Tergelincir ke Bawah Level 7.000, Ini Sentimen Penekan IHSG Sepekan Terakhir
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Jumat (20/12) dengan menguat tipis 0,09% atau naik 6,62 poin ke level 6.983,86. Selama sepekan terakhir, IHSG sudah terkoreksi 4,65%.
Dari sisi aliran dana, investor asing masih mencatatkan net sell sebesar Rp 5,06 triliun sepekan terakhir. Adapun untuk perdagangan Jumat (20/12), asing mencatatkan net sell di seluruh pasar sebesar Rp 417,99 miliar.
Vice President Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas IndonesiaOktavianus Audi menjelaskan, dalam sepekan terakhir, IHSG didominasi oleh sentimen keputusan dan arah kebijakan bank sentral.
Menurutnya setelah Federal Open Market Committee (FOMC), The Fed menunjukkan kebijakan yang lebih konservatif dengan pemangkasan yang diperkirakan lebih lambat cenderung menekan pasar saham.
"Ketidakpastian dari pelonggaran kebijakan moneter akan menahan inflow asing seiring dengan perpindahan instrumen investasi ke arah yang memiliki risiko lebih rendah," katanya kepada Kontan, Jumat (20/12).
Audi menilai ketidakpastian arah kebijakan moneter ini turut berpotensi menggerus daya beli. Tak hanya itu, permintaan kredit juga berpotensi tertekan karena ketidakpastian ini.
"Pasar juga mulai meresponsterkait rilis kebijakan pemerintah terkait kenaikan PPN yang dikhawatirkan pasar cenderung menekan konsumsi masyarakat, khususnya kelas menengah," jelas dia.
Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas menjelaskan pergerakan IHSG sepekan terakhir juga dipengaruhi oleh sejumlah data ekonomi.
Dari global ada data inflasi Amerika Serikat (AS), data ketenagakerjaan AS, pertemuan The Fed yang memangkas tingkat suku bunga acuan dan perlambatan penurunan tingkat suku bunga.
Dari dalam negeri, lanjut Nico, pergerakan IHSG di pekan ketiga Desember 2024 ini juga dipengaruhi oleh hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang menahan tingkat suku bunga acuan.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menambahkan pergerakan IHSG juga dipengaruhi oleh penguatan indeks dolar AS. Ini berimbas pada nilai tukar rupiah yang terus melemah.
"Penguatan dolar AS juga terjadi karena Trump Effect yang mengincar aliran dana investor asing untuk bisa masuk ke pasar AS sehingga terjadi outflow di pasar negara lain," katanya.