiap trade, apakah profit atau rugi, sampai lupa bahwa yang terpenting sebenarnya adalah proses.
Bikin rencana trading yang jelas dan patuhi itu. Jangan terlalu terjebak dengan hasil jangka pendek. Ingat, ini maraton, bukan sprint. Kamu nggak harus menang di setiap trade, yang penting kamu tetap berpegang pada rencanamu dan mengelola risiko dengan baik.
Visualisasi: Bayangkan Worst-Case Scenario
Sebelum trading, ada baiknya kamu membayangkan skenario terburuk. Misalnya, kamu entry posisi, terus harga malah bergerak melawan arah analisismu. Gimana perasaanmu? Kalau bisa tetap tenang meskipun kamu bayangkan skenario buruk ini, berarti kamu udah lebih siap secara mental.
Latihan pernapasan juga bisa membantu. Saat merasa cemas, coba tarik napas dalam-dalam, tahan sebentar, lalu hembuskan perlahan. Ini cara sederhana untuk mengendalikan pikiran dan menurunkan tekanan psikologis saat trading.
---
Jadikan Setiap Kerugian Sebagai Pelajaran
Oke, let's be real. Nggak ada yang suka rugi. Tapi, rugi itu bagian dari trading yang nggak bisa dihindari. Jadi, daripada terus-menerus takut rugi, lebih baik ubah mindset. Setiap kali rugi, tanya pada diri sendiri, “Apa yang bisa gue pelajari dari sini?” Mungkin ada kesalahan teknis, atau mungkin kamu terlalu terbawa emosi.
Setelah evaluasi, catat pelajaran tersebut dan jangan ulangi lagi kesalahan yang sama. Anggap rugi sebagai guru yang ngasih kamu pengalaman berharga.
---
Trading Berlebihan? Ambil Waktu Istirahat
Kalau kamu merasa emosional atau terlalu sering trading, mungkin saatnya istirahat sebentar. Ambil waktu untuk menjauh dari pasar, recharge, dan kembalilah dengan pikiran yang lebih jernih. Trading berlebihan hanya akan membuatmu semakin stres dan meningkatkan kemungkinan buat mengambil keputusan buruk.
---
Buat Jurnal Trading: Catat Semuanya
Salah satu cara terbaik untuk mengatasi ketakutan dan rasa cemas saat trading adalah dengan membuat jurnal. Catat setiap trade yang kamu lakukan—mulai dari analisis, alasan entry, bagaimana perasaanmu saat itu, dan hasilnya. Ini akan membantumu mengenali pola-pola emosi yang mungkin sering kamu alami.
Dengan jurnal, kamu bisa menganalisis bukan hanya hasil trading, tapi juga bagaimana emosi memengaruhi keputusanmu. Ini bisa jadi kunci untuk memahami dan mengatasi rasa takut yang selama ini menghalangimu.
---
Kesimpulan
Ketakutan saat trading itu wajar, terutama kalau kamu baru saja mengalami margin call atau kerugian besar. Tapi, dengan pengelolaan risiko yang tepat, disiplin, dan pendekatan yang lebih santai terhadap hasil, kamu bisa mengurangi rasa takut itu.
Ingat, trading itu bukan tentang selalu menang. Yang penting adalah bagaimana kamu mengelola risiko dan terus belajar dari setiap trade. Semakin kamu fokus pada proses dan bukan hasil, semakin besar peluangmu untuk sukses di jangka panjang. S o, take it easy, stay cool , dan jangan biarkan ketakutan mengendalikan tradingmu.
---
Semoga artikel ini bisa membantu kamu yang lagi berjuang mengatasi ketakutan dalam trading. Tetap semangat dan happy trading!
Ketika Strategi dan Keseharian Belum SinkronKali ini saya ingin berbagi pengalaman salah satu teman yang sedang dalam bimbingan dengan saya di dunia trading. Kisahnya mungkin relate dengan banyak dari anda yang sedang mencari jalan di antara strategi trading dan keseharian hidup. Cerita ini sangat membuka mata saya akan pentingnya keseimbangan dalam trading.
Teman saya ini sudah menemukan strategi yang cukup solid dan terbukti berjalan dengan baik berdasarkan data backtest dan analisis yang dia lakukan. Namun, masalah yang dia hadapi adalah strategi ini belum sepenuhnya sinkron dengan kesehariannya. Dia bilang, kadang-kadang tidak bisa selalu mantau pergerakan harga di depan chart, atau sebaliknya, malah terlalu lama di depan chart. Ini yang membuat tradingnya sering kali nggak maksimal.
Waktu terlalu lama di depan chart, dia sering overtrade atau mengambil risiko yang terlalu besar. Sebaliknya, ketika nggak bisa memantau dengan rutin, dia malah kehilangan momentum yang bagus. Akibatnya, meskipun strateginya secara teori berjalan, hasil nyatanya seringkali berbeda jauh dari ekspektasi.
Masalah lain yang membuatnya lebih stress adalah soal finansial. Dia membutuhkan penghasilan untuk menutupi kebutuhan hidup selama beberapa bulan ke depan. Meski ada modal untuk di-tradingkan dan strateginya sudah teruji, eksekusi yang tidak sinkron ini membuat profit yang diharapkan tidak kunjung datang. Tekanan finansial ini, tentu saja, semakin memperparah kondisi emosionalnya dalam trading.
Apa yang Bisa Dipelajari dari Pengalamannya?
Berikut beberapa hal yang dia bagikan pada saya untuk dibagikan, dan yang juga saya coba tekankan padanya:
Manajemen Waktu dan Emosi: Salah satu tantangan besar dalam trading bukan cuma menemukan strategi yang profitable, tapi bagaimana kita bisa mengatur waktu dan emosi. Terlalu lama di depan chart bisa mengganggu emosi dan menyebabkan pengambilan keputusan yang tidak rasional. Sebaliknya, kalau terlalu jarang mantau, kita bisa melewatkan peluang yang bagus.
Strategi Fleksibel untuk Gaya Hidup: Kami mulai mendiskusikan strategi yang lebih sesuai dengan rutinitas hariannya. Salah satunya adalah mencoba beralih ke timeframe yang lebih besar, seperti daily atau swing trading. Dengan begitu, dia tidak perlu memantau chart setiap saat, dan ini memberinya ruang untuk menjalani aktivitas lainnya tanpa stres berlebihan.
Pisahkan Uang untuk Kebutuhan Hidup dan Uang Trading: Salah satu pelajaran terpenting adalah jangan menaruh semua uang untuk trading. Membagi uangnya sebagian untuk kebutuhan pokok, dan sebagian lagi untuk trading. Dengan cara ini, kalaupun ada kerugian di market, itu tidak akan terlalu mengganggu kestabilan hidupnya.
Kesimpulan
Perjalanan trading teman saya ini mengajarkan kita bahwa trading adalah proses belajar yang panjang dan terus-menerus. Bukan hanya soal menemukan strategi yang bagus, tapi juga soal bagaimana menyesuaikannya dengan keseharian dan menjaga emosi. Bagi yang merasa strateginya belum sinkron dengan gaya hidup, mungkin ada baiknya mencoba menyesuaikan sedikit dan jangan terlalu keras pada diri sendiri.
Trading bukan soal menjadi sempurna, melainkan soal beradaptasi. Semoga pengalaman ini bisa memberikan sedikit pencerahan bagi anda yang sedang berjuang dalam perjalanan trading!
Terimakasih dan semoga beruntung!
Mengapa Trading di Luar Jam Ideal Bisa MerugikanSebagai seorang trader dengan pengalaman 5 tahun, saya sudah belajar banyak hal dalam perjalanan ini, termasuk pelajaran pahit mengenai trading di luar sesi yang seharusnya. Dulu, saya sering terjebak dalam kebiasaan kurang baik: melakukan day trading dan scalping di luar jam trading ideal. Hasilnya? Kerugian dan tekanan mental yang seharusnya bisa dihindari.
Bayangkan, kita sudah punya rencana trading, sudah menganalisis market, dan tinggal menunggu waktu yang tepat untuk masuk. Namun, tiba-tiba muncul rasa tidak sabaran. Dalam situasi seperti itu, saya sering mencoba memanfaatkan sesi yang bukan "golden time" hanya demi mengejar peluang, bahkan ketika volatilitas pasar sedang rendah. Seperti yang mungkin sudah banyak diketahui, sesi terbaik untuk trading biasanya saat pasar London dan New York terbuka. Di luar sesi tersebut, market cenderung bergerak lebih lambat dan sering kali, spread menjadi lebih tinggi.
Ketika saya memaksakan diri untuk trading di sesi yang kurang aktif, hasilnya sering tidak konsisten. Ada banyak noise di market yang membuat stop loss lebih sering tersentuh, dan akhirnya malah menurunkan performa trading. Dari sini, saya belajar bahwa disiplin dalam mengikuti sesi trading yang tepat adalah kunci untuk menjaga konsistensi profit. Jangan tergoda untuk membuka posisi di luar jam-jam ideal hanya karena ingin "aksi." Sering kali, lebih baik bersabar dan menunggu peluang yang jelas pada waktu yang tepat.
Jadi, bagi teman-teman yang masih sering trading di luar sesi ideal untuk day trade dan scalping, coba pertimbangkan lagi. Tidak ada salahnya untuk menahan diri dan fokus pada waktu yang lebih kondusif. Lagipula, trading itu ibarat maraton, bukan sprint.
Hindari Perilaku Berjudi dan Pentingnya KetidaktahuanSebagai trader, kita semua memiliki kecenderungan alami untuk berjudi di pasar keuangan. Ini seringkali disebabkan oleh dorongan psikologis untuk mencari sensasi dan kepuasan instan. Namun, penting bagi kita untuk memahami bahaya dari perilaku ini dan mencari solusi untuk mengatasinya.
Kenapa Kita Berjudi di Pasar Keuangan?. Yang sering dilakukan kebanyakan orang adalah Overtrading, Melakukan terlalu banyak transaksi tanpa analisis yang memadai; Chasing Losses, Berusaha mengembalikan kerugian dengan mengambil risiko yang lebih besar; Overconfidence, Merasa terlalu percaya diri setelah beberapa transaksi berhasil, sehingga mengabaikan analisis yang lebih mendalam.
Solusi yang saya bagikan di postingan kali ini mungkin tidak pernah dibagikan oleh analis atau trader lainnya, namun dengan memahami hal ini lah, anda mungkin dapat lebih bertahan di pasar keuangan.
Pertama adalah mengakui Batasan Pengetahuan dan menyadari bahwa anda tidak tahu segalanya sehingga membuat anda lebih berhati-hati. Dengan kesadaran akan hal itu, saya rasa tidak akan ada yang namanya over confidence?. Seperti takdir, dengan memahami bahwa anda tidak tahu apa yang akan terjadi 1 hari dari sekarang, anda tidak mungkin membelanjakan semua uang anda setelah gajian, bukan?.
Kedua adalah Penelitian dan Analisis. Karena Trading tanpa pengetahuan yang cukup sama dengan berjudi. Memang, untuk beberapa hal, kadang saya menggunakan bahasa 'main' atau 'bermain' untuk trading. Namun hal itu oleh kebanyakan orang malah dianggap sebagai permainan analisa. Padahal tujuan saya agar trading itu sendiri mudah dicerna karena sejauh ini, trading masih tetap dianggap sebagai pekerjaan tersulit - padahal tidak sesulit itu jika terbiasa mengelola psikologi. Intinya, Selalu lakukan riset dan analisis mendalam sebelum mengambil keputusan.
Untuk Strategi Mengurangi Risiko, saya rasa tidak perlu banyak penjelasan, cukup Diversifikasi dan Manajemen Risiko dengan tidak menaruh semua dana dalam satu aset, Menggunakan stop-loss dan limit orders untuk mengontrol kerugian, Menggunakan Posisi Kecil dan meningkatkannya seiring dengan bertambahnya pengetahuan dan pengalaman. Selalu menggunakan Akun Demo untuk berlatih/mencari edge dari sebuah strategi sebelum bertransaksi dengan uang sungguhan untuk memahami dinamika pasar tanpa risiko finansial.
Jadi, Kesimpulannya tendensi untuk berjudi di pasar keuangan adalah sesuatu yang alami, tetapi dapat dikendalikan. Dengan mengakui dan menyadari bahwa sebenarnya anda tidak tahu banyak di pasar keuangan dan menggunakan risiko terkecil yang mampu anda tanggung kerugiannya, anda akan paham bahwa itu adalah kunci untuk menghindari kerugian besar. Selain itu pertimbangkan untuk selalu mengedukasi diri secara terus-menerus dan menggunakan manajemen risiko yang baik untuk meningkatkan peluang sukses di pasar keuangan.
Dengan pemahaman yang tepat dan disiplin dalam menerapkan strategi ini, anda bisa menjadi trader yang lebih bijak dan sukses. Jangan ragu untuk berbagi pandangan Anda di kolom komentar. Selamat trading, dan semoga beruntung! 🚀📈
Pertemuan Saya Dengan Trader Sukses Dengan Pengalaman 10 TahunBaru-baru ini, saya berkesempatan bertemu dengan seorang trader berpengalaman yang telah lebih dari satu dekade berkecimpung di dunia trading. Dari pertemuan ini, saya belajar beberapa hal berharga yang ingin saya bagikan kepada komunitas Tradingview.
1. Terimalah Kebosanan 📉
Trading bukanlah tentang selalu berada dalam aksi. Terkadang, kebosanan adalah teman terbaik Anda. Sering kali, trading terbaik justru terjadi ketika kita bersabar dan menunggu setup dengan probabilitas tinggi. Jangan tergoda untuk selalu aktif melakukan transaksi.
2. Kesabaran adalah Kunci 🔑
Trader berpengalaman ini menekankan pentingnya kesabaran dalam trading. Menunggu momen yang tepat bisa berarti perbedaan antara profit dan loss. Ingat, bukan jumlah transaksi yang penting, tetapi kualitas dari setiap transaksi.
3. Fokus pada Rencana Trading 📝
Memiliki rencana trading yang jelas dan disiplin untuk mengikutinya adalah hal yang sangat penting. Rencana ini harus mencakup kapan masuk dan keluar dari posisi, serta manajemen risiko yang tepat.
4. Manajemen Risiko yang Baik 💼
Jangan pernah meremehkan pentingnya manajemen risiko. Pastikan Anda tidak mempertaruhkan lebih dari yang Anda mampu untuk kehilangan. Dengan manajemen risiko yang baik, Anda dapat melindungi modal Anda dan tetap dalam permainan untuk jangka panjang.
5. Terus Belajar dan Beradaptasi 📚
Dunia trading selalu berubah. Jangan pernah berhenti belajar dan beradaptasi dengan kondisi pasar. Ikuti perkembangan terbaru dan selalu cari cara untuk meningkatkan strategi trading Anda.
Pertemuan ini memberikan saya wawasan berharga tentang pentingnya kesabaran, disiplin, dan manajemen risiko dalam trading. Semoga edukasi ini bermanfaat bagi komunitas kita dan membantu kita semua menjadi trader yang lebih baik.
Selamat trading dan semoga beruntung!
"divergence" secara umum selama ini kita memahami divergen adalah perbedaan antara pergerakan harga dan pergerakan indikator oscilator, divergen sering kali "dianggap" merupakan indikasi harga akan berbalik arah. sering kali trader pemula menggunakan kedua pola ini sebagai patokan entry tanpa mengetahui apa faktor pembentukan pola tersebut.
pembentukan divergence
pada gambar diatas adalah divergence yang terdeteksi oleh indikator MACD, jika kita perhatikan maka terlihat jelas adanya perubahan range pergerakan harga pada trend utama saat terjadinya pembentukan divergence. hal ini dapat mengindikasikan tren utama yang sudah mulai kehilangan kekuatan untuk melanjutkan tren, maka akan ada 3 kemungkinan yang akan terjadi pada pasar yaitu
pasar akan sideways probabilitas +-30%
pasar akan melanjutkan tren +-30%
pasar akan berbalik arah +-30%
contoh lain
GBPUSD
5 ALASAN KENAPA KAMU MASIH TERUS RUGI DALAM TRADINGSudah mau masuk tahun yang baru, sudah waktunya kamu mengevaluasi performa trading kamu selama setahun kebelakang. Buat kamu yang sudah profitable selamat, tapi mungkin kamu salah satu yang masih “kurang beruntung” sudah belajar banyak, sudah mengeluarkan uang yang tidak sedikit tapi masih terus rugi mungkin sampai membuat kamu bertanya, salahku dimana?
Sebenarnya untuk bisa mengetahui pasti apa yang membuat trading kamu masih terus rugi tentu harus melihat bagaimana kamu melakukan analisa, bagaimana ketika kamu trading jadi untuk ini tentu yang bisa mengevaluasi hanya dirimu sendiri, tapi saya coba beri insight beberpa hal yang pernah dan bahkan masih “mengutuk” saya sehingga terus kesusahan dipasar saham. Jadi disini saya hanya sharing pengalaman bukan mau menghakimi benar salah atau merasa pintar. Tapi sebelumnya kamu harus ingat "profitable” disini bukan berarti kamu punya winrate 100% atau tidak pernah rugi sama sekali, ini hampir mustahil mau sehebat apapun kamu, kamu tetap akan selalu bertemu dengan bad trade, yang membuat kamu bisa profitable ketika secara konsisten jumlah profit jauh lebih besar dari jumlah kerugian.
1. TERLALU POLOS SAAT MENGANALISA (TA DAN FA)
Banyak pemula yang terlalu polos saat melakukan analisa, kamu perlu ingat kalau chart (pergerakan harga) itu bisa dilukis dan semua indikator teknikal yang kamu percaya bisa dimanipulasi oleh pihak tertentu yang secara tidak kamu sadari mereka gunakan untuk “menghasut” kamu untuk beli atau jual. Suka tidak suka pasar saham itu seperti kasino terutama untuk saham small caps, jalannya permainan bisa ditentukan “bandar” yang selalu menjadi korban tentu retail seperti kalian.
Sebagai contoh kita lihat strategi support resistance, pola pola chart atau indikator RSI, secara teori strategi ini merupakan strategi yang paling dasar dan mudah, ketika harga berada diarea support atau oversold kamu beli dan begitu sebaliknya tapi apa realitanya semudah itu? Apa kamu bisa profit? Kalau strategi ini bisa “work like a magic” seperti teori dalam buku tentu sudah banyak yang sukses, realitanya tidak semudah itu. Dan faktanya selain tidak mudah, ada banyak kasus support resistance, pola chart atau teknikal analisis secara keseluruhan yang dimanipulasi untuk mempengaruhi psikologi, mengecoh dan mejebak retail untuk kepentingan tertentu.
Note: sebagai contoh chart TOWR ada beberapa aksi manipulasi untuk untuk mempengaruhi psikologi, mengecoh dan mejebak retail untuk kepentingan tertentu seperti membuat retail CL atau untuk membuat retail beli.
Sebagai contoh untuk analisis fundamental walaupun sangat jarang digunakan untuk trading (jangka pendek), banyak pemula yang terjebak dengan laporan dan rasio keuangan seperti PBV, PER. Seperti chart dan indikator, rasio seperti PBV dan PER juga bisa dimanipulasi yang sering disebut dengan value trap tapi yang paling umum terjadi jebakan ketika laporan keuangan dirilis, misal saham ABCD selama beberapa hari naik 50% dan setelah itu laporan keuangan perusahaan ABCD dirilis, laba bersih perusahaan naik 100% secara akal sehat seorang pemula tentu kamu akan berfikir ini merupakan berita bagus tapi ternyata ketika kamu beli harganya malah turun, kenapa bisa? Kenaikan 50% sebelumnya adalah penyesuaian terhadap laporan keuangan yang akan dirilis, begitu berita bagus tersebut sampai pada retail tentu menimbulkan euforia dan FOMO yang dimanfaatkan bandar untuk profit taking.
Note: sebagai contoh laporan keuangan IPPE yang naik 205% hingga kuartal 3 2022, buat retail tentu ini berita yang luar biasa yang menimbulkan FOMO tapi buat bandar ini waktunya profit taking memanfaatkan eforia retail.
Solusinya kamu harus punya pendekatan analisis dan pemahaman “how market works” yang lebih masuk akal, gunakan TA dan FA seperti seorang bandar karena dengan memahami bagaimana bandar melihat TA dan FA bisa membuat kamu berada pada posisi yang lebih tinggi dalam rantai makanan. Tapi maaf saya tidak akan menjelaskan soal pendekatan analisa yang lebih baik disini karena bisa menjadi terlalu panjang, mungkin next time.
Tips: salah satu hal yang bisa kamu lakukan untuk tetap bisa bergerak bersama big player, smart money atau bandar adalah menggabungkan TA dan FA dengan bandarmologi.
2. TIDAK ADA PERENCANAAN
Penting tidak penting trading plan itu tetap penting tapi buat kamu yang selama ini trading tanpa plan namun bisa tetap profit konsisten tentu tidak masalah tapi buat kamu yang saat ini masih terus rugi cobalah kamu perhatikan ini apakah selama ini kamu trading hanya karena melihat saham yang lagi trending, ikut rekomendasi orang atau asal asalan? Melihat saham trending dengan running trade atau orderbook sebenarnya salah satu strategi scalping tapi tanpa pengetahuan yang benar ini bisa membuat kamu jadi makanan empuk bandar apalagi kamu terlalu percaya dengan rekomendasi orang, ada orang yang memberi rekomendasi sesuai analisa yang dia buat ada juga yang memberi rekomendasi untuk menjebak kamu jadi kamu harus lebih selektif dalam melihat rekomendasi. Satu hal yang harus kamu ingat tidak ada satupun orang yang tau selain bandar besok harga akan bergerak kemana, sehingga peran trading plan sangat penting.
Dalam prencanaan trading selain menentukan entry dan exit strategy juga termasuk dengan risk dan money management, tanpa 2 hal ini tentu bisa membuat performa trading kalian kacau. Contoh yang sering terjadi misalnya kamu tidak menggunakan money management sehingga posisimu selalu sesuka hati bedasarkan feeling atau mood, endingnya salah satunya kamu pasti pernah mengalami beli sedikit profit tapi begitu beli banyak malah rugi yang disebabkan karena position sizing yang buruk.
Tips: menggunakan metode perencanaan atau metode analisis yang berubah-ubah juga bisa membuat kamu terus merugi jadi kamu harus punya metode perencanaan dan analisis yang baku sehingga hasilnya tidak bias. Untuk detailnya saya lampirkan ide tentang membuat trading plan yang baik dibawah.
3. EKSEKUSI YANG BURUK
Pernah merasa dibeli turun dijual naik? Dibeli turun tidak dibeli naik? Beli sedikit profit beli banyak rugi? Semua pasti pernah, fenomena ini terjadi bukan karena market atau bandar mengerjai kamu atau mereka senang melihat kamu rugi tapi murni karena eksekusi trading kamu yang buruk.
Eksekusi yang buruk sering disebabkan karena ketidakmampuan kamu mengontrol psikologi sehingga trading kamu sangat dipengaruhi fear dan greed. Ketika kamu sudah punya trading plan yang bagus didukung dengan dasar yang kuat tapi ketika harga turun sedikit bahkan ketika belum masuk area CL tapi karena kamu dihantui “fear” kamu pasti akan segera jual dan ketika kamu jual endingnya bisa kamu tebak, tidak lama kemudian harga naik. CL memang perlu tapi terlalu sering CL apalagi CL yang tidak seharusnya (prematur) tentu tidak bagus karena bisa menggerus modalmu, beri ruang harga bergerak sesuai profil resiko kamu. Sebaliknya juga ketika harga naik tapi kamu terus dihantui “fear” harga akan turun sehingga kamu jual sebelum masuk area TP, walaupun kamu profit tapi secara jangka panjang TP yang prematur seperti ini tidak bagus kecuali kamu memang scalping, untung sedikit dijual rugi banyak ditahan. Fear dan greed memang sudah menjadi sifat alami manusia dan pada dasarnya fear and greed salah adalah insing bertahan hidup tapi kalau kamu tidak bisa mengontrolnya tentu bisa melukai diri kamu sendiri.
Selain fear seperti contoh diaatas, greed atau keserakahan juga sering menyebabkan ekeskusi trading yang buruk seperti terlalu banyak trading (overtrade) karena ingin cepat kaya, keinginan balas dendam ketika rugi (revenge trading) dan kombinasi fear dan greed yaitu Fear of Missing Out (FOMO).
Tips: setelah mengeksekusi trading plan dengan backup analisa yang bagus kamu harus punya “leap of faith” atau kepercayaan diri, sisanya biarkan market yang menentukan jangan terlalu banyak intervensi.
4. TERLALU SERING MELIHAT LAYAR
Mengamati pasar dengan teliti dan detail itu memang wajib tapi terlalu sering melihat layar justru malah bisa mengacaukan trading kamu apalagi kalau kamu tidak bisa mengontrol psikologi kamu dengan baik yang pada akhirnya membuat kamu konsisten rugi. Terlalu sering memantau market atau portofolio ketika kamu sudah mempunyai trading plan yang bagus bisa berdampak seperti point nomor 2 yaitu “eksekusi yang buruk” makanya seorang trader yang profitable kebanyakan selalu membatasi waktu mereka ketika market open.
Kamu bisa coba mengurangi frekuensi kamu melihat layar selama kamu sudah punya rules dan trading plan yang jelas dan kembali fokus pada pekerjaan utama atau kalau kamu memang full time trader kamu bisa melakukan aktivitas lain sepereti hobi, jangan sampai antusiasme yang tinggi membuat kamu menjadi terlalu sering melihat layar yang malah membuat psikologi kamu terganggu sehingga kamu dihantui fear dan greed yang dapat mengacaukan trading kamu.
Tips: luangkan waktumu sekitar 90% ketika kamu melakukan analisa dan membuat planning, 10% sisanya untuk mengeksekusi trading plan yang sudah kamu buat jangan sampai terbalik.
5. TRADING SEPERTI PENJUDI
Seperti kasino pasar saham bisa membuat kamu candu dan bisa membentuk mentalmu seperti penjudi kalau kamu tidak mempunyai self control. Salah satu hal yang berbahaya dari mental judi seperti point nomor 2 yaitu "tanpa perencanaan" sehingga kamu trading sembarangan sesuka hati tapi salah satu hal yang bahaya dari mental judi adalah merasa kalau uang itu tidak ada artinya sehingga kamu pertaruhkan uangmu disaham atau waran yang sedang volatil, kalau profit syukur kalau rugi ya sudah nanti uangnya dicari lagi, ini bahaya karena penjudi bisa lupa diri sampai dia kehilangan segalanya. Kamu harus ingat kalau cari itu uang susah jadi mulailah menghargai uangmu sekecil apapun sehingga kamu selalu berhati-hati.
Mental penjudi juga identik dengan balas dendam atau revenge trading, ketika rugi bukannya berhenti dan evaluasi kamu malah bertaruh lebih banyak untuk menutupi kerugian tapi balas revenge trading selalu berakhir menyedihkan karena pada akhirnya kamu malah bisa mengalami kerugian yang lebih banyak lagi.
Tips: salah satu mental penjudi dalam analisa teknikal adalah "melawan trend" walaupun ketika downtrend akan ada pullback tapi membeli saham yang sedang downtrend tentu tidak dibenarkan. Kamu harus kembali lagi keaturan dasar, trend adalah temanmu.
In the end, buat saya 5 point inilah yang paling sering mengacaukan trading yang pada akhirnya membuat saya harus terus merugi. Semoga ada point yang sama yang kamu alami sehingga bisa kamu jadikan bahan evaluasi dan lakukan perubahan. Kalian harus ingat untuk bisa profitable atau profit konsisten dipasar saham itu tidak mudah, perlu proses belajar dan jatuh bangun yang panjang dan sulit, banyak teman-teman trader yang butuh waktu bertahun tahun dan rugi besar bahkan bangkrut baru bisa berhasil, walaupun berat tapi selama kalian yakin kalian pasti bisa.
5 TIPS MENGHADAPI MARKET KETIKA SEDANG BEARISH1. BUKAN WAKTUNYA UNTUK PANIK
Kamu tidak perlu terlalu larut dalam kesedihan karena kamu tidak sendirian, ada banyak investor dan trader diluar sana yang juga mengalami floating loss atau cutloss besar sama seperti kamu saat ini bahkan lebih besar. Tidak perlu panik, karena ketika panik kamu cenderung akan membuat keputusan yang ceroboh. Yang harus kamu ingat fase bullish ataupun bearish sudah menjadi “hukum alam” market, ada waktunya trend turun ada waktunya trend naik apapun “berita” yang mendorongnya. Kamu tidak bisa berharap trend akan selalu naik begitu juga sebaliknya, secara konsep supply demand market akan selalu mencari titik equlibrium atau kesetimbangan dan berdasarkan Dow Theory price action discount everything yang artinya market akan selalu "priced in" menyesuaikan kondisi ekonomi mikro, makro, kondisi geopolitik .dll
Tips: salah satu trik efektif buat menghilangkan rasa sedih, marah karena floating loss atau cut loss adalah melihat orang yang mengalami kerugian lebih besar. Kelihatan jahat tapi ini hanya untuk menekankan kalau kamu tidak sendirian, coba kamu cek forum saham selain bisa mencari insight baru kamu bisa melihat orang yang senasib dengan mu (atau kita)
2. ANALISA LEBIH LANJUT
Mungkin kamu akan menyalahkan market atas apa yang terjadi denganmu tapi itu percuma karena sejatinya market selalu benar. Pelajari alasan kenapa market menjadi bearish, market bearish bisa hanya sebuah koreksi jangka pendek bisa juga trend jangka menengah karena hal tertentu misal proyeksi kondisi ekonomi hingga masalah geopolitik. Market bearish adalah fase downtrend yang penurunannya cenderung "slow" berbeda dengan market crash yang rentang penurunannya besar dengan periode waktu yang singkat.
Note: sejauh ini (koreksi kalau salah) saya belum melihat indeks seperti IHSG, DJI .dll yang mengalami bearish jangka panjang karena pada akhirnya sedalam apapun market crash akan tetap kembali bullish dan mencetak all time high baru (dengan tetap tidak mengkesampingkan probabilitas menjadi bearish jangka panjang), setau saya indeks yang mengalami fase sideways panjang adalah Nikkei Jepang.
Kalau kita ambil contoh trend bearish yang terjadi saat ini utamanya disebabkan karena proyeksi ekonomi yang buruk mulai dari hyperinflation sampai kondisi geopolitik sehingga banyak negara besar seperti US, UK yang berada dijurang resesi jadi sangat wajar kalau market terkoreksi. Apakah kondisi bearish ini akan berlangsung lama atau akan recovery secepat saat Covid-19 kemarin? Soal ini tidak ada yang tau pasti tergantung progeres kondisi ekonomi dan geopolitik kedepannya, tapi mari kita cek pergerakan IHSG dulu:
Note: secara jangka pendek IHSG terkoreksi setelah mendapat rejection sehingga tidak mampu melewati area resisten ATH, secara teknikal ini normal dengan atau tanpa bumbu resesi ekonomi. Pergerakan IHSG kedepannya tergantung apakah area support line 6500 bisa kembali menjadi pijakan untuk IHSG, jika tidak IHSG berpotensi turun menuju area support selanjutnya diarea 5500-6000.
Selain soal pergerakan harga kamu juga perlu melihat "peergerakan uang" terutama pergerakan investor asing atau foreign flow karena peregerakan investor asing sangat berpengaruh untuk IHSG mengingat Indonesia adalah emerging market sehingga banyak investor asing yang berinvestasi pada pasar saham Indonesia terutama pada saham big caps. Selama satu dan enam bulan terakhir terakhir investor asing masih tercatat beli bersih pada semua pasar sebesar 1.6 dan 41 triliun, sejauh ini masih bagus walaupun pada pasar reguler investor asing cenderung jual bersih. Setelah selesai dengan indeks, kamu juga perlu melihat pergerakan harga saham terutama yang sedang kamu hold, mapping dimana area support, cek bandarmologi .dsb sebagai bahan pertimbangan.
Note: kamu harus pastikan bahwa saham yang kamu beli turun karena mengikuti koreksi market bukan karena aksi pump-dump (distribusi/sell off), jika saham yang kamu hold turun karena aksi pump-dump tentu tidak ada hubungan secara langsung dengan market yang lagi bearish.
3. MUNDUR ATAU MAJU PELAN PELAN
Tentu hal yang paling masuk akal adalah keluar sebelum market bearish terjadi atau setidaknya sebelum market turun lebih dalam. Kalau kamu cukup paham teknikal analisis dan membaca situasi ekonomi mikro makro, market akan selalu memberi tanda sebelum perubahan trend terjadi. Seperti penjelasan teknikal IHSG pada point sebelumnya, IHSG terkoreksi karena tertahan area resisten ATH, jika kamu cukup peka seharusnya kamu sudah mulai "slowing down" sesaat IHSG mengalami rejection dan ketika isu resesi mulai trending.
Jika kamu merasa “gatal” untuk tetap trading, sebenarnya saat market bearish pun akan selalu ada saham yang mengisi top gainer walaupun mungkin tidak setinggi dan sebanyak ketika market bullish jadi akan tetap selalu ada peluang tapi ingat ketika market bearish tentu odd mu akan menjadi lebih rendah terlebih buat kamu yang ketika merket bullish sekalipun masih sering rugi. Jika tidak bisa mundur total kamu bisa mengurangi porsi, misal gunakan maksimal 20% dari total modalmu untuk trading sehingga dalam sekenario terburuk sekalipun kamu akan tetap aman.
Tips: saat situasi bearish seperti ini kamu juga bisa memindahkan investasimu ke aset yang lebih aman misal reksadana pasar uang, emas, surat utang negara atau kamu juga tetap bisa berinvestasi saham namun pada sektor yang sedang kuat kalau saat Covid-19 dulu sektor farmasi, kalau sekarang sektor apa? Pilihannya ada dikamu, kamu bisa stay cash dan menunggu pasar saham kembali bullish atau berinvestasi pada instrument lain yang lebih aman.
4. REVIEW DAN EVALUASI
Jika kamu terlanjur terjebak dalam posisi floating loss yang terlalu dalam tentu opsi cut loss akan terasa sangat berat. Solusi paling masuk akal, kamu bisa mengevaluasi dan mereview ulang tujuan dan saham yang kamu beli, kalau tujuanmu trading tapi membiarkan saham yang kamu beli turun tanpa batas resiko tentu itu salah kamu sendiri terlebih kalau yang kamu beli saham “gorengan” kalau sudah begini pilihannya tinggal mengakui kesalahan dengan cutloss kemudian evaluasi cara trading kamu atau menggantungkan nasibmu pada market apakah akan dibawa turun lebih dalam atau diberi kesempatan keluar BEP atau malah profit, who knows? Pilihannya ada pada kamu!
Namun kalau tujuan kamu untuk long term atau minimal swing trade dan yang kamu beli adalah saham berfundamental minimal cukup baik dan secara valuasi misal berdasarkan PBV tidak overvalued atau masih dikisaran harga wajar justru bisa menjadi peluang menambah posisi bagus dengan metode Dollar Cost Averanging (DCA) sehingga harga rata-rata pembelianmu bisa turun.
Note: jangan sampai posisi menentukan opinimu sehingga menjadi bias dan subjektif, karena kamu sudah terlanjur rugi kamu membuat opini positif yang mengada-ada tentang saham yang kamu beli untuk menghibur diri dan membenarkan tindakanmu.
5. TAKE A REST!
Terakhir, kamu juga tidak harus selalu “berada” dalam market, momen market bearish seperti ini bisa jadi momen hiatus sehingga kamu bisa fokus pada hal lain yang bisa kamu kerjakan misal fokus pada pekerjaan utama, pekerjaan sampingan, hobby atau bersenang senang bersama teman atau keluarga. Jangan sampai rasa ingin balas dengam dan hasrat mengambil kembali "hak" yang telah diambil dari kamu menjadi semakin berkobar, ini bahaya karena malah bisa memperparah keadaan, take a rest and stay strong bro!
Note: saat beristirahat kamu tetap perlu melihat market sesekali untuk mendapat informasi baru tentang kondisi market, terus update analisa teknikal sehingga kamu tidak melewatkan momen perubahan trend (bullish reversall). Satu hal yang harus kamu ingat adalah "orang kaya baru" selalu lahir dari kondisi sulit seperti ini, jangan sampai kamu kehilangan peluang lagi.
Dan sebagai catatan bahwa semua informasi yang tertulis disini bukan ilmu pasti, disini saya hanya sharing ilmu bedasarkan pengalaman saya selama ini, semoga bermanfaat buat teman-teman semua, tereimakasih.
Investasi sahamKapitalisme, adalah sebuah istilah dalam ekonomi yang sering kita dengar dimana menurut KBBI kapitalisme adalah sistem atau paham ekonomi yang modalnya bersumber pada modal pribadi atau modal perusahaan swasta dengan ciri persaingan di pasaran bebas.
Tujuan utama kapitalisme adalah menghasilkan uang sebanyak mungkin dan secepat mungkin. Tidak ada tujuan lain, seperti mendekatkan diri kepada Tuhan. Jika ada yang bilang tujuan kapitalisme bukanlah uang, maka orang itu belum memahami apa itu kapitalisme.
Ada tiga instrumen yang bisa digunakan untuk mencapai tujuan dalam prinsip kapitalisme; tanah, tenaga kerja dan modal.
Tanah, yang mana merupakan 30% dari bumi sifatnya sangat terbatas. Jika anda memiliki tanah, maka anda bisa menggunakan tanah tersebut untuk membangun rumah, pabrik, menyewakannya atau seperti yang dilakukan teman saya di desa, menyerahkan pengelolaan tanah itu untuk ditanam oleh orang lain lalu diambil hasil buminya.
Lalu ada tenaga kerja dimana tenaga kerja berarti produksi. Jika anda memiliki tenaga kerja berarti anda memiliki bisnis. Dengan kata lain anda bisa membayar waktu orang. Waktu sendiri adalah sumber daya yang sangat terbatas dan erat korelasinya dengan uang. Mungkin anda pernah dengar istilah “waktu adalah uang”? Baik anda dan Cristiano Ronaldo sama sama memiliki 24 jam dalam sehari. Perbedaanya adalah Cristiano Ronaldo dalam sehari rata-rata menghasilkan Rp 4.728.064.000. Sedangkan anda mungkin menghasilkan jauh lebih sedikit dari itu dan Cristiano Ronaldo dengan penghasilannya yang lebih banyak mampu membeli waktu orang lain.
Sedangkan modal tidak kalah pentingnya. Modal bisa diibaratkan bumbu rahasia dalam membuat ayam goreng KFC yang memungkinkan KFC menjual 23 juta ayam per tahun atau 8.3 % dari jumlah penduduk Indonesia. Tapi modal yang berupa uang tidak akan berguna jika anda tidak mampu membuat modal tersebut menghasilkan uang. anda bisa meminjamkan modal tersebut dan memperoleh bunga dimana bunga berarti biaya atau kompensasi yang anda dapat dari meminjamkan uang anda. Atau anda bisa menggunakan modal tersebut untuk membeli aset dan waktu orang yang mana ini akan memberikan imbal hasil berupa uang. Sesuai dengan tujuan utama kapitalisme.
Pilihan yang kita lakukan sebagai investor saham adalah menggunakan uang itu untuk membeli aset berupa saham atau kepemilikan sebuah perusahaan sebagaimana orang yang membeli 5% saham sebuah perusahaan, maka orang tersebut memiliki 5% dari perusahaan itu.
Secara umum saat kita berinvestasi dengan membeli saham sebuah perusahaan maka asumsinya adalah:
Perusahaan itu menghasilkan uang.
Uang ini dihasilkan dari bagaimana perusahaan tersebut menggunakan Tanah, tenaga kerja dan modalnya dengan efisien dan efektif.
Jika kemudian nilai perusahaan tersebut yang awalnya 20 T turun menjadi 15 T, maka ini bisa menjadi kesempatan untuk anda bisa membeli saham perusahaan tersebut di harga yang lebih murah.
Tentu anda juga harus yakin bahwa perusahaan tersebut masih bisa mengelola tanah, waktu dan modalnya untuk mengikuti prinsip kapitalisme di masa depan, yaitu menghasilkan uang.
Terdengar sangat mudah namun kenyataannya sangat sulit. Otak manusia secara biologis terprogram untuk fokus pada konsekuensi jangka pendek yang membuat kita sulit untuk fokus ke masa depan.
Karena inilah kita kadang melakukan kesalahan paling umum. menjual saham kita hanya karena harganya jatuh sedikit.
Kebanyakan orang melakukan ini karena dipengaruhi oleh apa yang kita sebut FUD : Fear, Uncertainty dan doubt.
Mereka yang membeli saham saham berkualitas kemarin saat harga nya jatuh mungkin memiliki pandangan yang berbeda yaitu masih mampu melihat kemampuan perusahaan dalam mengelola Tanah, waktu dan modalnya untuk menghasilkan uang serta mampu mengatasi FUD dalam pikiran mereka.
Namun kadang penurunan harga juga harus diwaspadai. Mungkin ada 3 alasan kenapa sebuah saham yang menurut anda bagus perlu dijual
Narasinya sudah berubah atau dengan kata lain kemampuan perusahaan dalam memenuhi tujuan utama kapitalisme yaitu menghasilkan uang sudah menurun atau malah memburuk.
Ada peluang yang lebih baik.
Ada kebutuhan finansial mendesak yang membutuhkan dana tambahan.
Jika memang bertujuan berinvestasi, fluktuasi harga bukanlah alasan untuk melepas posisi.
Think big, be optimistic and be patient.
Dirgahayu Indonesia ku.
10 Kognitif Bias Dalam InvestasiBanyak orang memiliki kecerdasan yang dibutuhkan untuk menganalisis pergerakan harga,
tetapi jauh lebih sedikit yang mampu melihat lebih dalam ke dalam dan menahan pengaruh kuat psikologi.
Dengan kata lain, banyak orang akan mencapai kesimpulan kognitif yang sama dari analisis sebuah chart
Tapi apa yang mereka lakukan dengan analisi itu sangat bervariasi karena psikologi memberikan pengaruh yang berbeda.
Kesalahan investasi terbesar tidak datang dari faktor-faktor yang bersifat informasional atau analitis, tetapi dari faktor-faktor yang bersifat psikologis.
Psikologi investor mencakup banyak elemen terpisah yang kadang disebut bias bias kognitif; yaitu kesalahan sistematis dalam berpikir yang
mempengaruhi cara kita mengambil keputusan dan memberikan penilaian.
Di chart diatas, terlampir beberapa kognitif bias yang sering terjadi pada seorang investor atau trader dan cara untuk menghindarinya
Semoga membantu
3 MASALAH PSIKOLOGIS “FEAR” DALAM TRADINGTanpa kamu sadari salah satu aspek yang sebenarnya jauh lebih penting dalam menentukan hasil trading atau investasi selain sekedar kemampuan analisis entah itu analisa fundamental, teknikal sampai bandarmologi yaitu kemampuan kamu memanajemen psikologis. Semua orang pasti pernah mengalami masalah psikologis dalam trading dan fakta bahwa masalah psikologis ini adalah masalah yang sangat sulit untuk diatasi karena pada dasarnya masalah itu bagian dari sifat alami manusia, semua manusia terlahir membawanya. Akar dari masalah psikologis yang sering mengganggu ketika trading ini ada 2 yaitu FEAR dan GREED atau RASA TAKUT dan TAMAK (KESERAKAHAN) . Disini saya coba membuatmu ingat kembali masalah FEAR atau RASA TAKUT dalam trading tersebut, saya sebut mengingat kembali karena pada dasarnya kamu pasti pernah mengalami namun mungkin tidak kamu sadari.
3 MASALAH PSIKOLOGIS “FEAR” DALAM TRADING
1. TAKUT SALAH
Salah satu ketakutan yang sering kita hadapi sebagai manusia yaitu rasa takut salah, rasa takut ini datang biasanya ketika kamu akan mengambil keputusan. Dalam trading rasa takut salah misal ketika kamu merasa takut cutloss karena takut nanti harga balik lagi, takut hold posisi karena takut profit mu berkurang sehingga kamu tidak bisa membiarkan posisi profit terus berjalan yang akhirnya membuat profitmu kecil dan jika kamu juga sering merasa takut cutloss sehingga membiarkan posisi rugi semakin besar, ini bisa menjadi bom waktu yang akan terus menggerus modalmu, untung kecil dijual begitu rugi besar ditahan .
Takut salah juga bisa disebabkan faktor eksternal misal karena uang yang kamu pakai adalah uang “panas” misal uang yang akan dipakai untuk kebutuhan keluarga bahkan yang paling parah trading menggunakan hutang sehingga kamu merasa takut karena jika kamu salah resikonya bisa fatal, hal ini tentu bisa sangat mempengaruhi psikologi mu saat trading secara negatif karena segala keputusan yang kamu buat menjadi prematur, subyektif dan tidak rasional makanya salah satu aturan dasar dalam trading dan investasi yaitu jangan menggunakan uang panas, selalu gunakan uang yang kamu siap secara psikologis jika seandainya harus hilang karena rugi.
Bahkan ketika kamu sudah memiliki trading plan dan alasan bagus untuk membeli suatu saham, kamu masih tetap bisa dipengaruhi rasa takut salah sehingga membuatmu overthinking, endingnya bisa membuat eksekusi mu menjadi berantakan. Makanya kamu pasti sering terjebak situasi dibeli turun tidak dibeli naik, ini bukan karena market atau bandar sengaja mengerjai kamu, pentingnya apa? Tapi karena kamu tidak punya konsistensi atau perlakuan yang sama terhadap tiap trading plan yang kamu buat.
Tips: bahkan setelah kamu jago analisa fundamental, teknikal atau bandarmologi kamu masih tetap bisa salah karena sudah menjadi kodratnya bahwa market itu “unpredictable” seperti hutan rimba akan selalu ada hal yang tidak terduga yang terjadi berlawanan dengan mu. Buang rasa takutmu kamu hanya perlu mengeksekusi semua plan yang sudah kamu buat sama rata jadi tidak ada saham yang kamu eksekusi dengan penuh keberanian dan ada juga saham yang tidak kamu eksekusi karena ragu (takut) plan tersebut akan "work" atau tidak.
2. TAKUT KEHILANGAN UANG
Pernah merasa takut cutloss karena takut rugi atau kehilangan uang? Semua pasti pernah, biasanya perasaan ini datang karena kamu terjebak dilusi kalau kamu belum jual maka kamu belum rugi sehingga kamu terus menerus menunggu harga kembali ke posisi kamu beli supaya kamu bisa keluar balik modal. Ingat kamu tidak akan pernah tau sedalam apa suatu saham akan turun, bahanya kamu bisa terseret arus dan hanyut makin jauh sehingga akan sangat sulit untuk recovery bahkan bisa membuatmu “mati langkah” karena sudah rugi terlalu dalam, stuck di “gocap” bahkan suspensi sehingga kamu bisa kehilangan peluang ditempat lain hanya karena menunggu bisa balik modal atau ada yang mau beli saham yang kamu jual.
Takut kehilangan ini juga banyak disebabkan karena kamu membeli terlalu besar (oversize) bahkan all in, kamu meresikokan jauh lebih besar dari resiko yang bisa kamu tanggung secara psikologis dan modal. Misal batas resiko yang bisa kamu terima secara psikologis Rp 500.000 sehingga dengan batas stoploss 5% maka besar pembelian maksimal kamu Rp 10 juta tapi karena kamu terlalu yakin kamu beli Rp 50 juta sehingga penurunan 1% sudah sampai batas resiko psikologis Rp 500.000 ketika harga turun ke batas stoploss 5% dengan kerugian Rp 2.5 juta apa kamu yakin berani untuk cutloss? Saya yakin tidak, kamu pasti akan takut kehilangan uang sebesar itu. Fatalnya dengan kondisi ini kamu bisa membiarkan posisi rugi semakin membesar dan semakin takut untuk cutloss dan menerima kalau kamu salah, bisa kamu tebak endingnya? Yups, bencana!
Tips: ingat pepatah “cut your loss early and let your profit run" jangan takut cutloss, keluar sesegera mungkin ketika sudah mencapai batas resikomu, jangan buat posisi rugimu terus membesar karena kamu tidak mau mengakui kalau kamu salah. Trading bukan judi, kamu tidak harus mempertaruhkan semua uang yang kamu punya, gunakan position sizing yang benar sehingga kamu tidak perlu takut dan terbebani ketika kamu salah dan harus cutloss.
3. TAKUT KETINGGALAN (FEAR OF MISSING OUT)
Takut ketinggalan atau FOMO (Fear of Missing out) rasa takut ini muncul karena kamu terbiasa dengan herding behaviour atau kebiasaan ikut ikutan misal ketika harga saham tiba-tiba menjadi volatile entah ketika ada pakar atau influencer saham melakukan “pom-pom” suatu saham, ketika ada berita dan isu bagus dirilis atau ketika suatu saham menjadi trending dan banyak dibicarakan banyak komunitas saham sehingga membuatmu menjadi sangat excited dan terburu-buru masuk tanpa melakukan analisa lebih jauh dan mendalam. Seperti perang trading itu game of patience, kamu harus sabar menunggu momen yang tepat buat menyerang dengan menunggu konfirmasi dari banyak aspek dalam hal ini strategi trading yang kamu pakai. Asal maju dan menyerang hanya akan membuatmu terpojok dan kalah sehingga bisa membawa banyak kerugian buatmu.
Tapi ada juga situasi dimana FOMO bisa memberimu profit, karena mungkin kebetulan sentimen positif saham tersebut sangat kuat tapi kamu perlu ingat menyeberang jalan sembarangan dan selamat tidak membuat menyeberang jalan sembarangan itu aman jadi gimanapun juga FOMO adalah masalah psikologis yang memiliki lebih banyak sisi negatif jadi lebih baik kamu hindari.
Tips: kendalikan dirimu ketika melihat pergerakan saham yang volatile, berita dan isu bagus yang dirilis termasuk juga ketika melihat influencer atau pakar saham memberikan rekomendasi jangan mudah terpengaruh, berhenti menjadi “domba” yang gampang diarahkan. Ambil berita dan rekomendasi dari influencer atau pakar tersebut sebagai refrensi kemudian lakukan analisa lebih dalam sebelum take action, jangan terburu-buru!
KESIMPULAN
Semua trader pasti mengalami masalah psikologis “FEAR” seperti yang saya sebutkan diatas karena itu human nature, semua manusia terlahir membawa rasa takut karena itu bagian dari survival instinc tapi tentu tanpa manajemen yang baik, rasa takut hanya akan membawa pengaruh negatif dalam hidupmu khususnya ketika kamu trading. Untuk bisa naik kelas dan menjadi trader yang lebih baik tentu kamu harus bisa mengatasi masalah ini, saya sudah mengingatkan lagi 3 rasa takut yang sering mengganggu ketika trading sesuai apa yang selama 7 tahun trading saya alami. Kembali lagi solusinya hanya ada padamu, hanya kamu yang tau bagaimana cara mengontrolnya dan mengalahkan rasa takut tersebut, semangat!
Psikologi Trading: Sunk Cost fallacyBayangkan anda menjadi seorang direktur perusahaan pembuat pesawat dimana anda diberikan dana sebesar 10 juta USD untuk membuat sebuah pesawat yang tidak terdeteksi radar atau dengan kata lain, pesawat siluman.
30% dana sudah digunakan namun ternyata perusahaan saingan sudah selesai membuat pesawat siluman dimana pesawat mereka ternyata lebih cepat dan lebih irit dibanding pesawat rancangan perusahaan anda.
Menurut perhitungan tim anda, sangat susah mengalahkan pesawat tersebut mengingat pesawat tersebut lebih baik, lebih murah dan sudah dipasarkan terlebih dahulu.
Pertanyaanya. Maukah anda menghabiskan sisa dana anda untuk melanjutkan pembuatan pesawat siluman anda?
Lebih dari 80% responden menjawab MAU. Mereka akan menghabiskan sisa dana untuk melanjutkan pembuatan pesawat tersebut meskipun pesawat lain ternyata jauh lebih baik dan sudah dipasarkan.
Sekarang skenario berubah.
Bayangkan anda baru ditunjuk menjadi direktur sebuah perusahaan pembuat pesawat. Sebelum anda menjabat, proyek pembuatan pesawat siluman sudah berjalan dan sudah menghabiskan 30% dana. Salah satu karyawan anda mengatakan bahwa proyek ini sebaiknya dilanjutkan dengan menggunakan sisa dana yang ada. Namun menurut perhitungan dan data data yang disediakan, sangat susah dan hampir tidak mungkin membuat pesawat yang jauh lebih baik dan bersaing dalam penjualan dengan kompetitor perusahaan anda. Ditambah lagi perusahaan saingan sudah memasarkan pesawat mereka.
Sebagai direktur maukah anda menggunakan sisa dana untuk menyelesaikan proyek tersebut?Hampir 80% responden mengatakan bahwa mereka tidak mau mengikuti saran bawahan mereka untuk menghabiskan dana tersebut. Pertanyaan nya sama, namun kenapa keputusan yang dihasilkan justru berbeda?
Semua ini karena sudut pandang. Di cerita pertama anda adalah direktur yang memulai proyek tersebut. anda menghabiskan waktu, uang dan tenaga untuk proyek tersebut sehingga jika anda menghentikan proyek tersebut, semua usaha anda sia sia.
Di cerita kedua, anda bukan lah direktur yang memulai proyek tersebut. anda hanya seorang direktur yang baru menjabat. anda tidak menghabiskan dana, tenaga dan waktu sebagaimana direktur di cerita pertama. Ini membuat anda lebih objektif dalam mengambil keputusan mengingat anda tidak memiliki ikatan emosional dalam proyek tersebut.
Dalam hal ini, direktur di cerita pertama mengalami salah satu bias dalam psikologi yang disebut Sunk Cost fallacy.
Contoh lain adalah saat anda membeli sebuah makanan namun setelah dimakan rasanya tidak enak. Tapi karena sudah mengeluarkan uang untuk menghabiskan makanan tersebut, anda memaksakan diri untuk makan.
Dalam kasus investasi, sunk cost fallacy merujuk pada keadaan dimana seseorang tetap setia pada suatu saham meskipun tesisnya sudah berubah.
Kesetian ini diakibatkan oleh banyak nya tenaga dan waktu yang sudah dikeluarkan untuk menganalisa saham ini dan semua tenaga dan waktu tidak ingin terbuang sia sia. Ini mirip dengan keadaan dimana anda sudah menjalin hubungan lama dengan pasangan anda namun pada titik tertentu si pasangan ternyata ketahuan selingkuh beberapa kali dan sifatnya sudah jauh berubah.
Merasa bahwa anda sudah terlalu bersama menghabiskan waktu bersama pasangan anda ini, anda tetap mau melanjutkan hubungan ini meskipun anda harus menahan sakit hati.Dengan kata lain, sunk cost fallacy bisa dikatakan sebagai “bucin” dalam dunia investasi ataupun trading.
10 KESALAHAN FATAL YANG PEMULA DALAM TECHNICAL ANALYSIS1. TECHNICAL ANALYSIS ADALAH TENTANG MEMBACA PSIKOLOGI PASAR
Tidak seperti persepsi kebanyakan orang tentang teknikal analisis (TA), sebenarnya TA bukan merupakan ilmu tarik garis dan menghafal pola seperti pelajaran anak TK atau menggunakan banyak serta “fancy” indikator supaya terlihat keren. Semua konsep atau metode dalam TA mulai dari yang paling sederhana seperti supply demand (support resisten) pada dasarnya berkaitan erat dengan human psycohologi and behaviour. Pergerakan market secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh psikologi dan kebiasaan manusia seperti fear and greed serta optimise dan pesimisme. Seluruh emosi dan tindakan manusia ini tergambar dalam chart, ketika kamu melakukan TA yang sebenarnya kamu lakukan adalah mencoba membaca dan mengerti psikologi pasar dan manusia.
Tips: ketika kamu sudah dapat menginterpretasikan psikologi dan kebiasaan manusia yang tecermin dalam pergerakan harga (chart) maka kamu akan memiliki pemahaman yang lebih baik dalam technical analysis.
Note: contoh gambaran psikologi market secara umum bedasarkan fase market, untuk konsep yang lebih mendasar bentuk sebuah candlestick juga bisa mencerminkan psikologi pasar.
2. MENGGUNAKAN TERLALU BANYAK INDIKATOR DAN ANALISIS
Salah satu kebiasaan yang umum pemula lakukan dalam TA adalah dengan memakai banyak indikator bahkan indikator yang sebenarnya tidak mereka mengerti, memang terlihat keren tapi ini keliru. Banyak indikator yang memiliki konsep sama sehingga berjalan searah misal indikator seperti RSI, Stochastic dan MACD jadi kamu tidak perlu gunakan 3 indikator tersebut secara bersamaan dan ada juga indikator yang bergerak berlawanan sehingga tidak mengkonfirmasi satu sama lain. Dengan banyaknya indikator yang kamu tampilkan membuat analisamu menjadi terlalu rumit dan memiliki terlalu banyak parameter sehingga bisa menimbulkan kebingungan.
Selain menghindari menggunakan terlalu banyak indikator kamu juga harus konsisten menggunakan 1 metode analisis yang kamu rasa cocok dan secara historis profitable buatmu ditambah beberapa metode analisis lain sebagai subtitusi jika kondisi market tidak cocok dengan strategi utama yang kamu pakai. Menggunakan terlalu banyak metode analisis bisa membuat performa trading-mu menjadi tidak konsisten. Ingat jika kamu ingin hasil yang konsisten, action-mu juga harus konsisten.
Tips: dalam prosesnya kamu mungkin akan mencoba banyak indikator dan metode analisis, terus belajar dan mencoba sampai kamu menemukan indikator dan metode analisis yang cocok buatmu. Menggunakan beberapa indikator sebagai konfirmasi memang perlu namun ingat jangan terlalu banyak, pahami lalu gunakan seperlunya, buat analisamu sesederhana mungkin.
Note: contoh ketika kamu menggunakan terlalu banyak indikator, terlihat sangat rumit bukan? Tapi jika dengan kerumitan tersebut kamu merasa lebih nyaman dan profitable silahkan dilanjutkan karena tidak ada yang mutlak benar atau salah dimarket, selama kamu profitable maka itu benar.
3. TIMING MENGGUNAKAN INDIKATOR DAN METODE ANALISIS
Kamu harus tau kapan waktu yang tepat untuk menggunakan sebuah indikator atau metode analisis tertentu, karena indikator atau metode analisis tidak bisa bekerja pada semua waktu atau kondisi. Misal yang paling sering terjadi banyak pemula yang menggunakan indikator RSI, Stohastic dan MACD ketika market sedang trending (bullish/bearish) kemudian menggunakan metode overbought atau oversold, ini salah! Indikator seperti RSI dan Stochastic lebih cocok digunakan ketika market sedang sideways, ketika market trending (bullish/bearish) tidak akan terjadi yang namanya overbought atau oversold, market akan terus bergerak impulsif, sedangkan indikator RSI, MACD, STO hanya akan bergerak mendatar pada zona overbought atau oversold-nya.
Note: contoh kasus indikator Stochastic yang tidak relevan digunakan ketika market sedang trending (uptrend/bullish).
4. ANALISA SESUAI DENGAN APA YANG KAMU LIHAT, BUKAN APA YANG KAMU INGINKAN
Salah satu kesalahan fatal seorang pemula dalam teknikal analisis adalah membuat analisa yang subjektif, kebanyakan kasus terjadi ketika kamu merasa excited, overconfidence terhadap suatu saham atau ketika kamu dalam posisi floating loss kamu cenderung membuat analisa yang subjektif dan mengada-ada dengan mencoba mencari-cari hal positif yang bisa kamu jadikan dasar atau pembenaran dari posisi kerugianmu, dengan membuat analisa positif pada saham yang sedang rugi memang akan membuatmu merasa lebih tenang tapi tidak akan menyelesaikan masalah justru bisa membuat masalahmu menjadi lebih besar karena kerugianmu bisa semakin membesar, jangan berbohong!
Tips: ketika melakukan analisa kamu harus menjadi seperti robot, buang semua emosi yang bisa membuat analisamu menjadi bias dan jangan sampai posisimu mempengaruhi penilaianmu, ingat bahwa posisi selalu menentukan opini.
5. TREND ADALAH TEMANMU, JANGAN KAMU MUSUHI!
Hal utama yang harus kamu perhatikan pertama kali adalah trend baru kemudian kamu bisa melakukan analisa lebih lanjut menggunakan metode analisa andalanmu. Hati-hati, ketika harga dalam trend turun kamu pasti sering berfikir untuk beli karena kamu berfikir harga sudah turun dalam jadi seharusnya harga akan naik tapi ternyata harga malah turun lebih dalam atau ketika harga dalam trend naik kamu takut untuk masuk karena kamu takut harga akan turun karena harga sudah naik tinggi tapi ternyata harga malah terus naik. Pemikiran ini dinamakan Gambler's (Monte Carlo) Fallacy atau Cognitive Bias yang membuatmu akan terus berfikir berlawanan, ini bahaya karena seharusnya trend adalah temanmu, kamu wajib ikuti. Munkin next time saya akan membahas tentang Cognitive Bias.
Note: kamu harus memperhatikan trend ketika ingin melakukan analisa dan membuat trading plan, ketika market sedang uptrend (bullish) akan lebih banyak peluang beli yang akan kamu dapat dengan range kenaikan yang besar berbeda ketika market downtrend (bearish) kamu akan lebih sedikit menemukan peluang beli dengan range kenaikan yang rendah karena kenaikan saat fase downtrend hanya technical rebound atau bahkan dead cat bounce namun jika kamu sudah cukup jago sehingga paham dengan apa yang kamu lakukan, kamu juga bisa melakukan buy the dip atau menangkap pisau jatuh karena strategi ini bisa memberi cuan yang besar dan relatif singkat.
Tips: karena bursa saham Indonesia itu satu arah tentu kamu hanya perlu fokus pada saham yang sedang uptrend (bullish) tidak perlu memaksakan saham yang sedang downtrend (bearish) karena trend itu sulit buat berubah.
6. PERGERAKAN HARGA TIDAK AKAN SELALU MULUS
Kalau kamu berfikir pergerakan harga akan selalu semulus ilustrasi dalam buku, artikel atau seperti dalam video tutorial dan tabel pola chart yang banyak tersebar di internet maka kamu hanya akan kecewa. Market sangat fluktuatif, pergerakannya bisa sangat “jagged” atau volatil. Kalau kamu kira ketika harga menyentuh area support harga akan langsung naik atau pola chart 100% sesuai dengan tabel, itu bisa saja terjadi tapi dalam banyak kasus itu sulit. Misal ketika harga sampai pada area support harga bisa bergerak konsolidasi atau malah membuat false breakout baru kemudian naik, jika kamu tidak sabar, panik dan tidak punya leap of faith maka akan menjadi fenomena “dibeli turun dijual naik”.
Note: ketika harga sampai area support harga tidak selalu akan naik saat itu juga dan ketika harga breakout area support-nya juga tidak akan selalu berakhir turun lebih jauh, complicated? Seperti inilah market, tidak ada yang benar-benar pasti
Tips: berikan ruang gerak pada setiap trading-mu sebagai toleransi, misal dengan menempatkan SL 5% dibawah support, sisanya kamu hanya perlu yakin dengan analisa yang kamu buat tidak perlu panik karena noise.
7. MEMASTIKAN SEBELUM TERJADI
Banyak pemula yang berusaha membuat prediksi dengan menggambar pola chart atau gelombang tertentu bahkan sebelum pola chart atau gelombang tersebut terbentuk padahal setelah sebuah pola atau gelombang terbentuk pun kamu masih perlu konfirmasi dari indikator lain misalnya volumem, setelah pola terbentuk disertai konfirmasi positif pola tersebut juga bisa saja gagal. Kebiasaan memastikan sebelum terjadi selain membentuk persepsi bahwa market akan bergerak sesuai ilustrasi dalam buku atau keinginanmu dan juga bisa membuatmu terjebak perasaan fear of missing out (FOMO) .
Note: contoh kasus ketika kamu terlalu yakin pola tertentu akan terbentuk sampai memastikan sesuatu yang tidak pasti (belum terjadi).
Tips: membuat prediksi tentu sah-sah saja namun sebagai pemula lebih baik kamu menunggu pola atau gelombang tersebut terbentuk baru kemudian membuat kesimpulan atau setup trading, jangan terburu-buru.
8. FOKUS HANYA MENGGUNAKAN 1 TIMEFRAME
Untuk membuat analisis yang lebih mendalam kamu perlu melakukan top down analysis dengan menggunakan multiple timeframe, fungsinya untuk melihat price action pada tiap timeframe karena price action pada timeframe H1 (1 jam) bisa sangat berbeda dengan timeframe D1 (daily). Kamu bisa menggunakan timeframe besar seperti D1 (daily) dan W1 (weekly) untuk menentukan main trend (trend utama) kemudian turun ke timeframe yang lebih rendah misal H4 (4 jam) atau H1 (1 jam) untuk melihat secondary trend dan menentukan area beli. Dengan melakukan multiple timeframe analysis kamu menambah depth dari analisamu.
9. HISTORY DOESN'T ALWAYS REPEAT ITSELF
Salah satu konsep dasar dalam teknikal analisis adalah bahwa hal yang terjadi dimasa lalu mempunyai tendensi akan terjadi lagi dimasa depan, memang benar tapi perlu kamu ingat lagi bahwa market itu dinamis tidak kaku. Terlalu yakin bahwa suatu pola akan berulang bisa membuatmu lengah dan lupa bahwa market itu unpredictable.
10. LAKUKAN ANALISA HANYA KETIKA MARKET SEDANG TENANG
Selain timing menggunakan indikator atau metode analisis kamu juga harus paham timing kapan harus melakukan analisa. Sebenarnya kamu bisa melakukan analisa kapan saja namun hindari waktu tertentu seperti menjelang rilis data ekonomi, data perusahaan, kebijakan moneter terbaru atau ketika ada kondisi tertentu yang bisa membuat market menjadi tidak kondusif atau bergejolak misalnya perang seperti kuartal 1 2022 kemarin. Ketika menjelang rilis data ekonomi dan kebijakan moneter terbaru market bisa menjadi sangat volatil sehingga sangat sulit untuk dianalisa, price action bisa menjadi tidak berguna dan bisa saja harga sudah priced in karena harga sudah menyesuaikan data ekonomi, data perusahaan dan kebijakan moneter terbaru sebelum data atau news tersebut dirilis pada publik karena informasi seperti itu bisa diketahui investor tertentu terutama insider lebih dahulu.
Tips: kamu harus aktif membuka kalender ekonomi, serta membaca berita sehingga kamu bisa mendapat insight tentang jadwal rislis data ekonomi, perusahaan dan kebijakan moneter terbaru serta peristiwa global yang sedang trending. Tidak semua data ekonomi, perusahaan dan kebijakan moneter bisa memberi dampak kuat pada market, kamu bisa mulai mempelajari hal tersebut lebih detail.
Saham/forex/crypto cara cepat kaya?Pada masa perang dunia kedua, Amerika dilema saat mereka melihat pesawat-pesawat tempur mereka kembali.
Pesawat pesawat tersebut kembali dalam keadaan rusak karena terkena tembakan musuh. Angkatan perang Amerika ingin mencari tahu bagian mana sajakah dari pesawat tersebut yang sering di tembak sehingga bisa melakukan pembenahan terhadap pesawat tempur mereka.
Hasilnya adalah badan sayap dan ekor pesawat. Lalu kemudian di mulailah sebuah proyek dimana bagian pelapis badan sayap dan ekor dikuatkan sehingga lebih tahan terhadap gempuran peluru.
Namun seorang ahli Matematika melihat suatu kejanggalan. Informasi tentang bagian yang sering ditembak tersebut didapat hanya dari pesawat yang kembali dari medan peperangan. Mereka melupakan pesawat pesawat yang tidak kembali dari medan peperangan.
Pesawat yang tidak berhasil kembali adalah pesawat yang mengalami kerusakan di bagian pesawat yang paling vital. Mesin.
Karena jika mesin rusak parah, maka sangat besar kemungkinan pesawat tidak bisa kembali.
Dengan demikian bagian yang dikuatkan atau diberikan perlindungan tambahan harusnya adalah mesin pesawat.
Ilustrasi di atas ada contoh dari Survivorship bias.
Sebuah konsep yg diperkenalkan oleh Nassim Nicholas Taleb dalam bukunya "Fooled by Randomness"
Singkatnya survivorship bias adalah kecenderungan kita sebagai manusia untuk fokus pada mereka yang berhasil dan mengabaikan mereka yang gagal. Dan kesadaran akan survivorship bias dalam cerita diatas membuka fakta baru bahwa bagian paling rentan diserang dan vital dalam pesawat perang adalah mesinnya.
Survivorship bias ini erat hubungannya dengan persepsi bahwa saham/forex/crypto adalah cara cepat kaya.
Persepsi ini datang dari ekspos media terhadap para fake guru yang memamerkan keberhasilannya.
Orang orang kebanyakn hanya melihat cerita dari sebagian kecil mereka yang berhasil dan melupakan bahwa ada jauh lebih banyak yang gagal.
Persepsi ini membuat orang orang percaya bahwa mendapatkan untung dari trading/investasi bukanlah hal yang susah.
Padahal jika diperhatikan, mereka yang bisa melakukan analisa membutuhkan proses yang lama untuk bisa. Proses yang membutuhkan waktu bulan, tahunan dan jelas bukan harian.
Proses yang menghabiskan biaya dan waktu serta tekanan mental dalam menghadapi kerugian.
Mari terus belajar dan sadari bahwa lah bahwa jika ada yang berhasil maka ada juga yang gagal.
RSI dan buah nanas (psikologi)Diceritakan Christopher Colombus, seorang penjelajah asal Eropa pertama kali mencicipi buah nanas. Saat dia mencicipi buah tersebut dia langsung jatuh cinta pada rasanya, rasa asam manisnya.
Lalu Colombus ingin membawa buah itu ke Eropa. Namun nanas susah diangkut pada masa itu yang membuat nanas menjadi buah yang langka di Eropa.
Pada masa Colombus sebuah nanas berharga sekitar kurang lebih 70 juta rupiah. Karena begitu mahal dan berharganya sebuah nanas, buah itu mulai digemari dan di endorse kaum bangsawan. Mulai dari Catherine the Great hingga Raja Charles II. Namun tidak ada yang lebih menggemari nanas selain The Fourth Earl of Dunmore dimana sebagai bentuk penghormatan pada nanas beliau membuatkan sebuah kuil. Kuil Nanas alias pineapple temple atau The Dunmore Pinneaple Temple.
Namun pada abad ke 19 keadaan mulai sedikit berubah. Kebun nanas sudah ada didekat benua Eropa dan perkembangan transportasi pada masa itu membuat nanas akhirnya bisa diangkut dengan lebih mudah ke Eropa.
Karena dua faktor itu harga nanas akhirnya turun dimana pada abad ke 19 harga sebuah nanas kurang lebih sekitar 21 ribu per buah. Rasa nanas tersebut tentu sama saja. Asam manis. Tapi persepsi orang orang di jaman itu tentang kualitas nanas menurun karena harganya menurun.
Penelitian oleh Profesor Baba Shiv dari Stanford University. Baba Shiv: "How a Wine's Price Tag Affect Its Taste" menunjukan bahwa harga murah sama dengan kualitas rendah.
Singkatnya dalam penelitian tersebut para peserta berbaring dalam mesin fMRI, sebuah mesin pembaca otak. Sebelum berbaring di mesin tersebut, para peserta diminta terlebih dahulu untuk meminum segelas wine di mana para peserta sudah diberitahu harga dari wine tersebut. Mulai dari yang 100 ribu per botol sampai 1 juta rupiah per botol.
Tujuan penggunaan mesin sendiri adalah untuk mengamati bagian otak yang merespon kesenangan.
Hasilnya? Makin mahal harga wine, makin aktiflah bagian otak tersebut. Namun yang jadi masalah, semua wine tersebut sebenarnya harganya 100 ribu!
Jadi pada dasarnya manusia cenderung lebih suka dan senang membeli barang yang mahal.
Kecenderungan ini bisa terjadi juga di saham dimana saham secara umum ada yang mahal dan ada yang murah. saham yang mahal biasanya sudah mengalami kenaikan cukup tinggi sehingga banyak orang kadang langsung berasumsi bahwa jika kenaikan akan terus berlanjut.
Padahal saham saham yang mahal justru kadang adalah saham saham yang memiliki kemungkinan besar untuk turun karena saham ini sudah mengalami kenaikan cukup tinggi. Maka sebelum melakukan melakukan pembelian, mahal dan murahnya sebuah saham bisa dijadikan referensi tambahan.
Mahal dan murah dalam fundamental bisa ditentukan melalui valuasi baik absolut maupun relative.
Sedangkan dalam teknikal analisis, mahal dan murah salah satunya dapat ditentukan dengan indikator RSI.
RSI sendiri merupakan indikator berjenis osilator yang mempunyai batasan level terendah dan tertinggi (skala 0-100).
Level diatas 70 dikategorikan sebagai overbought/mahal dan level dibawah 30 dikategorikan oversold/murah.
Banyak dari pelaku pasar saham cenderung terlalu emosional dalam melakukan pembelian/penjualan sehingga kadang melakukan pembelian saat sebuah saham mahal atau berada di area Overbought >70.
Pembelian di area ini tentu sangat beresiko mengingat biasanya saham yang berada di area ini adalah saham yang sudah mengalami kenaikan cukup signifikan.
Karena itu, sebelum membeli sebuah saham, mahal atau murahnya saham tersebut mungkin bisa dijadikan konfirmasi tambahan.
Catatan:
Jangan hanya menggunakan RSI sebagai sinyal jual dan beli. RSI sejatinya merupakan konfirmasi tambahan. Konfirmasi utama adalah price action.
Referensi:
en.wikipedia.org
www.maisonmirabeau.com
www.levins.com
IHSG: Mengakui kesalahan. (Psikologi)Sebuah penelitian dilakukan oleh Lau dan Russel yang berjudul "Attributions in the sport pages,"(1980) dimana dalam penelitian ini pendapat para pelatih dan atlet ditanyakan mengenai performa mereka di lapangan saat mereka memenangkan pertandingan dan saat mereka kalah. Hasilnya?
Jika mereka menang, mereka mengatakan jika kemenangan itu adalah karena faktor internal; kemampuan mereka, kerjasama tim dll.
Dan jika mereka kalah, mereka akan mengatakan jika kekalahan tersebut disebabkan oleh faktor eksternal seperti; wasitnya yang kurang adil, kondisi lapangan dan cuaca yang tidak mendukung.
Fenomena ini disebut dengan self-attribution bias. Jadi definisi dari self attribution bias adalah kecenderungan manusia untuk mengakui jika sesuatu terjadi sesuai rencana maka itu adalah karena faktor internal (kemampuannya)
Dan jika ternyata tidak sesuai dengan harapannya, maka manusia cenderung akan menyalahkan keadaan, keberuntungan dan faktor faktor external. Manusia tidak akan menyalahkan dirinya sendiri.
Self attribution bias ini sangat sering terjadi dalam trading dimana saat analisa kita benar, kita akan cenderung mengklaim bahwa kita memang pintar. Namun saat kenyataan tidak sesuai dengan analisa kita, maka kita cenderung akan menyalahkan hal hal di luar kontrol kita.
Bias ini tentu tidak baik karena secara tidak langsung membuat kita tidak mau belajar dari kesalahan analisa kita. Jika kita mau mengakui kesalahan kita, tentu kita akan lebih terbuka melihat lagi analisa dan belajar dari kesalahannya mungkin terjadi.
Kesalahan adalah bagian dari pengalaman dan pengalaman adalah guru terbaik.
Sumber:
www.researchgate.net
Psikologi: Terlalu banyak indikator? Sudah bukan rahasia lagi jika sebelum membeli sebuah saham kita perlu melakukan analisa. Dan dalam melakukan sebuah analisa teknikal
maupun fundamental, peran data (rasio keuangan untuk fundamental, indikator untuk teknikal) sangat penting.
Namun sekarang yang jadi pertanyaannya adalah, bagaimana jika data yang digunakan jumlahnya terlalu banyak?
Untuk menjawab pertanyaan ini saya akan rangkum tiga buah penelitian:
1. Penelitian pertama berjudul : Behavioral Problems of Adhering to a Decision Policy.
scholarsbank.uoregon.edu
Singkatnya dalam penelitian ini 8 bandar pacuan kuda diminta untuk memprediksi
hasil dari pacuan kuda. Dalam memprediksi hasil dari pacuan kuda tersebut, para
bandar diberikan data sebagai bahan analisa.
Data tersebut diberikan dalam 4 tahap analisa.
Tahap pertama, para bandar diberikan 5 data.
Tahap kedua, para bandar diberikan 10 data.
Tahap ketiga, para bandar diberikan 20 data.
Tahap keempat, para bandar diberikan 40 data.
Disamping memberikan analisa, para bandar juga diminta menjabarkan seberapa
percaya diri mereka terhadap hasil analisa mereka.
Hasilnya? Pada tahap pertama, akurasi dari prediksi berkorelasi dengan tingkat
kepercayaan diri. Namun semakin banyak data yang digunakan sebagai bahan
analisa, akurasi dari hasil prediksi tetap sama tapi kepercayaan diri para bandar
tersebut akan analisa mereka justru meningkat drastis.
2.Penelitian kedua berjudul “Effects of Amount of Information on Judgment Accuracy
and Confidence” www.researchgate.net
Dalam penelitian ini, para fans diminta untuk memprediksi hasil pertandingan dari
pertandingan American Football dalam lima sesi analisa. Dalam masing masing sesi,
para analis diberikan 6 informasi sebagai bahan analisa sehingga pada sesi kelima
para analis mendapatkan 30 informasi (6 x 5)
Hasilnya? baik di sesi pertama hingga sesi kelima, akurasi dari analisa hampir sama
namun tingkat kepercayaan diri para analis ternyata meningkat pada sesi sesi
berikutnya atau pada saat para analisa mendapatkan lebih banyak informasi.
3. Penelitian ketiga berjudul “Harmful Effect on Seemingly Helpful Information on
Stock Earnings ”
www.sciencedirect.com
Penelitian kali ini melibatkan para analis saham dimana para analis diminta untuk
memprediksi laba dari 15 perusahaan di quarter ke 4 dan menjabarkan seberapa
percaya diri mereka terhadap analisa mereka.
Dalam melakukan analisa, para analis diberikan informasi dalam 3 format:
a. Format pertama: EPS, penjualan bersih dan dan harga saham 3 kuartal terakhir.
b. Format kedua : informasi yang hampir sama dengan format pertama yang
ditambahkan informasi yang terlihat baru namun sebenarnya sudah bisa ditemukan
di format pertama, misal PE ratio
c. Format ketiga: informasi yang sama dengan format kedua ditambahkan dengan
informasi tambahan lain yang hampir tidak relevan untuk analisa
Hasilnya? error dalam analisis para analis ternyata bertambah seiring dengan
bertambahnya informasi yang diberikan (karena beberapa informasi memang
merupakan informasi yang tidak relevan) Namun sama dengan penelitian pertama
dan kedua diatas, kepercayaan diri para analis meningkat seiring dengan meningkat
nya jumlah informasi yang diberikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelebihan informasi tidak meningkatkan akurasi dari sebuah prediksi
namun hanya menambah kepercayaan diri.
Dengan demikian, dalam analisa teknikal, semakin banyak indikator yang kita gunakan kemungkinan
hanya meningkatkan kepercayaan diri bukan akurasi dari sebuah prediksi.
Akan tetapi, penelitian kedua memiliki sebuah plot twist yang menarik. Dalam memprediksi pertandingan American football tersebut,
komputer juga dilibatkan dimana jumlah data yang diberikan dan aturan yang diterapkan sama seperti yang diterapkan ke peserta manusia.
Hasilnya? Komputer ternyata mampu meningkatkan akurasi prediksi nya seiring dengan peningkatan kuantitas data yang diterima.
Dan karena kita bukan komputer, dimana otak kita tidak mampu mengolah data dalam jumlah terlalu banyak
maka carilah sedikit data yang relevan dan anda pahami.
Sebagaimana kebanyakan data hanya membuat anda terlalu percaya diri, maka terlalu banyak indikator besar kemungkinan juga
akan membuat anda terlalu percaya diri (atau mungkin pusing)
Semoga membantu.
Manipulasi dan keraguan TraderSkenario :
1. Support beberapa kali diuji dan akhirnya (terlihat) breakdown. Mungkin sejumlah trader akan melakukan sell on break support.
Dan meletakkan SL sedikit diatas candle yang melakukan break support tsb. Namun harga membuat pinbar/hammer, kembali naik dan menyentuh SL.
2. Setelah SL tersentuh harga akhirnya melakukan break trendline dan close diatasnya.
Trader akan berpikir ini adalah false break dengan konfirmasi breakout trendline dan menjadi saat untuk melakukan buy dengan SL dibawah low sebelumnya. Namun harga kembali turun dan menyentuh SL untuk kedua kalinya.
3. Setelah SL tersentuh, harga kembali membuat pinbar yang menjadi salah satu indikasi tekanan buyer.
Trader mungkin akan berpikir untuk tidak tertipu sekali lagi dan beranggapan support benar-benar jebol dan memutuskan untuk sell di area SBR dengan SL diatas swing sebelumnya. Namun lagi-lagi harga tidak bersahabat dan menyentuh SL untuk kesekian kalinya.
4. Harga akhirnya membuat impulse keatas dan membentuk bullish pennant yang menjadi pattern continuation.
Dengan pattern ini harusnya trader mengambil posisi buy. Namun karena ragu dan tidak ingin menjadi korban SL untuk kesekian kalinya, trader memutuskan untuk tidak membuka posisi. Dan hasilnya harga benar-benar naik tanpa bisa ikut memperoleh profit.
Setelah terkena SL beberapa kali memang mengganggu emosi kita sebagai trader, namun jika setiap resiko SL sudah kita perhitungkan diawal dan sesuai dengan risk tolerance harusnya tidak terlalu menjadi masalah.
NIKMATI SAJA PROSES INI