KontanKontan

Menanti Penetapan Harga Rights Issue Bank BTN (BBTN)

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) masih menanti pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk pelaksanaan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue.

Aksi korporasi itu tetap akan dieksekusi tahun ini meskipun terjadi beberapa perubahan jadwal dari proyeksi jadwal yang disampaikan dalam prospektus awal. Setelah penyataan efektif dikantongi, rights issue tersebut akan langsung dieksekusi.

BBTN membidik dana segar Rp 4,13 triliun dari rights issue ini. Itu terdiri atas dana penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 2,48 triliun sesuai dengan porsi kepemilikan pemerintah sebesar 60% pada saham BTN dan publik sebesar Rp 1,6 triliun.

Dalam rights issue itu, BBTN akan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 4,6 miliar saham seri B dengan nilai nominal Rp 500 per saham.

"Harga rights issue akan diskon sekitar 15%-25% dari harga price to book value (PBV) saham BBTN saat ini," kata Haru Koesmahargyo, Direktur Utama BBTN, dalam Media Gathering BTN baru-baru ini.

Mengingat belum ada pernyataan efektif dari OJK, BBTN belum mengumumkan harga pasti pelaksanaan rights issue tersebut.

BTN telah melakukan roadshow rights issue ke investor institusi di sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Eropa dan Singapura.

Wakil Direktur Utama BTN Nixon L.P Napitupulu mengungkapkan, investor antusias dengan berbagai inisiatif strategis BBTN dalam meningkatkan profitabilitas dan menjadi mortgage digital bank terbesar di Asean.

“Berbagai pertanyaan yang mereka ajukan menunjukkan bahwa kami memang sudah lama tidak berdiskusi dan menyampaikan business updates ke investor global. Mereka cukup surprise dengan sejumlah perbaikan dan pencapaian BTN,” kata Nixon.

Ia bilang, selama ini investor asing melihat masalah likuiditas, struktur biaya dana (cost of fund) dan rasio pembiayaan bermasalah (NPL) sebagai tantangan utama bank. Namun, peningkatan fundamental yang sudah dilakukan selama tiga tahun terakhir mendorong minat mereka masuk ke BBTN.

Menurut Tirta Gilang Citradi, analis MNC Sekuritas, momentum rights issue ini merupakan kesempatan langka bagi investor untuk bisa mendapatkan harga saham BBTN secara diskon.

Oleh karena itu, jadwal cum date dan ex date rights issue perlu diperhatikan. Cum date adalah tanggal terakhir perdagangan saham dengan HMETD. Sedangkan ex date adalah tanggal perdagangan saham tanpa HMETD.

Artinya, masyarakat yang berminat mendapatkan rights, harus memiliki saham BBTN paling lambat di tanggal cum date.

“PBV BBTN saat ini 0,76x, dan sangat mungkin harga rights akan di bawah harga saham induk, jadi dua kali diskon,” kata Tirta, Kamis (8/12).

Ia menekan harga nominal rights issue sebesar Rp 500 per saham bukan harga pelaksanaan rights issue. Harga pelaksanaan baru akan diumumkan dalam prospektus final.

Analis RHB Sekuritas Indonesia Ryan Santoso dan Andrey Wijaya mengatakan, masuknya dana segar baru dari pelaksanaan rights issue bakal mengerek capital adequacy ratio (CAR) BTN menjadi sekitar 19%-20%, dibandingkan catatan September 2022 sebesar 17,3%.

“Kami memperkirakan masuknya dana segar baru tersebut akan memperkuat kemampuan perseroan untuk mendongkrak pertumbuhan kredit ke depan. Apalagi pemerintah merencanakan peningkatan pemberian subsidi pembelian rumah bagi 200 ribu unit tahun 2023, dibandingkan target tahun 2022 sekitar 168 ribu,” terangnya dalam riset beberapa waktu lalu.

RHB Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham BBTN dengan target harga Rp 2.450 per saham. Target tersebut juga merefleksikan kian pesatnya peningkatan laba bersih perseroan setelah rights issue tuntas tahun ini.

Sebelumnya, BRI Danareksa Sekuritas telah terlebih dahulu memberikan rekomendasi beli saham BBTN dengan target harga Rp 2.500. Target tersebut merefleksikan kuatnya pertumbuhan kinerja keuangan perseroan hingga September 2022.

Target harga tersebut juga menggambarkan ekspektasi peningkatan laba bersih BBTN menjadi Rp 2,97 triliun pada 2022 dan menjadi Rp 3,41 triliun pada 2023, dibandingkan pencapaian tahun 2021 senilai Rp 2,37 triliun. PPOP perseroan juga diprediksi meningkat menjadi Rp 7,61 triliun pada 2022 dan senilai Rp 8,18 triliun pada 2022, dibandingkan perolehan tahun lalu Rp 6,66 triliun.

Rekomendasi beli saham BBTN juga datang dari Mandiri Sekuritas dengan target hargasekitar Rp 2.300 per saham. Rekomendasi beli ini tidak terlepas dari rencana rights issue Bank BTN yang saat ini tengah berjalan. Dana hasil rights issue yang sekitar Rp 4,13 triliun akan digunakan untuk memperbesar kapasitas pembiayaan perumahan.