BeincryptoBeincrypto

Prediksi Harga Solana: Target US$45 di Akhir Tahun 2022 dan US$512 di Tahun 2030 Mendatang

Harga Solana (SOL) diperkirakan tidak akan mengalami perubahan yang terlalu signifikan pada akhir tahun ini. Tetapi, jika Anda terus melakukan HODL, maka portofolio SOL Anda akan semakin kinclong di akhir tahun 2030 mendatang. Prediksi ini berdasarkan pada laporan prediksi harga terbaru Finder.

Sebuah panel spesialis fintech & Web3 memperkirakan bahwa harga SOL akan bergerak naik sedikit ke level US$45 pada akhir tahun 2022.

Dengan kata lain, angka ini sekitar 75% lebih rendah dari prediksi harganya di awal tahun 2022 lalu. Namun, panel tersebut memperkirakan bahwa harganya di tahun 2025 mendatang akan melonjak ke titik US$166. Kemudian, melompat ke bulan Desember tahun 2030, harganya diprediksi akan naik lebih tajam lagi dan akan mencetak harga di level US$512.

Prediksi Harga Solana: 40% Panelis Sarankan untuk Beli

Sebanyak 40% dari panelis mengatakan bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk membeli sejumlah SOL. Sementara itu, 31% lainnya mengatakan lebih baik untuk menahannya (hodl) dulu. Kemudian, 29% sisanya berpendapat bahwa saat ini adalah momen terbaik untuk menjual aset tersebut.

Di samping itu, 55% dari keseluruhan panel memprediksi bahwa SOL adalah aset kripto yang paling mungkin untuk menyalip BNB milik Binance, berdasarkan total value locked (TVL) pada chain-nya.

Seorang co-founder Funday, Alex Baghdjian, menyampaikan prediksi yang serupa dengan rata-rata panel, yaitu pada harga US$40. Ia juga menjadi salah satu yang berpendapat bahwa sekarang adalah waktu terbaik untuk membeli SOL. Pasalnya, komunitas Solana telah berkembang pesat berkat semakin banyaknya developer yang bergabung.

Kemudian, ada juga Paul Levy, seorang dosen senior di University of Brighton, yang turut meramal bahwa SOL akan berada pada level harga yang lebih tinggi pada akhir tahun 2022 mendatang. Menurutnya, SOL berpotensi untuk mencapai titik US$60 dan hal itu sebagian besar karena komunitasnya yang solid.

“Terdapat komentar positif dari komunitas teknologi tentang stabilitas Solana dan kinerjanya yang efisien. [Dan] ini dapat mendukungnya sebagai taruhan yang aman, selama pengembangannya berkelanjutan dan konsistensinya tercapai.”

Selanjutnya, sama halnya dengan Alex Baghdjian, Ben Ritchie, seorang direktur pelaksana di Digital Capital Management juga memprediksi bahwa SOL akan menutup tahun 2022 dengan harga US$40.

“…Seringnya offline dan clock problem [yang muncul] dapat menghambat keberhasilannya. [Dan] kami memperkirakan token SOL akan mencapai US$500 pada tahun 2030 jika mereka dapat mengatasi masalah reliabilitas blockchain, terutama ketika lalu lintas jaringan [sedang] tinggi.”

Pemadaman Masih Jadi Masalah Utama

Faktanya, Solana telah menghadapi pemadaman jaringan berulang sejak bulan September 2021 lalu. Alhasil, 69% dari keseluruhan panel merasa bahwa masalah ini masih akan terus berlanjut.

  • Baca juga: Berulang Kali Alami Pemadaman, DeFiSafety Berikan Skor Buruk pada Solana

Kevin, seorang COO Grup di CloudTech, juga berpendapat bahwa masalah ini akan terus berlanjut. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa orang-orang mungkin akan meninggalkan SOL karena ketidakstabilan jaringannya.

“Jaringan Solana belum cukup stabil, dan ini bukan pertama kalinya kami melihat jaringan Solana mogok tahun ini. Lebih banyak proyek dan dApp terbaru juga akan [lebih] tertarik oleh basis pengguna Ethereum dan meninggalkan Solana setelah Ethereum menyelesaikan upgrade-nya.”

Di samping itu, Patrick White, CEO Bitwave, menganggap bahwa Solana adalah platform yang menarik. Hanya saja, pemadaman jaringan memang masih menjadi masalah yang mengkhawatirkan.

“Solana adalah sebuah platform yang sangat menarik, meskipun mereka masih memperjuangkan platform smart contract v2. [Sementara itu,] Ethereum telah memenangkan putaran ini dan berkinerja dengan sangat baik untuk memenangkan putaran berikutnya dengan Ethereum 2. Saya sendiri telah memperhatikan Solana, tetapi mereka juga [menjadi] satu-satunya blockchain yang secara berkala mengalami pemadaman besar, yang mana tidaklah baik bagi sebuah teknologi keuangan.”