KontanKontan

Ada Skandal Emiten Mini di India, Perlu Lebih Ketat Menyeleksi Saham Papan Akselerasi

Bursa saham India sedang terguncang oleh skandal yang melibatkan emiten baru di papan usaha kecil dan menengah. Berkaca dari kasus itu, pelaku pasar di Bursa Efek Indonesia (BEI) perlu lebih waspada dan selektif dalam menyaring saham.

Di India, otoritas pasar modal sedang menyelidiki kemungkinan terjadinya penipuan akuntansi oleh emiten yang baru menggelar Initial Public Offering (IPO). Securities and Exchange Board of India (SEBI) menyelidiki dugaan manipulasi laporan keuangan untuk mendorong harga saham pada Varanium Cloud Ltd dan Add-Shop E-Retail Ltd.

Varanium Cloud diduga menyalahgunakan dana hasil IPO pada tahun 2022, serta manipulasi laporan keuangan dengan mencatatkan pembelian dan penjualan fiktif. Sedangkan Add-Shop dituding melakukan transaksi penjualan fiktif lewat pihak-pihak berelasi untuk mengerek penjualan.

Mengutip Bloomberg, analis menilai penyelidikan ini akan menahan kenaikan indeks saham usaha kecil-menengah di India, yang sejak awal tahun 2021 sudah meroket lebih dari 5.000%. Regulator dan investor di pasar modal Indonesia pun mesti mengantisipasi agar skandal serupa tidak terjadi.

Baca Juga: Lebih Ketat Menyeleksi Papan Akselerasi

Di Indonesia, perusahaan dengan aset skala kecil dan menengah telah diwadahi dalam papan akselerasi. BEI meluncurkan papan pencatatan ini untuk mendorong lebih banyak Usaha Kecil Menengah (UKM) melakukan penawaran umum perdana sebagai penggalangan dana untuk ekspansi.

Dari periode IPO tahun 2022 hingga tahun berjalan 2024 ini, setidaknya ada 40 saham yang tercatat di papan akselerasi. Secara indeks, pergerakan saham papan akselerasi terbilang moncer dengan kenaikan year to date tertinggi dibandingkan indeks saham yang lain.

Hingga perdagangan Kamis (16/5), indeks papan akselerasi melejit 31,87%. Bandingkan dengan indeks saham papan pengembangan yang hanya naik 1,85%, sedangkan indeks papan utama ada di posisi minus 1,10% secara year to date.

Pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy menilai skandal dugaan manipulasi dari sejumlah emiten mini di India selayaknya menjadi alarm yang meningkatkan kewaspadaan regulator dan investor. Terutama bagi otoritas pasar modal agar lebih selektif terhadap pelaporan emiten maupun penyaringan perusahaan yang akan IPO.

Investor juga mesti cermat mengenali peluang dan risiko saat melirik saham-saham baru, khususnya yang berada di papan akselerasi.

"Bursa harus lebih prudent untuk meloloskan perusahaan yang IPO. Investor yang tertarik pada saham-saham di papan akselerasi harus siap mental menghadapi risiko besar di balik potensi return-nya," kata Budi.

Pengamat pasar modal & Founder WH-Project William Hartanto menimpali, untuk mengantisipasi skandal seperti di bursa India, pelaku pasar mesti jeli mengamati laporan keuangan dan aksi korporasi dari para pemilik emiten.

William bilang, lonjakan pendapatan dan laba di luar kewajaran skala bisnis maupun sektor industri emiten tersebut bisa menjadi indikasi adanya potensi manipulasi. Investor dan regulator juga perlu waspada jika ada gelagat dari para pemilik untuk melepas saham kepada publik secara jor-joran.

Baca Juga: Selektif Menyaring Saham Papan Akselerasi Berkaca dari Skandal Emiten Mini India

"Karena ini bisa jadi salah satu indikasi bahwa perusahaan tidak sehat dan IPO hanya merupakan exit strategy," ungkap William kepada Kontan.co.id, Kamis (16/5).

Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menyambut baik niatan bursa menambah jumlah emiten dengan mendorong UKM untuk go public. Hanya saja, sejalan dengan itu regulator mesti menyaring ketat calon emiten, termasuk meminimalisir potensi IPO hanya sebagai exit strategy dari para pemilik.

Soal UKM yang diakomodasi dalam papan akselerasi, Audi memandang papan tersebut hanya kategorisasi emiten berdasarkan kapitalisasi pasar. Sehingga bukan berarti saham-saham yang ada di papan akselerasi tidak memiliki potensi untuk tumbuh.

Di dalam indeks atau papan mana pun, investor harus tetap mencermati fundamental dan momentum saham masing-masing emiten. Namun, Audi mengingatkan investor harus memahami pergerakan saham di papan akselerasi punya volatilitas yang lebih tinggi.

Audi melihat kecenderungan ketika tren Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melandai, umumnya saham di papan akselerasi atau saham market cap kecil akan menguat. Begitu sebaliknya.

"Karena trader akan cenderung memilih saham yang memiliki volatilitas tinggi di tengah lesunya saham big caps," ujar Audi.

William turut melihat papan akselerasi lebih diminati oleh para trader. Sehingga saham di papan akselerasi mudah naik atau turun dalam waktu yang cepat. Namun, dia mengamati saham di papan ini juga tidak selalu menjadi pilihan saat IHSG melandai.

Menurut William, minat pasar terhadap saham-saham di papan akselerasi masih terbilang rendah. Tapi dia sepakat untuk menilai kelayakan investasi, investor mesti jeli mencermati performa dan prospek pada masing-masing sahamnya.

"Di papan akselerasi pun sama, ada saham yang layak untuk investasi, ada yang tidak. Indeks itu kan hanya kategori, kalau suatu saat kondisi emiten berubah, maka bisa pindah indeks juga pada waktunya," ungkap William.

Asal tahu saja, emiten di papan akselerasi pun bisa naik kelas. Contohnya ada PT Trimegah Karya Pratama Tbk (UVCR) yang telah berpindah dari papan akselerasi ke papan pengembangan pada November 2023.

William menilai saat ini tak banyak saham di papan akselerasi yang punya momentum teknikal menarik dan mendukung dari sisi likuiditasnya. Dus, lebih menarik melirik saham lapis kedua untuk follow tren memanfaatkan kebangkitan IHSG.

Audi lebih merekomendasikan saham big caps di tengah rebound IHSG, sekaligus mengantisipasi potensi pemangkasan tingkat suku bunga pada kuartal III-2024.

"Sedangkan untuk saham kapitalisasi kecil di dalam papan akselerasi hanya kami rekomendasikan untuk trading dalam jangka pendek hingga menengah," tandas Audi.