KontanKontan

Harga Bitcoin Kembali Bergairah Usai Laporan Data Inflasi AS

Harga Bitcoin (BTC) kembali melonjak hingga US$ 66.000 atau sekitar Rp 1,05 miliar, naik lebih dari 7% pada Kamis (16/5) pagi pukul 09:00 WIB. Kenaikan ini membuat para investor dan trader kembali bergairah untuk masuk lebih dalam ke pasar kripto.

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengamati, kenaikan harga Bitcoin ini didorong oleh laporan data inflasi inti Amerika Serikat yang lebih rendah dan meningkatnya investasi institusional pada ETF Bitcoin.

Data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS yang dirilis baru-baru ini menunjukkan penurunan inflasi inti ke level terendah dalam 3 tahun sebesar 3,4%. Penurunan ini telah memicu peningkatan aktivitas di pasar Bitcoin, dengan minat yang signifikan dari bank-bank besar global.

“Korelasi antara inflasi yang lebih rendah dan peningkatan investasi pada aset digital menunjukkan bahwa investor mungkin melihat Bitcoin sebagai lindung nilai terhadap ketidakstabilan ekonomi," kata Fyqieh dalam siaran pers, Kamis (16/5).

Baca Juga: Harga Bitcoin Turun 2,81% Tetapi Masih Bertahan di Atas US$ 60.000

Lebih lanjut, Fyqieh menjelaskan angka inflasi yang baik juga menandakan potensi penurunan suku bunga AS di masa depan.

Meskipun The Fed telah mengadopsi pendekatan wait and see yang hati-hati, data terbaru mungkin mempercepat jangka waktunya. Namun, masih terdapat kekhawatiran mengenai kecepatan penurunan inflasi, yang dapat membatasi ruang lingkup penurunan suku bunga pada tahun ini.

Fyqieh menganalisis, pengembalian BTC ke level US$ 67.500 dapat mendukung pergerakan menuju harga US$ 69.000. Penembusan BTC di atas level resistensi tersebut dapat membuat kenaikan mencapai level tertinggi sepanjang masa US$ 73.808.

"Data ekonomi AS, pidato anggota The Fed, dan tren aliran pasar ETF BTC menjadi fokus utama ke depan," sebutnya.

Di samping itu, lonjakan harga BTC juga didorong oleh meningkatnya minat institusional, khususnya pada ETF Bitcoin.

Pengajuan SEC baru-baru ini mengungkapkan bahwa bank-bank terkemuka seperti JPMorgan dan Wells Fargo, bersama dengan bank internasional seperti UBS dan Bank of Montreal, telah mengungkapkan investasi signifikan dalam ETF Bitcoin.

Pengungkapan ini memainkan peran penting dalam meningkatkan nilai pasar Bitcoin. Sentimen yang lebih mendorong momentum pasar adalah masuknya modal institusional ini tidak hanya memvalidasi daya tarik investasi Bitcoin tetapi juga meningkatkan legitimasi dan stabilitasnya sebagai kelas aset.

Baca Juga: Potensi Pasar Menjanjikan, Transaksi Kripto di Indonesia Meningkat

“Pasar ETF terus ramai dengan antisipasi karena diperkirakan akan semakin banyak institusi yang masuk," jelas Fyqieh.

Pergeseran ini kemungkinan akan mempertahankan tren kenaikan Bitcoin karena semakin banyak investor institusional yang mulai memasukkannya ke dalam portofolio mereka.

Perkembangan yang sedang berlangsung di sektor ETF, dikombinasikan dengan faktor makroekonomi, memberikan kerangka kerja yang kuat untuk memahami kenaikan nilai Bitcoin baru-baru ini dan yang berkelanjutan.

Tidak hanya Bitcoin, memecoin atau koin meme juga melonjak seiring turunnya inflasi AS. Menurut Fyqieh, memecoin adalah penerima manfaat besar karena penurunan suku bunga berarti peningkatan sentimen ketika investor memindahkan dana ke aset berisiko.

Di samping itu, ketika Bitcoin dan pasar kripto tengah stagnan, koin meme menjadi harapan investor untuk meraih profit.

Menurut laporan CoinGecko, Indonesia menempati peringkat kelima dalam daftar negara yang gemar dengan investasi dan trading aset kripto degen. Istilah degenmengacu pada aset kripto yang berisiko dan spekulatif yang umumnya berkapitaliasasi pasar kecil, biasanya terkait dengan koin meme.

Fyqieh berujar, dalam situasi di mana pasar kripto cenderung sepi, investor lebih memilih bereaksi terhadap sektor memecoin. Banyak investor dan trader yang berspekulasi di memecoin untuk mendapatkan profit.

“Tentu momen ini merupakan hal biasa terjadi di pasar. Namun, harap hindari all in di memecoin karena berpotensi fluktuasi tinggi serta tidak ada jaminan untuk investasi jangka panjang," saran Fyqieh.