KontanKontan

Pasar Obligasi Tanah Air Solid, Imbal Hasil Kembali Bergerak Turun

Imbal hasil (yield) obligasi Surat Berharga Negara (SBN) bergerak turun menuju level terendah. Yield obligasi dipengaruhi oleh turunnya inflasi dan redanya kenaikan suku bunga.

Director & Chief Investment Officer Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Ezra Nazula mengatakan, resiliensi Surat Berharga Negara karena kondisi domestik yang lebih kondusif seperti penurunan angka inflasi dan suku bunga Bank Indonesia (BI) diekspektasikan telah mencapai puncak.

Penerbitan SBN rendah sedangkan permintaan akan terus tinggi juga mendukung pasar surat utang domestik. Pasokan obligasi pemerintah menurun di lelang dengan kebutuhan pendanaan bujet defisit yang semakin kecil.

Sebagai gambaran, penerbitan Surat Berharga Negara ataupun Surat Utang Negara (SUN) sampai dengan kuartal I 2023 telah mencapai Rp 295,45 triliun. Jumlah tersebut cukup tinggi untuk periode tiga bulan pertama karena target penerbitan SBN di tahun ini targetnya sekitar Rp 712 triliun.

Baca Juga: Prospek Pasar Surat Utang Domestik Jika Suku Bunga Mencapai Puncak

Ezra memperkirakan yield SUN tenor 10 tahun dapat mengarah ke level 6% - 6.25% di semester kedua 2023, setelah The Fed berhenti dengan siklus kenaikan suku bunga.

“Yield juga didukung semakin kencangnya aliran dana asing ke pasar SBN yang ditopang oleh stabilnya nilai tukar,” kata Ezra kepada Kontan.co.id, Rabu (7/6).

Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi turut melihat penurunan yield SUN dipengaruhi oleh masuknya dana asing ke obligasi pemerintah serta penerbitan obligasi pemerintah melalui lelang lebih sedikit dibandingkan permintaan.

Penguatan SBN hari ini membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa, semakin menyempit. Saat ini, yield SUN acuan tenor 10 tahun berada pada level 6,3%, sementara yield US Treasury 10 tahun berada di posisi sekitar 3,7%.

Menurut Reza, katalis yang akan mempengaruhi pasar obligasi ke depan adalah sikap The Fed terhadap kebijakan tingkat suku bunganya. Dimana, inflasi AS akan menjadi fokus pasar global karena dinilai masih cukup tinggi.

Baca Juga: OJK Tegur PT SMI, Imbas Jual Beli Obligasi di Bawah Harga Pasar

Dari domestik, minat investor terhadap obligasi masih lebih tinggi dibandingkan suplai.

“Kami melihat yield SUN 10 tahun berpotensi melanjutkan penurunan ke level 6% - 6.25% hingga akhir tahun,” ucap Reza saat dihubungi, Rabu (7/6).