SeputarforexSeputarforex

Aksi Risk-on Menekan Dolar AS Pada Awal Pekan

Seputarforex - Indeks dolar AS (DXY) merosot lebih lanjut dalam perdagangan hari Senin (7/November) sampai menyentuh level terendah pada 110.25. Di sisi lain, euro dan sterling terpacu oleh sentimen risk-on yang mengatrol bursa saham Eropa. Saat berita ditulis pada awal sesi New York, EUR/USD dan GBP/USD masing-masing telah menguat 0.3% dan 0.7%.

Grafik DXY Daily via TradingView

Greenback tertekan oleh imbas lanjutan dari rilis data tingkat pengangguran AS yang mengecewakan pada hari Jumat lalu. Bursa saham global menyambut baik kabar suram dari AS tersebut, terbukti dengan kenaikan indeks European STOXX 600 sebesar 0.5 persen dan IHSG setinggi 0.8 persen pada awal pekan ini.

Minat risiko pasar juga termotivasi oleh makin santernya rumor pelonggaran kebijakan nol COVID oleh China. Rumor terus beredar di media massa dan media sosial, meskipun pejabat China telah menegaskan akan terus memberlakukan kebijakan tersebut.

"Kita bisa mempertanyakan kebenaran cerita China (tentang pelonggaran kebijakan nol COVID -red), tetapi pasar cukup senang untuk memercayainya sementara ini, meskipun ada penolakan tegas (dari pejabat China)," kata Jeremy Stretch, kepala strategi FX G10 di CIBC.

Kebijakan nol COVID (zero COVID policy) adalah kebijakan publik yang telah diterapkan di China dan beberapa kawasan lain untuk mengontrol penyebaran COVID-19 dengan pembatasan sosial secara ketat. Ketika otoritas menemukan kasus COVID-19 pada suatu daerah, mereka akan segera mengisolasi pihak-pihak yang terlibat dalam kasus tadi, kemudian mengetatkan pembatasan sosial dalam radius beberapa kilometer di sekitar lokasi kejadian. Pembatasan sosial termasuk penutupan sekolah, hotel, restoran, pabrik, kantor, dan lain sebagainya kecuali layanan publik esensial.

Kebijakan kontroversial ini menjadi andalan pemerintah China dalam melawan penyebaran COVID-19, sehingga sejumlah kota terbesar seperti Shanghai dan Beijing pernah mengalami lockdown. Ketika aktivitas ekonomi pada kota-kota terbesar di China terhambat, dampaknya meluas secara global, mengacaukan rantai pasokan dan menekan permintaan mancanegara.

Data neraca perdagangan China terbaru yang dirilis tadi pagi menunjukkan ekspor dan impor masing-masing menciut -0.3% dan -0.7% pada Oktober 2022, bertepatan dengan pemberlakuan lockdown atas puluhan kota termasuk Guangzhou, Wuhan, dan Xining. Padahal, ekspor dan impor sempat melambung +5.7% dan +0.7% pada periode sebelumnya.