TRANSITinvesting

Analisis Teknikal IHSG per 20 November 2020

IDX:COMPOSITE   Indeks Harga Saham Gabungan IDX
Di atas adalah chart daily (harian) IHSG per 23 November 2020. Dimana dapat kita lihat pada chart tersebut, IHSG tampak baru saja berhasil menembus area Resistance kuat 5400-5500. Area Resistance yang sempat menahan kenaikan IHSG di bulan Agustus 2020 kemarin.

Secara analisis teknikal saham, target IHSG berikutnya adalah area Support/Resistance 5900-6000. Area Support/Resistance yang tertembus bulan Februari 2020 yang lalu. Sebuah penembusan ke bawah (breakdown), yang mengawali trend Bearish Jangka menengah IHSG.

Namun pertanyaanya: Berapa persen kemungkinan IHSG akan naik sesuai dengan skenario tersebut?

Karena seperti yang tadi kita sebutkan di awal, bahwa secara historikal, IHSG biasanya mengalami penurunan (minus) di bulan November.

Agar analisis kita semakin lengkap, ada baiknya kita tinjau kembali berbagai macam kejadian, yang telah terjadi dalam kurun waktu 2 bulan belakangan ini.

Omnibus Law atau UU Cipta Kerja

Kejadian pertama yang perlu kita tinjau kembali adalah tentang pengesahan UU Cipta Kerja, atau yang lebih populer disebut Omnibus Law.

Terlepas dari berbagai macam kontroversi, serta pro-kontra, yang menyertai pengesahan undang-undang ini. Faktanya Omnibus Law ditanggapi secara sangat positif oleh market dan IHSG kita.

Karena ketika Omnibus Law resmi disahkan sebagai UU Cipta Kerja oleh DPR-RI (pada tanggal 5 Oktober 2020). Persis esok harinya, TRANSIT Investing™ Indicator langsung mengeluarkan sinyal Bullish!

Dan ketika Presiden Jokowi meneken UU Cipta Kerja ini (di tanggal 2 November 2020), lagi-lagi TRANSIT Investing™ Indicator kembali mengeluarkan sinyal Bullish, untuk mengindikasikan bahwa IHSG seperti bersiap-siap untuk terbang!

Sekali lagi, kita tidak mau masuk ke ranah perdebatan politik. Terlepas dari banyaknya pro dan kontra, faktanya IHSG naik dan investor menyambut baik undang-undang “Sapu Jagat” ini.

Kemenangan Joe Biden dan Arah Ekonomi US

Sehari setelah dengan disahkannya UU Cipta Kerja (UU Nomor 11 Tahun 2020) oleh Presiden Jokowi. Pada tanggal 3 November 2020, rakyat Amerika Serikat menyelenggarakan pesta demokrasi mereka, dan melakukan Pemilihan Presiden untuk periode 2021-2024.

Meskipun proses perhitungan suara terbilang sengit, namun dalam beberapa hari setelah proses pemilihan selesai, hasil sementara (pada waktu itu) telah mengindikasikan bahwa kemenangan akan diraih oleh Calon Presiden AS dari Partai Demokrat: Joe Biden.

Sentimen ini ternyata disambut dengan sangat, sangat positif oleh berbagai bursa di seluruh dunia. Termasuk juga Bursa Efek Indonesia dan IHSG.

Dan jika Anda menggunakan TRANSIT Investing™ Indicator, pada tanggal 5 November 2020, indikator kita kembali memunculkan sinyal Bullish (untuk yang kesekian kalinya!).

Sentimen positif yang tentu dapat kita mengerti dengan baik. Setelah menjalani 4 tahun yang penuh “roller coaster” dan ketegangan politik, yang diakibatkan oleh berbagai kebijakan dari Presiden Donald Trump, tentu para investor di seluruh dunia mendambakan kestabilan dan suasana yang damai.

Terlebih lagi semua negara di seluruh dunia sedang berjuang untuk memulihkan perekonomian negara mereka masing-masing (akibat resesi selama Pandemi COVID-19). Dan pemulihan tersebut tentunya memerlukan suasana yang kondusif.

Presiden Joe Biden, dengan pengalamannya sebagai Wakil Presiden Barrack Obama, dinilai sebagai sosok yang kompeten untuk memimpin Amerika Serikat menjalani masa-masa pemulihan. Apa lagi jika kita mengingat, bahwa beliau punya pengalaman dalam masa pemulihan ekonomi AS pasca krisis Sub-Prime Mortgage di tahun 2008 yang lalu.

Pengumuman Resesi Indonesia

Pada tanggal 5 November 2020, pemerintah melalui Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan kinerja ekonomi Kuartal Ketiga tahun 2020. Ekonomi Indonesia dinyatakan mengalami kontraksi sebesar -3.49% (YoY), dan kita secara resmi mengalami Resesi Ekonomi.

Namun anehnya, di hari tersebut TRANSIT Investing™ Indicator malah mengeluarkan sinyal Bullish. Dan kenyataannya, sejak hari itu, IHSG kita malah naik banyak!

Loh, katanya resesi? Koq IHSG dan saham-saham malah naik banyak?

Bagi Anda yang memiliki latar belakang ilmu ekonomi, tentu hal ini sebenarnya tidak aneh. Sebab menurut teori ekonomi makro, Bursa Saham SELALU BERGERAK DULUAN daripada sektor riil.

Artinya, kalau misalnya akan terjadi krisis ekonomi, Bursa Saham dan IHSG sudah TURUN DULUAN. Dan sebaliknya, ketika terjadi pemulihan ekonomi, maka Bursa Saham dan IHSG juga akan NAIK DULUAN!

Itulah sebabnya, pergerakan Bursa Saham dan IHSG sering kali digunakan oleh para ahli ekonomi untuk “memprediksi” pergerakan ekonomi dalam 3 sampai 6 bulan ke depan. Dan prediksi ini pun dapat kita buktikan secara historis!

Namun pertanyaannya: Kenapa ketika diumumkannya Resesi Ekonomi, tapi IHSG malah naik? Apa gerangan yang membuat para investor begitu optimis?

Pandemi COVID-19 dan Titik Terang Vaksin

Bagaikan cahaya terang di penghujung lorong yang gelap dan panjang. Kurang lebih setahun sejak kasus pertama Pandemi COVID-19, para dokter dan ilmuwan berhasil menciptakan vaksin yang terbukti ampuh!

Berbagai laboratorium kesehatan dan perusahaan farmasi di seluruh dunia, beramai-ramai mengumumkan hasil uji coba vaksin yang sangat menggembirakan.

Sebab penemuan vaksin ini adalah langkah pertama yang sangat penting, untuk mengakhiri Pandemi COVID-19. Dan tentu saja, menjadi langkah awal yang paling penting menuju pemulihan ekonomi di seluruh dunia.

Itulah sebabnya, meskipun BPS telah mengumumkan Resesi Ekonomi, namun berkat sentimen positif dari penemuan vaksin COVID-19, investor (asing dan lokal) menjadi sangat optimis dengan pemulihan ekonomi Indonesia.

Turunnya Suku Bunga Acuan Bank Indonesia

Faktor terbaru yang patut kita cermati datang dari Bank Indonesia, minggu lalu.

Pada hari Kamis, tanggal 19 November 2020 yang lalu, Bank Indonesia mengumumkan penurunan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin, menjadi 3,75%.

Dengan menurunkan suku bunga acuan tersebut, Bank Indonesia seolah memaksa agar dana-dana yang saat ini “terparkir” di berbagai macam deposito, untuk segera keluar dari Bank, mengalir ke sektor riil, dan mulai menggerakkan perekonomian.

Secara analisis teknikal, dengan menggunakan Analisis Inter-Market, penurunan suka bunga akan mendorong kenaikan di Bursa Saham. Sebab investor yang tadinya menabung di Bank, akan mencari alternatif invesatasi lain yang (jauh) lebih menarik.

(Btw, tentang Analisis Inter-Market ini, akan segera kita bahas dalam artikel terpisah. Stay tuned!)

Window Dressing dan Arah IHSG Berikutnya

Dengan mempertimbangkan berbagai berbagai perkembangan yang terjadi. Sebenarnya ada kemungkinan besar trend naik (bullish) IHSG masih akan bertahan. Dan saya melihat ada kemungkinan untuk IHSG menutup tahun di atas level 6000.

Terlebih lagi jika kita mempertimbangkan faktor Window Dressing, yang selalu terjadi di IHSG selama bulan Desember setiap tahun (sudah sejak tahun 2001).

Dengan kata lain, secara historikal, selama 19 tahun ke belakang, IHSG dan Bursa Saham kita SELALU NAIK di bulan Desember! :)

Inilah sentimen berikutnya yang akan mempertahankan trend naik (Bullish) IHSG, dan yang akan memberikan “power” untuk mengangkat harga berbagai saham-saham di Bursa Efek Indonesia.

Kemudian Apa yang Harus Kita Lakukan?

Meskipun kita melihat trend naik (Bullish) IHSG akan bertahan hingga akhir tahun, namun seperti yang kita ketahui, harga saham tidak bergerak seperti garis lurus.

Di saat trend-nya sedang naik, akan selalu ada koreksi di sana-sini. Dan itu adalah hal yang wajar. Ingat, koreksi adalah tanda dari sebuah pergerakan harga yang sehat!

Tetap fokus pada pergerakan harga saham per saham. Karena toh kita tidak trading/investasi di IHSG. Kita trading/investasi di saham. Jadi, jangan salah fokus! :)

Perhatikan Support/Resistance yang ada di chart masing-masing saham. Perhatikan pula berbagai macam sinyal Buy/Sell yang akan muncul dalam minggu-minggu ini. Seperti yang telah kita pelajari dalam TRANSIT Investing™ Masterclass (Module #2: Market Timing).

Buy ketika memang waktunya Buy. Sell ketika sudah waktunya Sell. Profit Taking ketika memang SUDAH WAKTUNYA untuk kita melakukan Profit Taking.

Karena meskipun ada saham-saham yang memang sudah terlanjur naik banyak, tapi masih ada juga saham-saham yang baru bergerak. Dan sekarang masih belum terlambat untuk masuk!

Seperti yang telah saya ungkapkan berulang kali. Situasi saat ini adalah kesempatan yang hanya muncul 10 tahun sekali. Bahkan kondisi market dan IHSG yang sekarang, mungkin TIDAK AKAN PERNAH terulang kembali!

So, manfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya!

Sering salah beli dan salah jual? Strategi TRANSIT Investing memanfaatkan RAHASIA yang terjadi di balik pergerakan harga. Sehingga Anda tahu, kapan waktunya beli dan kapan waktunya jual! transitinvesting.id/
Pernyataan Penyangkalan

Informasi dan publikasi tidak dimaksudkan untuk menjadi, dan bukan merupakan saran keuangan, investasi, perdagangan, atau rekomendasi lainnya yang diberikan atau didukung oleh TradingView. Baca selengkapnya di Persyaratan Penggunaan.