KontanKontan

Tak Ada Kata Terlambat Berinvestasi Bagi Direktur KSK Insurance Suharjo Lumbanraja

Tak ada pernah kata terlambat untuk memulai investasi meskipun sudah berkeluarga. Apalagi kalau berinvestasi di instrumen yang tepat seseorang bisa mendapatkan cuan.

Selain memilih instrumen investasi yang legal, investor juga perlu memahami dan mengatur strategi yang tepat. Suharjo Lumbanraja, Direktur Keuangan KSK Insurance Indonesia, bercerita dirinya baru mulai investasi setelah berkeluarga.

"Investasinya setelah berkeluarga. Baru ketika anak saya berusia tiga atau empat tahun," tutur dia kepada Kontan.co.id beberapa waktu lalu.

Suharjo bercerita antara 2006 dan 2007, dia sempat membaca sebuahdata tentang biaya pendidikan dengan kenaikan gaji seorang karyawan. Dalam tulisan tersebut dia sadar bahwa biaya pendidikan semakin tinggi, tapi tak sejalan dengan kenaikan gaji.

Dia mencontohkan gaji karyawan bisa naik antara 5%-10% per tahun, tapi biaya pendidikan bisa tumbuh 10%-15% per tahunnya. Kalau dibandingkan kenaikannya tidak setara.

"Makanya saya mempersiapkan tabungan untuk anak saya," lanjut dia.

Di sisi lain, di awal perjalanan karirnya menjadi agen asuransi jiwa yang akrab dengan produk unitlink, Suharjo memahami bahwa yang itu arus kas di masa mendatang akan tergerus oleh inflasi.

Untuk itu dia menyadari penting untuk mempersiapkan dana yang bisa mengalahkan inflasi. Instrumen investasi pertamanya ialah reksadana.

Hingga kini Suharjo masih aktif berinvestasi di reksadana. Di instrumen ini, dia membagi tiga portofolio, yakni pasar uang, obligasi dan saham.

Dia menjelaskan reksadana pasar yang dia pegang kalau buffer atau sebagai penopang karena sifatnya low risk dan low return. Ini juga setipe dengan reksadana pendapatan tetap.

Namun dalam memilih reksadana pendapatan tetap, Suharjo mencari obligasi yang punya pendapatan tetap dari negara atau Surat Utang Negara (SUN).

"Kalau reksadana saham, saya pilih manajer investasi yang terpercaya," tandas dia.

Selain reksadana, Suharjo juga berinvestasi di properti. Awalnya, dia investasi di properti karena kebutuhan untuk tinggal bersama keluarga.

Kemudian dia mulai membeli beberapa aset properti seperti rumah dan apartemen. Tapi tak semua aset itu dia dan keluarganya tinggali.Ada beberapa yang masih kosong dan siap untuk dijual.

"Masih menunggu kalau properti sudah mulai membaik, kalau saya butuh, mungkin saya jual," kata dia.

Suharjo bilang untuk membeli properti dia punya dua kriteria wajib. Pertama aksesnya gampang untuk dan dibangun oleh pengembangan yang bagus serta terpercaya.

"Kalau kalau aksesnya susah, begitu dijual bukannya malah jadinya stagnan," imbuh dia.

Kalau digambarkan komposisi portofolio Suharjo paling besar ada di properti hampir 60%. Kemudian ada reksadana, emas dan dolar Amerika Serikat yang besarketiganya hampir sama.

Sebagai seorang ayah, Suharjo juga memberikan edukasi pada anak-anaknya yang saat ini duduk dibangku SMP dan kuliah. Dia mengajarkan pada pada anaknya untuk menyisihkan uang untuk berinvestasi.

Dia bercerita anak-anak sudah mulai berinvestasi di reksadana obligasi. Dia juga tegas pada anaknya untuk investasi pada instrumen yang dimengerti.

"Saya belum suruh mereka pegang atau masuk ke saham sebelum mereka mengerti apa itu saham," imbuh dia.

Dia mengilustrasikan pada anak-anaknya bahwa kalau seseorang menempatkan uangnya di bank, lama-lama uang itu akan lenyap dengan biaya.

Namun berbeda ketika seseorang menempatkan dananya di reksadana. Soalnya dalam reksadana seseorang akan memegang unit, meski harganya naik dan turun tapi jumlah unit yang dipegang sama.

"Mereka jadi mengerti memegang unit lebih stabil daripada memegang uang. Kedua saya ajarkan, selain taruh uang di bank yang pasti habis," papar dia.