KontanKontan

Harga Emas Turun Akibat Pernyataan Pejabat The Fed

Harga emas turun setelah pekan lalu melesat ke level tertinggi sejak Agustus 2022. Senin (14/11) pukul 14.00 WIB, harga emas spot melemah 0,51% ke US$ 1.762,14 per ons troi dari akhir pekan lalu US$ 1.771,24 per ons troi.

Harga emas kontrak Desember 2022 di Commodity Exchange turun 0,28% ke US$ 1.763,50 per ons troi. Akhir pekan lalu, harga emas berjangka Amerika Serikat (AS) ini berada di US$ 1.769,40 per ons troi.

Pelemahan harga emas hari ini dipicu oleh penguatan nilai tukar dolar AS dan imbal hasil US Treasury. Anggota dewan gubernur Federal Reserve Christopher Waller memperingatkan bahwa Federal Reserve tidak melunakkan perjuangannya melawan inflasi meski ada sinyal perlambatan laju kenaikan suku bunga.

"Emas lebih rendah sebagai reaksi terhadap Waller yang mendorong reaksi pasar terhadap pelemahan inflasi karena hanya satu titik data tidak menunjukkan inflasi telah dijinakkan," kata Stephen Innes, Managing Partner, SPI Asset Management kepada Reuters.

Hari Minggu (13/11), Waller mengatakan bahwa The Fed mungkin mempertimbangkan untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga pada pertemuan berikutnya. Tetapi rencana ini tidak boleh dilihat sebagai pelunakan pertempuran melawan inflasi.

Sebuah survei menunjukkan bahwa sentimen konsumen AS turun pada November, ditarik oleh kekhawatiran terus-menerus tentang inflasi dan biaya pinjaman yang lebih tinggi. Kontrak berjangka sekarang memperkirakan peluang 89% dari kenaikan suku bunga 50 basis poin pada pertemuan The Fed bulan Desember.

Emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga meningkatkan biaya peluang untuk memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.

Indeks dolar naik 0,5% setelah jatuh ke level terendah dalam hampir tiga bulan pada hari Jumat. Penguatan dolar AS membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Patokan imbal hasil Treasury AS 10-tahun naik tipis dari level terendah satu bulan.

Harga emas membukukan kenaikan mingguan terbesar sejak Maret 2020 pekan lalu, setelah tanda-tanda pendinginan inflasi AS mengangkat harapan bahwa Fed bisa kurang hawkish pada kenaikan suku bunga.