Berikut adalah perbandingan antara kurs tukar mata uang USDIDR (blue line) dengan rasio SPX/LQ45 (orange line). Rasio SPX/LQ45 merepresentasikan kinerja relatif indeks saham AS (S&P 500) terhadap indeks saham Indonesia (LQ45).
Jika diperhatikan, terlihat ada 5 periode hubungan antara USDIDR dengan SPX/LQ45.
2007–2008:
2009–2011:
2013–2015 (Taper Tantrum):
2018–2020:
2020–2025:
🧠Insight
Ada korelasi positif kuat antara: pelemahan IDR (USDIDR naik), dan indeks saham Indonesia yang underperform vs. AS (SPX/LQ45 naik).
Korelasi tersebut muncul didorong oleh: kenaikan suku bunga Fed, Global risk-off sentiment, atau perbedaan kondisi makroekonomi antara AS dan Indonesia.
Ketika investor global beralih ke aset aman (safe haven currency) atau mencari imbal hasil tinggi, mata uang negara berkembang cenderung melemah dan saham AS outperform.
Chart ini menunjukkan betapa pentingnya kondisi makro dan capital flow bagi kinerja mata uang dan ekuitas di pasar negara berkembang seperti Indonesia.
Foreign outflow dari negara berkembang seperti Indonesia dan mengalir ke AS, dapat menyebabkan: USDIDR ↑ dan SPX/LQ45 ↑
Kesimpulan
Pertanyaan selanjutnya adalah "Apakah USDIDR akan segera kembali mencetak level All Time High-nya? Jadi Long USDIDR?"
Jika diperhatikan, terlihat ada 5 periode hubungan antara USDIDR dengan SPX/LQ45.
2007–2008:
- USD/IDR relatif stabil di awal, namun krisis keuangan global memicu pelarian ke aset USD, menyebabkan Rupiah melemah tajam.
- Rasio SPX/LQ45 naik karena penurunan pasar AS tidak sedalam Indonesia.
2009–2011:
- Masa pemulihan untuk pasar negara berkembang: Rupiah menguat, dan rasio SPX/LQ45 turun karena kinerja saham Indonesia lebih baik.
- Ditopang oleh aliran modal masuk (capital inflow), boom komoditas, dan likuiditas global yang longgar.
2013–2015 (Taper Tantrum):
- Tren penguatan USD kembali terjadi seiring sinyal pengetatan dari The Fed.
- SPX/LQ45 naik karena saham AS mulai outperform kembali, terutama didorong oleh sektor teknologi.
2018–2020:
- Ketegangan perang dagang + ketidakpastian global menekan Rupiah lagi.
- Guncangan COVID-19 menyebabkan depresiasi mata uang dan tekanan di aset negara berkembang.
2020–2025:
- Setelah pandemi: tren penguatan USD kembali menguat, IDR makin terdepresiasi.
- SPX/LQ45 naik tajam — didorong raly saham teknologi AS dan perbedaan makro antara AS dan Indonesia.
🧠Insight
Ada korelasi positif kuat antara: pelemahan IDR (USDIDR naik), dan indeks saham Indonesia yang underperform vs. AS (SPX/LQ45 naik).
Korelasi tersebut muncul didorong oleh: kenaikan suku bunga Fed, Global risk-off sentiment, atau perbedaan kondisi makroekonomi antara AS dan Indonesia.
Ketika investor global beralih ke aset aman (safe haven currency) atau mencari imbal hasil tinggi, mata uang negara berkembang cenderung melemah dan saham AS outperform.
Chart ini menunjukkan betapa pentingnya kondisi makro dan capital flow bagi kinerja mata uang dan ekuitas di pasar negara berkembang seperti Indonesia.
Foreign outflow dari negara berkembang seperti Indonesia dan mengalir ke AS, dapat menyebabkan: USDIDR ↑ dan SPX/LQ45 ↑
Kesimpulan
- Salah satu faktor yang memengaruhi pergerakan kurs tukar mata uang adalah capital flow dan performa indeks sahamnya.
- Faktor lainnya adalah USD sebagai safe haven dan perbedaan kondisi makro antar 2 negara (via interest rate/govt bond yield differentials/spread)
Pertanyaan selanjutnya adalah "Apakah USDIDR akan segera kembali mencetak level All Time High-nya? Jadi Long USDIDR?"
Pernyataan Penyangkalan
Informasi dan publikasi tidak dimaksudkan untuk menjadi, dan bukan merupakan saran keuangan, investasi, perdagangan, atau rekomendasi lainnya yang diberikan atau didukung oleh TradingView. Baca selengkapnya di Persyaratan Penggunaan.
Pernyataan Penyangkalan
Informasi dan publikasi tidak dimaksudkan untuk menjadi, dan bukan merupakan saran keuangan, investasi, perdagangan, atau rekomendasi lainnya yang diberikan atau didukung oleh TradingView. Baca selengkapnya di Persyaratan Penggunaan.