KontanKontan

Penyerapan Dana IPO yang Tak Maksimal Ciptakan Persepsi Negatif Bagi Investor

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.Sederet emiten dengan raihan danainitialpublicoffering(IPO) besar masih memiliki sisa dana yang belum terserap secara optimal.

Dari riset Kontan, sampai 30 Juni 2024, PTBukalapak.comTbk (BUKA) tercatat masih menyimpan dana IPO sebesar Rp 9,82 triliun dari nilai emisi Rp 21,9 triliun.

Situasi serupa terjadi pada PTGoToGojekTokopediaTbk (GOTO). Hingga periode yang sama,GOTOmasih memiliki sisa dana IPO senilai Rp 2,81 triliun dari total perolehan Rp 13,57 triliun.

PT PertaminaGeothermalEnergyTbk (PGEO) pun baru memanfaatkan Rp 5,15 triliun dari total dana IPO sebesar Rp 8,77 triliun.

Tak ketinggalan, PTTrimegahBangunPersadaTbk (NCKL) juga tercatat masih menyisakan dana IPO sebesar Rp 1,75 triliun dari total pengumpulan Rp 9,70 triliun.

Baca Juga:Saham-saham Happy Hapsoro & Prajogo Pangestu Melonjak, Sinergi Dua Konglomerasi

InvestmentAnalystInfovestaKapitalAdvisori,EkkyTopan mengatakan secara umum, dana IPO sering kali disimpan untuk digunakan dalam rencana jangka panjang seperti ekspansi bisnis, akuisisi, pembangunan infrastruktur, atau sebagaibufferlikuiditas guna mendukung kegiatan operasional dan meminimalkan risiko.

Nah, penyerapan dana IPO yang tidak optimal dapat menciptakan persepsi negatif di kalangan investor. Hal ini dapat menunjukkan kurangnya efisiensi dan strategi manajemen yang dianggap tidak memiliki rencana yang jelas untuk memanfaatkan dana yang telah diperoleh.

"Akibatnya, sentimen negatif ini dapatmemengaruhikinerja harga saham di pasar," kataEkkykepada Kontan.co.id, Minggu (12/1).

Ekkymenegaskan, penggunaan dana IPO yang tidak jelas atau tidak sesuai rencana awal dapat menghilangkan kepercayaan investor terhadap manajemen perusahaan.

"Ini kembali lagi ke tujuan permodalan untuk menghasilkan laba. Jika modal tidak digunakan bisa dibilang kinerja tidak efisien,"ucapEkky.

Baca Juga:Mayoritas Kinerja Harga Saham Emiten dengan Nilai IPO Jumbo, Loyo

Sebaliknya, jika dana IPO digunakan dengan baik, maka ini dapat mendorong pertumbuhan kinerja jangka panjang.Misalnya, ekspansi bisnis atau penetrasi pasar baru dapat meningkatkan pendapatan dan memperkuat posisi emiten di industrinya.

VP Marketing,Strategy,andPlanningPTKiwoomSekuritas Indonesia,OktavianusAudi, menjelaskan beberapa emiten IPO dalam prospektusnya menjelaskan rencana penyerapan dana dan langkah-langkah jika dana belum terserap sepenuhnya.

Contohnya, PTBukalapak.comTbk (BUKA) menyatakan bahwa dana IPO yang belum digunakan akan ditempatkan sementara dengan mempertimbangkan faktor keamanan dan likuiditas, serupa dengan kebijakan yang diterapkan oleh emiten lainnya.

"Jika emiten gagal untuk mematuhi penggunaan dana IPO akan berdampak pada menurunnya kepercayaan publik karena ketidaksesuaian rencana penggunaan dengan realisasi dalam prospektus," ujarAudikepada Kontan.co.id, Minggu (12/1).

Baca Juga:Daaz Bara Lestari (DAAZ) Serap Seluruh Dana IPO Rp 264 Miliar, Ini Alokasinya

Selain itu,Audibilang penyerapan dana IPO yang tidak maksimal berdampak langsung padaterhambatnyaekspansi emiten. Anggaran penggunaan dana IPO yang telah direncanakan dalam prospektus menjadi tidak terealisasi sesuai jadwal, sehingga berpotensi menunda pelaksanaan strategi bisnis.

Dalam beberapa kasus, ketidaksesuaian ini bahkan dapat memaksa perusahaan untuk melakukan perubahan arah atau segmen bisnis.

Audimenambahkan kekhawatiran kinerja yang tidak tercapai karena serapan yang tidak sesuai juga meningkat, sehingga pasar cenderungpesimisdana IPO bisa digunakan maksimal.

MenurutAudi, pasar merespons negatif ketidaksesuaian realisasi penggunaan dana tersebut. Hal initercermindari penurunan harga saham beberapa emiten sejak IPO.

Baca Juga:Perusahaan Milik Boy Thohir Borong Saham PORT, Banderolnya di Rp 818 per Saham

Hingga 10 Januari 2025, saham PTBukalapak.comTbk (BUKA) telah anjlok 86%, dari harga IPO Rp 850 menjadi Rp 114. Saham PTGoToGojekTokopediaTbk (GOTO) juga turun 76%, dari Rp 338 menjadi Rp 81.

Penurunan serupa dialami PTTrimegahBangunPersadaTbk (NCKL), dengan harga sahamnya terkoreksi 41,6%, dari Rp 1.250 menjadi Rp 730. Sebaliknya, PT PertaminaGeothermalEnergyTbk (PGEO) mencatatkan kenaikan tipis 2,8%, dari Rp 875 menjadi Rp 900.

Meski demikian,Audimeyakini jika emiten yang belum melakukan penyerapan dana IPO dari yang ditargetkan sebelumnya, tetapi memberikan keterbukaan baik adanya kejelasan waktu dan arah bisnis perusahaan akan menjadi nilai positif untuk investor.

Audimenyarankan untukbuysahamPGEOdanNCKLdi target harga masing-masing Rp 1.080 dan Rp 1.225 per saham.

Baca Juga:Harga Melesat, Investor IPO Saham RATU Untung 56% 2 Hari, Hari Ini Jual atau Beli?

Ekkymenjagokan sahamGOTOuntuk jangka pendek karena tren harga saham yang sedangbullishsejak pembalikan arah pada Juli-Agustus 2024. Target hargaGOTOberikutnya berada di Rp 90-93 per saham, dengan potensi ke Rp 100 per saham jika berhasilbreakoutdari level Rp 84 per saham.

Sementara,EkkymelihatPGEOlebih menarik untuk investasi jangka panjang, terutama karena prospek positif di sektor energi terbarukan.

Menurutnya, emiten ini memiliki potensi kinerja yang kuat, didukung oleh proyek-proyek panas bumi, peluang untuk membagikan dividen, dan valuasi yang masih murah dibandingkanemiten sejenis(peers). Target harga untukPGEOberada di level Rp 1.200 per saham.


Berita lainnya dari Kontan

Berita lainnya