KontanKontan

Kondisi Ekonomi Lesu, Barang Eksotis Seni Diklaim Masih Prospektif

Di tengah kondisi ekonomi menantang, diperkirakan akhir tahun barang eksotis akan tumbuh melambat.

Melansir riset dari Bain-Altagamma Luxury, barang mewah personal pertumbuhannya turun 3% pada kuartal ketiga 2024. Sedangkan akhir tahun diproyeksi akan turun 2% dengan nilai pasar saat ini US$ 380 milar.

Secara umum penurunan ini dipengaruhi ketidakpastian ekonomi global yang berdampak terhadap daya beli karena inflasi tinggi yang menyebabkan harga barang mewah naik signifikan.

Pasar karya seni misalnya diproyeksi melemah pada akhir tahun. Bain-Altagamma Luxury memproyeksi penurunan 7% dengan nilai pasar saat ini US$ 37 miliar. Proyeksi turun ini disebabkan pasar lelang seni menghadapi penurunan imbas ketegangan geopolitik global, serta kinerja dealer yang lemah dan berdampak kepada pelanggan lokal.

Namun demikian, di Indonesia kondisinya sedikit berbeda.Amir Sidharta, Pengelola Balai Lelang Sidharta Auctioneer mengatakan meskipun daya beli lemah tetapi karya seni masih memiliki peminat.

"Terbukti dengan penjualan Harijadi Sumadidjaja bulan Oktober dan Sadali bulan Desember senilai Rp2 miliar," katanya kepada KONTAN, Jumat (13/12).

Oleh sebab itu motivasi terkait pembelian karya seni tidak semata-mata untuk investasi melainkan lebih ke simbolis untuk menegaskan kekayaan.

Ia mencontohkan ada karya seni ikonik berupa pisang yang direkatkan ke dinding dengan duct tape. Karya ini terjual seharga US$ 6,2 juta kepada seorang pedagang cryptocurrency.

Menariknya, pisang tersebut kabarnya akhirnya dimakan. Dengan langkah ini, Amir melihat seni menjadi alat untuk menyampaikan pesan, bukan sekadar barang koleksi ataupun investasi.

Untuk ke depannya, ia berharap peminat barang eksotis di karya seni tetap prospektif di Indonesia.


Berita lainnya dari Kontan

Berita lainnya