KontanKontan

Rupiah Diramal Jatuh Ke Level Rp 16.800, Akankah BI Naikkan Suku Bunga?

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah diproyeksi bisa makin jatuh ke level Rp 16.800 per dolar Amerika Serikat (AS). Bila tidak ada intervensi, bukan tidak mungkin rupiah bakal terjerembab lebih dalam.

Pengamat Mata Uang dan Komoditas Lukman Leong mengatakan, pasar nilai tukar dalam jangka menengah ini masih penuh ketidakpastian terutama dari Amerika Serikat. Imbasnya, penguatan dolar AS telah menyebabkan sekeranjang mata uang terkoreksi, termasuk rupiah.

Lukman menjelaskan, tangguhnya dolar AS seiring pernyataan hawkish dari pejabat – pejabat the Fed terutama dari Jerome Powell selaku ketua dalam pertemuan FOMC, Rabu (12/6) pekan lalu. Sikap hawkish ini kembali diulangi oleh kepala the Fed Philadelpia, Harker, malam tadi yang mengatakan bahwa kemungkinan mereka hanya akan menurunkan suku bunga sekali sebesar 25bps pada bulan Desember.

Dari internal, fundamental rupiah juga makin goyah karena memang masih ada kekhawatiran dari data-data seperti ekspor impor dan penjualan ritel yang menunjukkan pelemahan permintaan, baik domestik maupun regional. Ditambah lagi, sentimen risk-off di pasar ekuitas Indonesia ikut melemahkan mata uang garuda.

Baca Juga: Makin Tertekan, Begini Proyeksi Rupiah pada Rabu (19/6)

“Apabila tidak ada perubahan pada sikap pejabat-pejabat the Fed, rupiah bisa melemah hingga Rp16.800 per dolar AS,” ujar Lukman kepada Kontan.co.id, Selasa (18/6).

Namun demikian, Lukman berharap bahwa keadaan akan semakin membaik seiring data ekonomi terutama inflasi AS telah menunjukkan moderasi ke level 3,3% secara tahunan pada Mei 2024.

Bank Indonesia (BI) juga diharapkan terus memantau perkembangan rupiah yang tidak menutup kemungkinan untuk kembali mengerek suku bunga apabila diperlukan. Adapun bank sentral Indonesia akan melakukan pertemuan pada 19-20 Juni 2024.

“Saya melihat penguatan dolar AS dan nada hawkish para pejabat the Fed kemungkinan tidak akan berkelanjutan. Namun hal ini tidaklah mutlak. Dengan perkembangan terbaru ini, rupiah idealnya berkisar Rp16.300 -Rp16.600 per dolar Amerika,” imbuh Lukman.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai, pelemahan rupiah akhir-akhir ini akan berpengaruh bagi cadangan devisa dan ekspor impor Indonesia diperkirakan akan sedikit mengalami penurunan. Terdekat, BI akan merilis data neraca perdagangan ekspor impor pada Rabu (19/6).

Kalau sudah begitu, Ibrahim bilang, cadangan devisa yang berpotensi tergerus kemungkinan akan mendorong Bank Indonesia untuk mengerek suku bunga acuan di pertemuan pekan depan, 19 – 20 Juni 2024. Menurutnya, BI dinilai masih memiliki ruang untuk menaikkan suku bunga hingga batas atas ke 6,75% dari posisi saat ini 6,25%.

“Bank indonesia dalam pertemuan di bulan Juni kemungkinan besar akan menaikan suku bunga 25 bps,” tutur Ibrahim kepada Kontan.co.id, Jumat lalu.

Di samping itu, Ibrahim melihat, rupiah berpotensi kembali melemah pekan ini karena akan dipengaruhi oleh potensi tindakan balasan dari China terhadap Uni Eropa dan Amerika terkait pengenaan tarif tinggi pada sektor kendaraan listrik. Kekisruhan antara tiga negara perekonomian terbesar ini dipandang akan mengguncang perekonomian global.

Ketegangan geopolitik yang meningkat dapat menyebabkan harga komoditas bergejolak yang akan bertranslasi pada tingkat inflasi. Sementara fragmentasi perdagangan lebih lanjut berisiko menyebabkan gangguan tambahan pada jaringan perdagangan.

Menurut Ibrahim, rupiah mungkin akan bergerak dalam rentang Rp 16.450 per dolar AS – Rp 16.500 per dolar AS di pekan ini. Adapun selama pekan lalu, rupiah telah melemah sekitar 1,33% secara mingguan ke level Rp 16.412 per dolar AS atau level terendah sejak awal April 2020.