KontanKontan

Dilanda Aksi Profit Taking, Harga Emas Berpotensi Turun dalam Jangka Pendek

Emas kemungkinan masih menghadapi penurunan jangka pendek sebelum kembali naik. Harga logam kuning diprediksi akan terus mengalami penurunan dalam waktu dekat seiring aksi ambil untung (profit taking) oleh investor.

Analis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer mencermati, harga emas stabil dalam perdagangan di Asia setelah mengalami kenaikan kuat semalam. Ini terjadi karena data inflasi yang lemah menyebabkan dolar Amerika Serikat (AS) turun ke posisi terendah satu bulan, meningkatkan ekspektasi penurunan suku bunga.

Namun, harga emas saat ini menunjukkan tanda-tanda pelemahan untuk kenaikan lebih lanjut dan telah mencapai level tertinggi atau overbought sebelumnya, sehingga terdapat potensi penurunan yang berkelanjutan.

“Kondisi ini disebabkan oleh para investor yang cenderung menjual emas dalam jangka pendek untuk mengamankan keuntungan,” jelas Fischer dalam risetnya, Jumat (17/5).

Baca Juga: Harga Emas Antam Turun Rp 11.000 ke Rp 1.343.000 Per Gram pada Jumat (17/5)

Namun, Fischer juga menekankan bahwa penurunan ini hanya sementara. Secara keseluruhan, tren kenaikan harga emas masih berlanjut dan investor dapat memanfaatkan penurunan ini untuk membeli kembali.

Mengutip Bloomberg, Jumat (17/5) pukul 11.40 WIB, harga emas berada di posisi US$ 2.377 per ons troi atau menguat tipis 0,02%. Pada hari Kamis (17/5), emas spot naik 0,1% menjadi US$2.388,84 per ons troi, sementara emas berjangka yang akan berakhir pada bulan Juni stabil di US$2.393,50 per ons troi pada pukul 10:43 WIB.

Fischer menilai, kenaikan harga emas ini sebagian besar didorong oleh penurunan inflasi di Amerika Serikat. Data inflasi yang lebih rendah dari perkiraan mendorong dolar AS turun, sehingga meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe haven.

Harga emas telah melonjak lebih dari 1% pada hari Rabu (15/5), setelah data menunjukkan bahwa inflasi indeks harga konsumen (CPI) AS menurun pada bulan April dari bulan Maret, sementara CPI inti juga mengalami penurunan.

Penurunan inflasi ini, ditambah dengan data penjualan eceran yang lebih lemah dari perkiraan, meningkatkan harapan bahwa inflasi akan terus mereda dalam beberapa bulan mendatang. Hal ini memberi kepercayaan kepada Federal Reserve untuk mulai memangkas suku bunga.

Alat CME Fedwatch menunjukkan bahwa para trader sekarang memperkirakan peluang yang lebih besar untuk pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September, dengan probabilitas hampir 54%.

Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang untuk berinvestasi di emas dan logam mulia lainnya, karena mereka tidak menawarkan imbal hasil secara langsung.

Baca Juga: Harga Emas Spot Melemah Seiring Penguatan Dolar ke US$2.379,60 pada Kamis (16/5)

Meskipun ada penurunan jangka pendek, Fischer memprediksi bahwa harga emas akan kembali naik. Ini didukung oleh peningkatan permintaan safe haven jika ekonomi AS semakin mendingin tahun ini.

Namun, sejumlah pejabat Fed memperingatkan bahwa bank sentral masih membutuhkan lebih banyak keyakinan bahwa inflasi akan terus turun. Dimana, inflasi saat ini masih berada di atas target tahunan Fed sebesar 2%.

Secara keseluruhan, Fishcer mengatakan, meskipun ada prediksi penurunan jangka pendek, prospek jangka panjang untuk emas tetap positif, didorong oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga dan permintaan safe haven.

“Investor disarankan untuk memantau perkembangan ini dan mempertimbangkan strategi jangka panjang dalam berinvestasi di emas,” pungkasnya.