KontanKontan

Mampukah Inovasi E-commerce Berdampak Positif ke Kinerja Sahamnya di Tahun Ini?

Bisnis e-commerce di Indonesia diprediksi akan berkembang pesat di tahun 2023 didorong kenaikan konsumsi domestik. Namun, bisakah hal tersebut menjadi sentimen positif bagi emiten e-commerce?

Perusahaan analisis tren bisnisWGSNmelihat bahwa Indonesia menjadi salah satu negara dengan perkembangan industri ritel paling pesat di Asia Pasifik pada tahun 2023. Hal itu disampaikan dalam laporan berjudul Asia: Markets to Watch 2023yang dirilis baru-baru ini.

WGSN juga menilai Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara yang berhasil memulihkan berbagai sektor industrinya, mulai dari produk consumer goods, ritel, hingga infrastruktur.

APAC Consultant WGSN, Annya Suhardi, mengatakan, sebagai negara berkembang dengan perkembangan industri e-commerce yang masif, Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia.

Baca Juga: Konsumsi Domestik Naik, Begini Tren Bisnis E-commerce di Tahun 2023

Setelah Pandemi Covid-19, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di tahun 2022 mencapai nilai tertingginya, yaitu sebesar 5,31%, dalam kurun waktu sembilan tahun terakhir.

Indonesia juga merupakan negara dengan tingkat penetrasi internet tinggi sebesar 66% pada tahun 2022, dengan komposisi demografi 52% dari 270 juta penduduk merupakan kaum milenial dan gen-Z yang mahir menggunakan teknologi digital.

“Ke depannya, prioritas dan perilaku konsumen Indonesia akan ditentukan oleh pengaruh generasi muda yang semakin dominan,” kata Annya saat ditemui Kontan.co.id, Rabu (7/6).

Meskipun begitu, kinerja sejumlah emiten e-commerce masih mencatatkan rugi bersih di kuartal I 2023.

Baca Juga: Marketplace Lokal Segera Pungut Pajak, Ditjen Pajak Pastikan Tak Memberatkan Konsumen

Melansir laporan keuangan, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) merugi Rp 3,86 triliun pada kuartal I-2023. Nilai tersebut menyusut 40,31% dari Rp 6,47 triliun di kuartal pertama 2022.

PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) mencatatkan rugi periode berjalan sebesar Rp 971,02 miliar per Maret 2023. Nilai tersebut berbalik dari laba bersih Rp 14,55 triliun pada Maret 2022.

Lalu, PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) membukukan rugi periode berjalan sebesar Rp 878 miliar di kuartal pertama 2023. Angka tersebut turun 17,8% dari periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp 1 triliun.

Baca Juga: Konsumsi Domestik Tumbuh, Cermati Tren Bisnis E-commerce Tahun Ini

Kepala Riset Surya Fajar Sekuritas, Raphon Prima mengatakan, meskipun transaksi di e-commerce diprediksi stabil meningkat, perusahaan e-commerce masih belum menemukan bisnis model yang tepat dalam mencapai profitabilitas.

“Sepanjang hal tersebut belum terjadi, sulit bagi pergerakan harga saham emiten e-commerce untuk bergerak positif,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (7/6).

Oleh karena itu, Raphon menyarankan para investor untuk menanti terlebih dahulu hingga terjadi perubahan bisnis model yang signifikan di perusahaan e-commerce yang bisa membawa profitabilitas.

“Kami tidak merekomendasikan saham e-commerce untuk investasi kepada nasabah kami,” ungkap dia.