Sejumlah Saham Blue Chip Sektor Bank Akan Bayar Dividen, Mana yang Layak Beli?
Sejumlah saham blue chip sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) siap memberikan dividen untuk para investor. Dari saham blue chip tersebut, saham apa yang layak untuk dibeli?
Musim Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perbankan segera tiba. Pengumuman pembagian dividen menjadi hal yang paling dinanti para investor sebelum mengambil keputusan investasinya.
Saham blue chip adalah saham lapis satu yang telah berpengalaman di BEI. Saham blue chip biasanya memiliki nilai kapitalisasi pasar besar mencapai puluhan hingga ratusan triliun rupiah.
Di BEI, saham blue chip biasanya adalah saham-saham yang menjadi indeks mayor seperti LQ 45. Salah satu anggota LQ45 yang akan menggelar RUPST adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) pada 12 Maret 2025.
Dalam salah satu agendanya, RUPST akan memutuskan penggunaan laba bersih BCA di 2024 yang salah satunya untuk digunakan sebagai dividen tunai. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja belum mau mengungkapkan berapa dividen final yang bakal dibagikan oleh bank swasta terbesar tanah air ini.
“Secaraofficialakan diumumkan tanggal 12 Maret besok pada saat RUPS,” ujar Jahja singkat, Senin (10/3).
Terakhir,BCA telah membagikan dividen interim tunai sebesar Rp 6,16 triliun untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2024. Jumlahnya meningkat 18% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Saatpublic exposepada awal tahun ini, Jahja sempat memberi sinyal bahwa pembagian dividen tahun ini bisa lebih besar dari tahun sebelumnya. Ia pernah berjanji kepada para investor, bahwa dividen yang dibayar BCA absolutnya itu harus lebih tinggi setiap tahun.
Ia bilang janji tersebut tak bisa ditepati ketika pandemi Covid-19 pada 2020 lalu. Di mana, laba bersih BCA kala itu saja juga mengalami koreksi sekitar 5%. Kata itu, di tahun2024, laba bersih BCA tumbuh 12,7% YoY atau senilai Rp 54,8 triliun.
"Ini akan ditentukan nanti dalam RUPS. Jadi, saya enggak berani menjanjikan apakah ini akan lebih atau kurang," ujarnya kala itu.
Disisi lain, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga telah memberikan kisi-kisi dividen dalam bahan mata acara RUPST 2025 yang ditayangkan di situs resminya. Dalam dokumen tersebut, manajemen berencana membagikan rasio dividen minimal 85%.
“Perseroan bermaksud membagikan dividen dengan payout ratio sekurang-kurangnya sebesar 85% (termasuk dividen interim yang telah dibayarkan) dengan mempertimbangkan kinerja perseroan yang baik dan kondisi permodalan yang kuat,” tulis manajemen dalam dokumen tersebut.
Pada 15 Januari 2025lalu, bank yang akrab denganwong cilikiini telah membagikan dividen interim sebesar Rp 135 per saham atau sebesar Rp 20,33 Triliun dan akan diperhitungkan sebagai bagian dari dividen Tahun Buku 2024.
Tonton: Pemerintah Bakal Bangun Rumah Subsidi untuk Guru, Bagaimana Skemanya?
Rekomendasi saham
Head of Proprietary Investment Mirae Asset Handiman Soetoyo mengungkapkan pihaknya saat inicenderung konservatif dalam melakukan estimasi rasio dividen seperti tahun lalu. Di mana, itu mempertimbangkan hasil kinerja beberapa bank di tahun 2024.
Berdasarkan hitung-hitungannya, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) dan BBRI bakal menjadi yang paling tinggi jika dilihat secara dividen yield. Handyman melihat dua bank ini bisa memberikan dividen yieldsetidaknya di kisaran 9%.
Sementara itu, ada empat bank yang berpotensi memberikan dividen yielddi kisaran 6% hingga 7%. Mereka adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS), dan PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP).
Hanya saja, Handiman tidak menyarakan bagi investor untuk menjadidividend huntersecara jangka pendek. Alasannya, beberapa bank telah rallycukup tinggi seminggu ini dan itu sangat besar risiko terkenadividend trap.
“Bagi investor jangka panjang bisa melakukan akumulasi terutama BNGA, BBRI, BBNI, BMRI, dan NISP,” ujar Handiman.
Harga saham BBRI pada perdagangan Senin 10 Maret 2025 ditutup di level3.760, turun 50 poin atau 1,31% dibandingkan sehari sebelumnya. Sejak awal tahun 2025, harga saham BBRI terakumulasi melemah450 poin atau 10,69% dan secara tahunan atau year on year (yoy) terkoreksi2.640 poin atau 41,25%.
Sementara itu, Investment AnalystEdvisor Profina Visindo Indy Naila berpandangan rasio dividen akan stabil pada tahun buku 2024. Bahkan, ia melihat ada potensi mengalami penurunan karena terlihat bahwa kondisi pertumbuhan kredit perbankan melemah di akhir tahun 2024.
Tak jauh berbeda dengan Handiman, Indy pun melihat ada beberapa bank yang memang bisa memberikan dividen yieldbesar sekitar 7%. Bank-bank tersebut adalah, BMRI, BNGA, BBRI, BBNI, dan PT BPD Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR).
“Dividen ini memang menarik untuk para investor karena walaupun mungkin tidak dapat langsung menutup capital lossdari saham namun tetap mendapatkan dividen,” ujar Indy.
Sementara itu, Indy melihat dividen dari BBCA justru secara historis tidak menarik untuk mengejar dividen yang mereka bagikan. Bukan tanpa alasan, dividen yieldBCA secara historis berada di kisaran 2%.
“BBCA kurang menarik menurut saya karena yield-nya kecil,” tandasnya.