Kenaikan Harga Logam Industri Dinilai Bersifat Sementara
Harga logam industri bergerak positif awal tahun ini. Meski begitu, kenaikan dipandang bersifat sementara.
Berdasarkan Trading Economics, harga tembaga melesat 3,28% sejak awal tahun atawa year to date (YtD) ke US$ 9.091 per ton hingga Jumat (10/1). Disusul timah yang naik 2,64% YtD ke US$ 29.853 per ton, nikel naik 2,39% YtD ke US$ 15.665 per ton, dan aluminium sebesar 0,78% ke US$ 2.571 per ton.
Pengamat Pasar Modal dan Direktur Laba Forexindo BerjangkaIbrahim Assuaibi menuturkan, kenaikan harga didorong sanksi ekonomi yang dilakukan Rusia dengan menghentikan ekspor gas alamnya ke Eropa dan Amerika Serikat (AS).
"Saat adanya sanksi ekonomi, walaupun sanksinya di gas, tetapi itu akan berdampak ke semua komoditas," terangnya kepada Kontan.co.id, Minggu (12/1).
Selain itu juga mengantisipasi rekonsiliasi negara-negara yang terdampak perang, seperti Gaza di Palestina, Lebanon, Yaman, sampai Rusia dan Ukraina. Sebab, saat terjadi perdamaian akan membutuhkan hard comodityuntuk pembangunan ulang.
Namun, harga logam industri berpotensi kembali tertekan dengan turunnya ekspektasi pemangkasan suku bunga the Fed. Ini menyusul data tenaga kerja AS yang solid. "Kebijakan proteksionisme Trump juga berpotensi menekan harga logam industri," ujar dia.
Pada semester I 2025, Ibrahim memperkirakan harga tembaga di US$ 8.900 per ton, aluminium US$ 2.700 per ton, nikel US$ 17.000 per ton, dan timah US$ 31.500 per ton.