KontanKontan

Suku Bunga Masih Tinggi, OJK Sebut Kondisi Likuiditas Bank Kecil Masih Sangat Baik

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan, kondisi likuiditas bank-bank kecil, utamanya Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti (KBMI) I dan KBMI II masih cukup longgar di tengah tren suku bunga tinggi.

Hal ini terlihat dari rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masing-masing menjadi 121,05% dan 27,18% atau jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50% dan 10%.

"Jika melihat rasio AL/NCD pada masing-masing KBMI, terlihat bahwa kondisi likuiditas bank-bank kecil utamanya KBMI I dan II secara umum masih sangat baik," kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam jawaban tertulisnya, yang dikutip Jumat (24/5).

Dian mengatakan, pihaknya juga senantiasa melakukan monitoring pada semua bank KBMI I dan KBMI II untuk memastikan bahwa bank memiliki action plan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan likuiditas. Termasuk memastikan bahwa setiap bank memiliki network (market line) jika membutuhkan dana (likuiditas) yang segera.

Baca Juga: Equity Life dan Bank BJB Luncurkan Asuransi Multi Protection, Intip Manfaatnya

Di jajaran KBMI I ada Bank Mega Syariah yang menyatakan, bahwa di tengah era suku bunga tinggi, Perseroan tetap menunjukkan likuiditas yang kuat pada empat bulan pertama tahun ini. Hingga April 2024, total kelolaan dana pihak ketiga (DPK) Bank Mega Syariah tumbuh 4,92% menjadi lebih dari Rp 10 triliun dibandingkan posisi akhir Desember 2023.

Sejalan dengan pertumbuhan DPK, total dana murah atau current account saving account (CASA) juga meningkat 5,51% menjadi Rp 3,40 triliun. Sementara porsi CASA terhadap DPK di April 2024 tercatat 31,08%.

Ini lebih baik dari April 2023 yang berada di posisi 25,51%. Porsi dana murah juga naik dibandingkan Desember 2023 yang sebesar 30,91%.

Corporate Secretary Division Head Bank Mega Syariah Hanie Dewita mengatakan strategi Bank Mega Syariah dalam menjaga likuiditas dilakukan dengan menggunakan empat pendekatan utama, yaitu meningkatkan pangsa pasar segmen retail yang fokus pada penerapan dana murah.

"Selain itu, menggarap segmen priority banking, mengoptimalkan saluran digital serta meningkatkan kepuasan nasabah melalui optimalisasi berbagai saluran layanan (omni channel)," katanya.

Saat ini, inovasi produk dan layanan dikembangkan dengan target pasar yang mencakup islamic ecosystem, ekosistem halal dan ekosistem CT Corp.

“Minat masyarakat untuk membuka tabungan terus ditingkatkan melalui berbagai program menarik seperti program Berkah Berlimpah Mega (BBM) Syariah yang memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan dana murah,” ungkap Hanie.

Adapun PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) yang juga masuk ke dalam bank KBMI I menyampaikan bahwa, likuiditas OK Bank masih baik.

Baca Juga: Ini Strategi Bank Mega Syariah Jaga Likuiditas di Era Suku Bunga Tinggi

Walaupun kata Direktur Kepatuhan DNAR Efdinal Alamsyah terdapat penurunan DPK sebesar lebih kurang 5% apabila dibandingkan dengan akhir tahun 2023 dikarenakan pertumbuhan kredit juga tidak terlalu besar. Menurutnya, apabila dibandingkan dengan akhir tahun 2023 kredit OK Bank hanya tumbuh sekitar 2%.

"Untuk manajemen likuiditas, selain DPK, bank juga mempunyai limit money market dengan beberapa bank, dan juga bisa mangandalkan fasilitas pinjaman atau borrowing dari Bank lain," ujar Efdinal.

Asal tahu saja, pada kuartal I-2024, OK Bank mencatatkan penyaluran kreditnya meningkat sekitar 6,16% YoY menjadi Rp 8,44 triliun.

Dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), OK Bank telah menghimpun DPK di periode tiga bulan pertama tahun ini senilai Rp 5,70 triliun. Capaian tersebut sedikit turun dari posisi sama tahun lalu yang mencapai Rp 5,77 triliun.

Kondisi tersebut akhirnya juga berdampak pada likuiditas ketat yang dimiliki oleh OK Bank. Itu tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) yang naik dari 134,55% menjadi sekitar 143,21%.

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan, secara umum likuiditas bank menjadi tantangan tersendiri bagi perbankan nasional dan perebutan DPK untuk menjaga likuiditas berdampak pada dana mahal bank terlebih untuk bank buku I dan buku II.

"Dengan kenaikan suku bunga dan bank butuh likuiditas maka dana mahal bank akan semakin besar saat ini," ucap Trioksa.

Menurutnya, tren hingga akhir tahun diprediksi akan tetap sama atau bank tetap perlu menjaga likuiditasnya, di antaranya dengan mencari dana mahal.

Selain itu, perbankan khususnya bank-bank kecil disebut Trioksa perlu melakukan peningkatan layanan dan penjualan produk dana murah serta meminta para pemegang saham untuk meningkatkan permodalan yang dapat digunakan untuk memperkuat likuiditas bank.