KontanKontan

Data Tenaga Kerja AS Solid, Rupiah Berpotensi Tertekan di Senin (13/1)

Rupiah berpotensi tertekan di perdagangan awal pekan, Senin (13/1). Data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) solid menjadi ancaman bagi mata uang garuda.

Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan, rupiah besok akan tergantung pada hasil data Non Farm Payroll (NFP) AS. RIlis data yang lemah seperti diantisipasi akan membuka peluang menguat bagi rupiah, dan sebaliknya.

‘’Rupiah pada hari Senin akan tergantung pada hasil data NFP AS,’’ ujar Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (10/1).

Adapun data NFP AS untuk bulan Desember yang dirilis Jumat (10/1), secara tak terduga naik. Laporan ketenagakerjaan resmi AS menunjukkan bahwa 256 ribu pekerja baru bertambah dibandingkan dengan 212 ribu, yang direvisi lebih rendah dari 227 ribu. Data NFP AS pun sekali lagi mengalahkan ekspektasi pasar di 160 ribu.

Namun kalaupun data NFP AS sesuai perkiraan, Lukman menuturkan bahwa kekhawatiran tarif Trump masih sangat mendukung dolar AS. Pasar juga menantikan beragam data ekonomi eksternal seperti data inflasi AS, penjualan ritel AS, serta PDB China di pekan depan.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi melihat, data penggajian nonpertanian AS tersebut telah menciptakan kegelisahan di pasar. Hal itu karena data NFP akan menjadi faktor dalam prospek suku bunga Federal Reserve (The Fed).

Di samping itu, pejabat Fed juga terlihat mengungkapkan beberapa kekhawatiran atas tekanan inflasi dari kebijakan proteksionis dan ekspansif di bawah Presiden terpilih Donald Trump. Ketidakpastian atas rencana Trump diperkirakan akan meningkat jelang pelantikannya pada 20 Januari 2025.

‘’Risalah rapat bank sentral AS bulan Desember menunjukkan bahwa para pembuat kebijakan akan berhati-hati dalam memangkas suku bunga lebih lanjut, di tengah inflasi yang lesu dan tanda-tanda ketahanan di pasar tenaga kerja,’’ ucap Ibrahim dalam risetnya, Jumat (10/1).

Sisi positifnya, Ibrahim menyoroti bahwa data inflasi China yang lemah dan ancaman kenaikan tarif AS memicu taruhan akan lebih banyak stimulus ditebar. Dari domestik, program Makan Bergizi Gratis akan berdampak positif bagi ekonomi Indonesia, meski adanya tantangan ke depan.

Ibrahim memperkirakan rupiah menguat terhadap dolar AS di rentang Rp 16.100 per dolar AS–Rp.16.200 per dolar AS pada Senin (13/1). Sedangkan, Lukman memperkirakan rupiah cenderung melemah di kisaran Rp 16.150 per dolar AS–Rp 16.250 per dolar AS.

Mengutip Bloomberg, Jumat (10/1), rupiah spot menguat 0,12% ditutup di level Rp 16.190 per dolar AS. Sedangkan, rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup pada level Rp 16.194 per dolar AS, terpantau naik 0,27% secara harian.


Berita lainnya dari Kontan

Berita lainnya