KontanKontan

Setelah BI Rate Naik, Asing Terus Net Sell, Rupiah Melemah dan IHSG Terjun

Di tengah anjloknya kurs rupiah yang cukup kencang terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memang tidak banyak pilihan. Melakukan intervensi sepertinya agak riskan, karena bisa jadi hanya menguras cadangan dolar Bank Indonesia (BI). Maka pada Rabu (26/4) lalu Rapat Dewan Gubernur BI memutuskan menaikkan bunga acuan alias BI rate 25 basis poin mennadi 6,25%.

Namun, keputusan itu telumberdampak banyak ke pasar keuangan tanah air. Berdasarkan data BI, Jumat (26/4), premi credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun per 25 April 2024 sebesar 79,36 bps, setelah pengumuman kenaikan BI rate, naik dibandingkan 19 April 2024 sebesar 77,60bps.

KemdianIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Jumat (26/4) melemah 1,67% ke 7.036,08. Asing kemarin kembali mencatatkan net sell jumbo sebesar Rp 2,16 triliun. Di hari yang sama, rupiah berdasarkan Jisdor BI juga melemah dari Rp 16.208 per dolar AS menjadi Rp 16.222 per dolar AS, kemarin (26/4).

Baca Juga: Simalakama Dividen Saham, bisa Jadi Pesta Buat Investor tapi Petaka Untuk Rupiah

Lalu, berdasarkan data transaksi 22 – 25 April 2024, nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp 2,47 triliuen. Terdiri dari jual neto Rp 2,08 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), jual neto Rp 2,34 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp1,95 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen sampai25 April 2024, nonresiden jual neto Rp 47,26 triliun di pasar SBN, beli neto Rp9,68 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp 9,02 triliun di SRBI.​

Lionel Priyadi, Fixed Income and Macro Strategist PT Mega Capital Indonesia mengingatkan, sebagian investor masih sangsi rupiah bisa segera menguat. "Bahkan sebagian dari mereka menduga akan ada kenaikan bunga kedua dalam waktu dekat akibat kondisi global yang tidak kondusif," ujarnya, Jumat (26/4).