ReutersReuters

Fitch Menurunkan Sritex ke 'B -'/'BB(idn)'; Rating Watch Negatif

(The following statement was released by the rating agency)

Fitch Ratings-Singapore/Jakarta-25 March 2021:

Fitch Ratings telah menurunkan peringkat Perusahaan Tekstil Indonesia PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) Peringkat Jangka Panjang Issuer Default Rating (IDR) menjadi 'B-' dari 'BB-'. Fitch juga telah menurunkan peringkat surat hutang US dolar Sritex yang outstanding dan yang akan diterbitkan menjadi 'B -'/'RR4' dari 'BB-'. Pada saat yang sama, Fitch Ratings Indonesia telah menurunkan Peringkat Nasional Jangka Panjang Sritex menjadi 'BB(idn)' dari 'A+(idn)'. Peringkat ini telah ditempatkan di Rating Watch Negatif (RWN).

Penurunan peringkat didasarkan pada peningkatan risiko likuiditas dan risiko pembiayaan kembali yang timbul dari ketidakpastian sehubungan dengan perpanjangan pinjaman sindikasi Sritex senilai USD350 juta yang jatuh tempo pada Januari 2022. RWN mencerminkan ketidakpastian pelaksanaan rencana pembiayaan kembali.

Peringkat Nasional 'BB' menunjukkan peningkatan risiko gagal bayar relatif terhadap emiten atau obligasi lain di negara atau serikat moneter yang sama.

Peringkat atas surat hutang yang di akan diterbitkan ditarik pada saat yang bersamaan karena penerbitan tidak dilanjutkan dan telah dibatalkan.

FAKTOR-FAKTOR PENGGERAK PERINGKAT

Ketidakpastian Perpanjangan Pinjaman Sindikasi: Profil kredit Sritex berada di bawah tekanan karena ketidakpastian tentang penundaan yang berkelanjutan dalam penyelesaian perpanjangan pinjaman sindikasi senilai USD350 juta, yang jatuh tempo pada Januari 2022. Pada November 2020, Sritex meminta perpanjangan pinjaman hingga Januari 2024. Fitch memahami bahwa Sritex telah memperoleh beberapa persetujuan pemberi pinjaman, sejumlah USD205 juta per 23 Maret 2021. Namun, penundaan penandatanganan telah menyebabkan penurunan peringkat beberapa notch karena tidak ada kesepakatan akhir, dan dalam konteks sentimen negatif terhadap sektor tekstil Indonesia.

Tekanan Likuiditas: Perpanjangan pinjaman modal kerja merupakan bagian integral dari modal kerja dan likuiditas Sritex. Sritex juga memiliki sejumlah pinjaman modal kerja yang berakhir pada tahun 2021, selain hutang jangka menengah (MTN) sebesar USD25 juta yang akan jatuh tempo Mei 2021. Kami memperkirakan arus kas bebas Sritex akan kurang dari USD50 juta pada tahun 2021. Jumlah tersebut secara signifikan kurang dari hampir USD200 juta (terdiri dari fasilitas bilateral jangka pendek dan USD25 juta MTN) dan USD350 juta yang jatuh tempo Januari 2022.

Sritex memiliki sekitar USD158 juta dalam bentuk kas pada akhir September 2020, tetapi level tersebut mungkin diperlukan untuk mendukung kebutuhan modal kerjanya yang tinggi.

Deleveraging Memerlukan Manajemen Modal Kerja: Kami memperkirakan utang bersih/EBITDA Sritex akan tetap di atas 3,0x pada tahun 2021, dengan pertumbuhan EBITDA yang minimal karena kapasitas yang terbatas. Perbaikan leverage Sritex dari tahun 2021 dan seterusnya akan bergantung pada pengurangan hari modal kerja secara signifikan, yang telah meningkat sejak 2018.

ESG - Sritex memiliki Skor Relevansi ESG '4' untuk Strategi Manajemen dan Struktur Tata Kelola karena penundaan dalam mendapatkan perpanjangan fasilitasnya, yang memberikan tekanan pada profil kreditnya karena meningkatnya risiko pembiayaan kembali. Skor struktur tata kelola '4' berdampak negatif pada profil kredit, dan relevan dengan peringkat dipertimbangkan dengan faktor-faktor lain.

RINGKASAN DERIVASI

IDR Sritex di 'B-' lebih rendah dari PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA, B+/A(idn)/Negatif). Baik Sritex maupun TBLA menghadapi tantangan dengan modal kerja yang tinggi dan pengelolaannya. Kedua perusahaan juga memiliki tingkat leverage yang sama dengan hutang bersih/EBITDA tetap di atas 3,0x pada tahun 2020 sebelum pulih pada tahun 2021. Namun, jatuh tempo hutang Sritex terkonsentrasi dan menghadapi tekanan likuiditas dalam waktu dekat. Perbedaan-perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan multi-notch antara TBLA dan Sritex.

Peringkat Nasional Sritex di 'BB(idn)' beberapa tingkat lebih rendah dari PT Bali Towerindo Sentra Tbk (Bali Tower, BBB+(idn)/Positif). Bali Tower memiliki profil bisnis yang lebih baik seperti yang dicerminkan dengan pendapatan kontrak jangka panjang yang menghasilkan visibilitas arus kas yang tinggi dan marjin EBITDA yang solid. Marjin EBITDA Bali Tower di atas 60% secara signifikan lebih tinggi daripada Sritex di sekitar 18%. Selain itu, Bali Tower tidak memiliki tekanan likuiditas langsung dari hutang signifikan yang akan jatuh tempo dalam waktu kurang dari satu tahun.

ASUMSI-ASUMSI UTAMA

Asumsi Utama Fitch dalam Peringkat Rating Case kami untuk Emiten:

- Pertumbuhan pendapatan sekitar 1,5% pada tahun 2021 dan 2022;

- Marjin EBITDA sekitar 18% pada tahun 2021 dan 2022;

- Hari modal kerja yang stabil dari perkiraan tahun 2020 kami sekitar 260-270 hari;

- Belanja modal tahunan sekitar USD55 juta-65 juta hingga 2022, sebagian besar untuk pemeliharaan.

ASUMSI UTAMA RECOVERY RATING

Analisis pemulihan mengasumsikan bahwa Sritex akan direorganisasi sebagai kelangsungan usaha (GC) dalam kebangkrutan daripada dilikuidasi.

Kami telah mengasumsikan klaim administratif 10%.

Estimasi GC EBITDA mencerminkan pandangan Fitch tentang tingkat EBITDA pasca-reorganisasi yang berkelanjutan yang menjadi dasar penilaian perusahaan.

Kami memperkirakan EBITDA sebesar USD210 juta; 5% lebih rendah dari EBITDA 3Q20 12 bulan terakhir sebesar USD221 juta untuk mencerminkan kondisi mid-cycle industri dan dinamika persaingan.

Enterprise value multiple 5x EBITDA diterapkan pada GC EBITDA untuk menghitung nilai perusahaan pasca-reorganisasi. Kelipatan tersebut mencerminkan diskon dari kelipatan global rata-rata 9x untuk transaksi M&A yang diselesaikan di industri tekstil selama dekade terakhir, berdasarkan data Bloomberg. Kelipatan 5x juga mencerminkan skala Sritex yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan global.

GC enterprise value mencakup 71% -90% dari semua hutang Sritex, yang tidak dijamin, sesuai dengan Recovery Rating 'RR2' untuk surat utang senior tanpa jaminan setelah menyesuaikan dengan klaim administratif. Namun demikian, Fitch telah memeringkat obligasi senior tanpa jaminan 'B -'/'RR4' karena berdasarkan kriteria Country-Specific Treatment of Recovery Ratings, Indonesia diklasifikasikan dalam negara Grup D dalam hal keramahan kreditur, dan peringkat instrumen emiten dengan aset yang berada di grup ini dikenakan soft cap sebesar di level IDR emiten.

SENSITIVITAS PERINGKAT

Faktor-faktor yang dapat, secara individual atau kolektif, mengarah pada tindakan pemeringkatan positif/peningkatan peringkat:

- Kami akan menyelesaikan RWN setelah pembiayaan kembali pinjaman sindikasi dan bilateral selesai.

Faktor-faktor yang dapat, secara individual atau kolektif, mengarah pada tindakan pemeringkatan negatif/penurunan peringkat:

- Ketidakmampuan untuk memperpanjang pinjaman sindikasi dan bilateral.

Skenario Pemeringkatan Terbaik/Terburuk

Peringkat Kredit Skala Internasional Korporsi Non Keuangan memiliki skenario kasus kenaikan peringkat terbaik (didefinisikan sebagai persentil ke-99 dari transisi peringkat, diukur dalam arah yang positif) yaitu tiga notch dalam kurun waktu tiga tahun; dan skenario kasus penurunan peringkat terburuk (didefinisikan sebagai persentil ke-99 dari transisi peringkat, diukur dalam arah negatif) yaitu empat notch dalam kurun waktu tiga tahun. Rentang peringkat kredit dari skenario kasus terbaik dan terburuk untuk semua kategori pemeringkatan berkisar dari ‘AAA’ hingga ‘D’. Peringkat kredit skenario kasus terbaik dan terburuk didasarkan pada kinerja historis. Untuk informasi lebih lanjut mengenai metodologi yang digunakan untuk menentukan peringkat kredit skenario kasus terbaik dan terburuk dalam sektor tertentu https://www.fitchratings.com/site/re/10111579

Likuiditas dan Struktur Utang

Likuiditas Lemah, Persyaratan Refinancing Tinggi: Posisi likuiditas Sritex telah melemah secara signifikan. Perusahaan memiliki sekitar USD175 juta yang terhutang di bawah fasilitas kerja bilateral yang berakhir pada tahun 2021. Akses ke fasilitas ini bersama dengan perpanjangannya adalah kunci untuk mendukung posisi likuiditas perusahaan.

Jatuh tempo utang Sritex terkonsentrasi: pinjaman sindikasi USD350 juta pada 2022, obligasi USD155 juta pada 2024 dan obligasi USD225 juta pada 2025. Keberhasilan perpanjangan pinjaman sindikasi hingga 2024 akan meredakan beberapa tekanan likuiditas. Meski begitu, hal tersebut akan meningkatkan derajat konsentrasi utang Sritex di tahun 2024.

Referensi untuk Sumber Materi Substansial dikutip sebagai Faktor- Faktor Penggerak Peringkat

Sumber-sumber informasi utama yang digunakan dalam analisis ini dijelaskan dalam daftar kriteria yang relevan pada laporan ini.

Pertimbangan-Pertimbangan Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG)

Sritex memiliki Skor Relevansi ESG '4' untuk Strategi Manajemen karena penundaan yang signifikan dalam melaksanakan rencana pembiayaan kembali, yang berdampak negatif pada profil kredit, dan relevan dengan peringkat sehubungan dengan faktor-faktor lain.

Sritex memiliki Skor Relevansi ESG '4' untuk Struktur Tata Kelola karena penundaan dalam penyelesaian pembiayaan kembali, yang berdampak negatif pada profil kredit, dan relevan dengan peringkat sehubungan dengan faktor-faktor lain.

Kecuali jika diungkapkan lain dalam bagian ini, tingkat relevansi kredit ESG tertinggi adalah skor '3'. Masalah ESG bersifat netral terhadap kredit atau hanya berdampak kredit minimal terhadap entitas, baik karena sifat perusahaan atau cara mereka dikelola oleh entitas. Untuk informasi lebih lanjut tentang Skor Relevansi ESG kami, kunjungi www.fitchratings.com/esg

Golden Legacy Pte Ltd

----senior unsecured; Long Term Rating; Downgrade; B-

PT Sri Rejeki Isman Tbk; Long Term Issuer Default Rating; Downgrade; B-; Rating Watch Negative

----senior unsecured; Long Term Rating; Downgrade; B-

----senior unsecured; Long Term Rating; Withdrawn; WD

Contacts:

Analis Utama

Kah Ling Chan,

Senior Director

+65 6796 2711

Internasional

Fitch Ratings Singapore Pte Ltd.

One Raffles Quay #22-11, South Tower

Singapore 048583

Analis Utama

Olly Prayudi,

Director

+62 21 2988 6812

Nasional

PT Fitch Ratings Indonesia

DBS Bank Tower 24th Floor, Suite 2403 Jl. Prof.Dr. Satrio Kav 3-5

Jakarta 12940

Analis Kedua

Olly Prayudi,

Director

+62 21 2988 6812

Internasional

Ketua Komite

Vicky Melbourne,

Senior Director

+61 2 8256 0325

Media Relations: Leslie Tan, Singapore, Tel: +65 6796 7234, Email: leslie.tan@thefitchgroup.com

Informasi tambahan dapat diperoleh di www.fitchratings.com.

Applicable Model

Numbers in parentheses accompanying applicable model(s) contain hyperlinks to criteria providing description of model(s).

Corporate Monitoring & Forecasting Model (COMFORT Model), v7.9.0 (1)

Additional Disclosures

Solicitation Status

Additional Disclosures For Unsolicited Credit Ratings

Endorsement Status

Endorsement Policy

SEMUA PERINGKAT KREDIT FITCH TUNDUK PADA PEMBATASAN TERTENTU DAN DISCLAIMER. HARAP MEMBACA BATASAN DAN DISCLAIMER TERSEBUT DENGAN MENGIKUTI TAUTAN INI: HTTPS://WWW.FITCHRATINGS.COM/UNDERSTANDINGCREDITRATINGS. SELAIN ITU, HTTPS://WWW.FITCHRATINGS.COM/RATING-DEFINITIONS-DOCUMENT MENJELASKAN DETAIL DEFINISI PERINGKAT FITCH UNTUK SETIAP SKALA RATING DAN KATEGORI PERINGKAT, TERMASUK DEFINISI YANG BERKAITAN DENGAN DEFAULT. PERINGKAT YANG DIPUBLIKASIKAN, KRITERIA, DAN METODOLOGI TERSEDIA DARI SITUS INI SETIAP SAAT. PEDOMAN PERILAKU FITCH, KERAHASIAAN, KONFLIK KEPENTINGAN, AFILIASI FIREWALL, KEPATUHAN, DAN KEBIJAKAN DAN PROSEDUR RELEVAN LAINNYA JUGA TERSEDIA DARI BAGIAN PEDOMAN PERILAKU SITUS INI. KEPENTINGAN RELEVAN DIREKTUR DAN PEMEGANG SAHAM TERSEDIA DI HTTPS://WWW.FITCHRATINGS.COM/SITE/REGULATORY. FITCH MUNGKIN TELAH MENYEDIAKAN LAYANAN LAIN YANG DIIZINKAN KEPADA ENTITAS YANG BERPERINGKAT ATAU PIHAK KETIGA TERKAIT DARI ENTITAS TERSEBUT. RINCIAN LAYANAN INI UNTUK ANALIS UTAMA YANG BERADA DI DALAM PERUSAHAAN FITCH RATINGS (ATAU CABANG PERUSAHAAN TERSEBUT) YANG TERDAFTAR DALAM ESMA ATAU FCA DAPAT DITEMUKAN DI HALAMAN RINGKASAN ENTITAS UNTUK PENERBIT INI DI SITUS FITCH RATINGS.

Masuk atau buat akun gratis selamanya untuk membaca berita ini