KontanKontan

Konservatif, Madusari Murni Indah (MOLI) Bidik Penjualan Naik 5% di Tahun 2023

PT Madusari Murni Indah Tbk (MOLI) berusaha memaksimalkan potensi bisnis etanol sepanjang 2023.

Direktur Utama Madusari Murni Indah Adikin Basirun menyampaikan, tahun ini pihaknya menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 5%. Diharapkan pula laba bersih MOLI dapat meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.

Sedangkan mengacu pada capaian kuartal I-2023, penjualan MOLI tumbuh 5,3% year on year (YoY) menjadi Rp 373,99 miliar. Pada saat yang sama, laba bersih periode berjalan MOLI meningkat 11,8% YoY menjadi Rp 6,36 miliar.

Salah satu faktor pendukung kinerja MOLI tahun ini adalah pergerakan harga jual etanol yang diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Harga tetes tebu yang jadi bahan baku etanol buatan MOLI juga diprediksi lebih tinggi dibandingkan tahun lalu asalkan tidak terjadi perubahan cuaca ekstrim yang mempengaruhi panen tebu di Indonesia.

Baca Juga: Ekspansi Gerai, Supra Boga (RANC) Targetkan Pendapatan Rp 3,2 Triliun Tahun Ini

Di sisi lain, persaingan industri etanol nasional sendiri dinilai MOLI cukup ketat. Apalagi, tahun lalu pemerintah membebaskan tarif impor etanol dari Pakistan, sehingga terjadi kelebihan pasokan etanol di dalam negeri.

"Margin profit kami sempat terganggu pada tahun lalu, karena biaya produksi etanol di Indonesia lebih mahal dibandingkan etanol yang diimpor dari Pakistan," ungkap Adikin dalam paparan publik, Rabu (7/6).

Lantas, untuk bisa bersaing di industri etanol pada tahun ini, MOLI berfokus menjual produk ke pasar yang relatif tidak sensitif terhadap perubahan harga etanol, seperti sektor kosmetik, farmasi, serta makanan dan minuman.

MOLI

Penjualan etanol ke sektor seperti hand sanitizer dan disinfektan coba dikurangi oleh MOLI karena produsen kedua produk tersebut cenderung memilih etanol impor dengan harga murah dari Pakistan.

Selain itu, MOLI juga berusaha memaksimalkan potensi penjualan etanol ke pasar ekspor. Peluang ekspor cukup terbuka mengingat permintaan di kawasan Asia Tenggara dan Asia Pasifik cukup besar, meski persaingan di sana juga tergolong ketat.

Ini mengingat negara-negara seperti Thailand dan Australia memiliki banyak pabrik gula yang mana beberapa di antaranya turut memproduksi etanol.Asal tahu saja, sejauh ini kontribusi penjualan ekspor MOLI berada di kisaran 40%.

Baca Juga: Map Aktif (MAPA) Akan Mengelola 55 Gerai Aldo di Asia Tenggara

"Kami harap pergerakan kurs akan lebih stabil tahun ini, sehingga tidak mengganggu kinerja ekspor perusahaan," imbuh Adikin.

Tak ketinggalan, walau tidak disebut secara rinci, MOLI juga menerapkan strategi berupa penjualan aset-aset perusahaan yang dinilai tidak produktif atau tidak aktif. Upaya ini dilakukan untuk memangkas utang berbunga yang ditanggung MOLI.